Pameran ”Mata Air Bangsa: Persembahan untuk Gus dan Buya Syafii Maarif” memiliki misi besar untuk menyampaikan keteladanan dua tokoh itu. Pameran di OHD Museum, Kota Magelang, itu berlangsung hingga 28 November 2022.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
KOMPAS/REGINA RUKMORINI
Pengguntingan pita membuka pameran seni rupa Mata Air Bangsa: Persembahan untuk Gus Dur dan Buya Syafii Maarif di OHD Museum, Magelang, Sabtu (30/7/2022).
MAGELANG, KOMPAS — KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dan Ahmad Syafii Maarif adalah tokoh besar bangsa. Aksi dan tindakan mereka adalah ibarat oase yang selalu menyejukkan situasi negara di tengah semua permasalahan yang terjadi.
Keteladanan dua tokoh inilah yang kemudian melatarbelakangi penyelenggaraan pameran seni rupa bertajuk ”Mata Air Bangsa: Persembahan untuk Gus dan Buya Syafii Maarif” di OHD Museum, Kota Magelang, Jawa Tengah, 30 Juli hingga 28 November 2022. Pameran ini menampilkan 33 lukisan dari 23 seniman, dan 13 lukisan koleksi OHD Museum yang sebagian di antaranya berupa sketsa.
Kurator pameran, Suwarno Wisetrotomo, mengatakan, pameran tersebut memiliki misi besar untuk menyampaikan keteladanan dari Gus Dur dan Buya Syafii. ”Pameran ini adalah ikhtiar menyampaikan pesan keteladanan yang layak untuk ditiru dan diterapkan sepanjang waktu,” ujarnya saat pembukaan pameran, Sabtu (30/7/2022).
Suwarno menuturkan, saat ini, mencari sosok yang patut diteladani terbilang susah. Oleh karena itu, keteladanan dari Gus Dur dan Buya Syafii sangat penting untuk diingat dan digaungkan kembali.
”Kita harus tetap merawat dan mewarisi apinya, semangat mereka, dan bukan abunya,” ujarnya.
Sejumlah pengunjung melihat dan memotret beberapa lukisan yang ditampillkan dalam pameran seni rupa bertajuk Mata Air Bangsa: Persembahan untuk Gus Dur dan Buya Syafii Maarif di OHD Museum, Magelang, Sabtu (30/7/2022).
Gagasan pameran ”Mata Air Bangsa: Persembahan untuk Gus dan Buya Syafii Maarif” berawal dari pelukis Djoko Susilo yang berinisiatif melukis Buya Syafii berdampingan dengan KH Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus. Dari lukisan inilah kemudian Buya Syafii membuat tulisan berjudul ”Pesan untuk Muhammadiyah dan NU” yang dimuat di harian Kompas, 5 Januari 2021.
Tulisan itu lalu menggugah kesadaran banyak orang untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Pemilik OHD Museum, Oei Hong Djien, dan Gus Mus lalu memiliki ide untuk menggelar pameran seni rupa untuk menguatkan kembali rasa persatuan tersebut.
Hong Djien mengatakan, semula pameran direncanakan dilaksanakan pada Agustus 2021. Namun, karena saat itu marak terjadi penularan Covid-19 dan ada pembatasan kegiatan masyarakat, maka agenda pameran terpaksa ditunda. Akhirnya pameran baru bisa mulai digelar pada akhir Juli.
Meski telah ditunda, penyelenggaraan pameran tetap dibayang-bayangi situasi pandemi. Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko, yang sebenarnya dijadwalkan membuka pameran, tiba-tiba mengabarkan berhalangan hadir karena terpapar Covid-19 dan harus menjalani perawatan di rumah sakit.
Namun, dalam sambutannya yang dibacakan Romo Vikep Es Karesidenan Kedu Romo Antonius Dodit Haryono Pr, Uskup Agung mengapresiasi, mendukung pelaksanaan pameran sebagai media penyampaian pesan keteladanan. ”Seni membuat kita bisa melihat, meresapi segala sesuatu dengan lebih mendalam,” ujarnya.
KOMPAS/PRADIPTA PANDU
Yenny Wahid
Yenny Wahid, putri almarhum Gus Dur, juga sangat senang dan bangga atas apresiasi berbagai pihak terhadap tindakan dan keteladanan ayahnya dan Buya Syafii yang kemudian diwujudkan dalam bentuk pameran seni rupa.
Menurut Yenny, semangat dan keteladanan dari dua tokoh itu penting untuk terus disampaikan kepada masyarakat luas. ”Keteladanan dari dua figur ini layak untuk disuarakan di tengah polarisasi yang kini terjadi di berbagai belahan dunia,” katanya.
Pameran ini adalah ikhtiar menyampaikan pesan keteladanan yang layak untuk ditiru dan diterapkan sepanjang waktu.
Sementara itu, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki mengaku salut atas pelaksanaan pameran tersebut. Secara khusus, Teten mengaku terkesan dengan lukisan Gus Dur dan Buya Syafii yang sama-sama memegang bendera Merah Putih. Lukisan itu seolah-olah menyiratkan pesan hangat bahwa mereka tengah memeluk Indonesia.
”Pelukan untuk seluruh Nusantara dari keduanya sungguh menjadi menjadi pesan menenangkan, layak untuk disuarakan di tengah situasi bangsa yang saat ini juga masih diliputi beragam masalah terkait intoleransi,” katanya.