Kekeringan, Tiga Warga di Pedalaman Lanny Jaya Meninggal Diduga Kelaparan
Ratusan warga terdampak kelaparan akibat musibah kekeringan di Distrik Kuyawage, Lanny Jaya, Papua Tiga orang di antaranya meninggal dan satu orang masih kritis. Hal itu dipicu munculnya embun beku di kawasan tersebut.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Warga yang bermukim di tiga kampung Distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, Papua, menderita kelaparan akibat musibah kekeringan sejak awal Juni lalu. Tiga warga dilaporkan meninggal dan satu kritis karena kelaparan.
Kepala Kepolisian Resor Lanny Jaya Ajun Komisaris Besar Umar Nasatekay saat dihubungi dari Jayapura, Senin (1/8/2022), membenarkan informasi tersebut. Ia memaparkan, kampung yang terdampak musibah kekeringan adalah Kuyawage, Luarem, dan Yugunomba.
Adapun pemicu musibah kekeringan karena cuaca dingin ekstrem menciptakan embun air yang membeku. Fenomena alam tersebut merusak tanaman umbi-umbian dan sayur milik warga.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Lanny Jaya, ada 269 warga yang terdampak musibah kekeringan. Terdapat 56 kawasan perkebunan milik warga yang mengalami kerusakan karena fenomena alam tersebut.
”Dari laporan warga Kuyawage, sebanyak tiga orang meninggal diduga akibat kelaparan dan satu lainnya kritis,” ungkap Umar. Korban meninggal adalah Tupaganega Tabuni (60), warga Kampung Luarem; Mison Tabuni (2), warga Kampung Yugunomba; dan Amson Murib (2), warga Kampung Luarem. Adapun korban kritis adalah Yegin Tabuni (30), warga Kampung Yugunomba.
Umar menuturkan, pihaknya bersama pemda setempat telah mendampingi tim dari Kementerian Sosial untuk meninjau lokasi yang terdampak musibah kekeringan di Distrik Kuyawage dengan perjalanan darat selama tiga jam dari Distrik Tiom, ibu kota Lanny Jaya. Tim dari Kementerian Sosial pun telah menyalurkan bantuan bagi warga yang terdampak.
Adapun bantuan yang disalurkan Kementerian Sosial untuk warga Distrik Kuyawage meliputi 500 paket sembako, 280 karung beras, 500 paket makanan untuk anak-anak, dan 1.000 paket makanan siap saji untuk orang dewasa.
Bantuan lainnya adalah 1.000 selimut, 500 pakaian untuk orang dewasa pria dan wanita serta 500 pakaian untuk anak-anak. Bantuan ini disalurkan dari Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial dan Non-Alam serta Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Kementerian Sosial.
”Situasi di Kuyawage masih kondusif hingga kini. Kami bersama Pemkab Lanny Jaya akan menggelar rapat pada Selasa (2/8/2022) untuk menentukan upaya selanjutnya penanganan warga yang terdampak musibah kekeringan di Kuyawage,” kata Umar.
Embun beku
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lanny Jaya Kornelis Jigibalom mengungkapkan, dari pantauan terlihat embun air yang telah membeku menutupi tanaman warga, seperti ubi kentang dan sayur-sayuran, di kebun sejak pagi hari. Selain itu, kata Kornelis, ada 61 warga yang mengalami gangguan kesehatan akibat perubahan cuaca yang ekstrem.
”Kondisi embun yang membeku dan menutupi area perkebunan milik warga pernah terjadi pada tahun 2015. Saat ini banyak warga yang menderita infeksi saluran pernapasan dan diare,” kata Kornelis.
Subkoordinator Bidang Pelayanan Jasa Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura, Ezri Ronsumbre, memaparkan, fenomena tersebut dikenal sebagai embun beku yang terjadi di Kuyawage. Hal itu muncul dipicu musim kemarau di wilayah pegunungan dengan cuaca yang sangat dingin. Fenomena ini biasanya terjadi dari Juli hingga Agustus.
Diperkirakan saat musim kemarau, suhu udara pada malam hari yang sangat dingin hingga mencapai di bawah 0 derajat celsius. Sementara pada siang hari, cuacanya panas.
”Biasanya terjadi embun beku pada dini hari dan pagi, sedangkan pada siang hari cuaca panas dan terjadi kekeringan akibat penguapan yang tinggi. Kemungkinan fenomena alam ini yang terjadi berulang kali menyebabkan tanaman warga mengalami kerusakan,” ujar Ezri.
Sebelumnya peristiwa embun beku juga terjadi pada awal Juli 2015. Fenomena alam menyebabkan tanaman umbi-umbian dan sayur milik warga di tiga kabupaten gagal panen. Ketiga kabupaten itu adalah Lanny Jaya, Puncak, dan Nduga.
Kondisi terparah terjadi di Kuyawage dan Wano Barat di Lanny Jaya. Akibatnya, terjadi krisis pangan. Saat itu, 11 warga Lanny Jaya meninggal karena kelaparan.