Sempat Muntah-muntah, Kopda Muslimin Meninggal di Rumah Orangtuanya
Kopral Dua Muslimin, yang menjadi dalang atas penembakan terhadap istrinya, meninggal di rumah orangtuanya di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Kamis (28/7/2022). Sebelum meninggal, Muslimin sempat muntah-muntah.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·2 menit baca
KENDAL, KOMPAS — Kopral Dua Muslimin yang menjadi dalang atas penembakan terhadap istrinya, Rina Wulandari (34), meninggal di rumah orangtuanya di Desa Trompo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Kamis (28/7/2022). Sebelum meninggal dunia, Muslimin sempat muntah-muntah.
Muslimin yang melarikan diri seusai penembakan terhadap Rina pada Senin (18/7/2022) pulang ke rumah orangtuanya pada Kamis sekitar pukul 05.30. Setibanya di rumah tersebut, Muslimin langsung meminta maaf kepada kedua orangtuanya. Mustaqim, ayah Muslimin, sempat menasihati agar anaknya itu menyerahkan diri.
Seusai berkomunikasi dengan orangtuanya, Muslimin muntah-muntah. Sekitar pukul 07.00, ia diketahui sudah meninggal dunia.
”Kami dari Inafis dan Detasemen Polisi Militer melakukan olah tempat kejadian perkara. Sejumlah barang bukti yang terdiri dari (sampel) muntahan dan alat komunikasinya kita amankan,” ujar Kepala Kepolisian Daerah Jateng Inspektur Jenderal Ahmad Luthfi di Kendal, Kamis.
Luthfi mengaku belum mengetahui penyebab kematian Muslimin. Atas persetujuan keluarga, jenazah Muslimin akan diotopsi di Rumah Sakit Bhayangkara, Semarang. Dengan begitu, penyebab kematian bisa dipastikan.
Hingga Kamis siang, rumah masa kecil Muslimin ramai didatangi warga. Masyarakat yang melintas berhenti karena penasaran dengan apa yang terjadi. Kondisi itu membuat lalu lintas di jalan menuju rumah tersebut macet hingga 500 meter.
Sementara itu, rumah orangtua Muslimin dipasangi garis polisi. Di sekitarnya, sejumlah petugas dari kepolisian dan TNI berjaga. Dua mobil Inafis Polri terparkir di jalanan yang berada di samping rumah tersebut.
Teman-teman masa kecil Muslimin juga mendatangi lokasi. Mereka mengaku terkejut dengan kabar kematian Muslimin.
”Saya dapat informasi, katanya, Muslimin bunuh diri dengan cara minum racun. Pas lewat sini (rumah orangtua Muslimin) sudah ramai,” kata Romadhon (44), salah satu teman masa kecil Muslimin.
Romadhon mengaku sudah mendengar kabar terkait dengan keterlibatan Muslimin dalam tindak pidana penembakan terhadap istrinya. Ia tidak menyangka hal itu terjadi. Sebab, menurut dia, Muslimin merupakan sosok yang baik dan santun. ”Saya kaget, masak dia sampai segitunya,” ujarnya.
Seusai berkomunikasi dengan orangtuanya, Muslimin muntah-muntah. Sekitar pukul 07.00, ia diketahui sudah meninggal dunia.
Sebelumnya, Muslimin yang sehari-hari berdinas di Batalyon Artileri Pertahanan Udara 15/Dahana Bhaladika Yudha Semarang itu disebut sebagai dalang penembakan terhadap istrinya. Muslimin menggunakan jasa para eksekutor untuk menghabisi nyawa istrinya.
Kepada para eksekutor, Muslimin menjanjikan upah Rp 200 juta dan satu mobil Toyota Yaris jika mereka berhasil membunuh Rina. Kelima orang yang terlibat dalam permufakatan jahat itu telah diringkus dan ditetapkan sebagai tersangka, yakni Sugiono (34), Ponco (26), Supriyono (45), Agus (43), dan Dwi (37).