Nestle Indonesia Kucurkan Rp 7,7 Miliar untuk Ikut Tekan Dampak PMK di Jatim
Guna mengatasi dampak wabah penyakit mulut dan kuku, PT Nestle Indonesia memberikan bantuan kepada peternak sapi perah di Jawa Timur senilai Rp 7,7 miliar. Bantuan berupa bantuan pakan, disinfektan, vitamin, dan pakan.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·4 menit baca
PASURUAN, KOMPAS — PT Nestle Indonesia memberikan beragam bantuan bagi peternak sapi perah di Jawa Timur untuk menekan dampak wabah penyakit mulut dan kuku senilai Rp 7,7 miliar. Bantuan itu berbentuk pakan, disinfektan, vitamin, hingga obat-obatan mulai Juni hingga September 2022. Inisiatif sektor swasta diyakini bisa mempercepat pemulihan sektor peternakan akibat wabah tersebut.
Penyerahan bantuan secara simbolis dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Dadi Jaya, Purwodadi, Pasuruan, Jatim, Kamis (28/7/2022). Hadir dalam acara itu Asisten Deputi Pengembangan dan Pembaruan Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM Bagus Rachman, Presiden Direktur PT Nestle Indonesia Ganesan Ampalavanar, serta Head of Agricultural Services Nestle Indonesia Syahrudi. Selain itu, ada juga Kepala Dinas Peternakan Jatim Indyah Aryani, Pelaksana Harian Bupati Pasuruan Abdul Mujib Imron, dan sejumlah pejabat lain.
”Kami apresiasi semua pihak seperti PT Nestle Indonesia. Pasuruan selama ini produsen utama susu di Jatim. Dan, sebanyak 51 persen populasi sapi perah ada di Jatim sehingga dampak terbesar wabah PMK ini juga ada di sini,” kata Bagus.
Bagus mengatakan, Kementerian Koperasi dan UKM merupakan integrator dengan semua elemen. Harapannya, bisa terwujud koperasi modern di bidang pangan, termasuk ternak. ”Dengan koperasi tertata baik, akan memudahkan akses pembiayaan,” katanya. Kemudahan akses pembiayaan, menurut dia, menjadi sangat penting bagi peternak karena bisa jadi ternaknya mati atau dijual selama wabah PMK.
Ganesan Ampalavanar mendukung penuh upaya pemerintah menangani wabah PMK. Wabah tersebut menyebabkan penurunan jumlah kapasitas produksi susu dari mitra peternak binaannya hingga 50 persen. Jika tidak diatasi, menurut Ganesan, dalam enam bulan hingga setahun mendatang akan terjadi kekurangan produksi susu dari peternak.
”PT Nestle Indonesia memberikan dukungan dan apresiasi kepada Pemprov Jatim dalam penanganan PMK. Wabah pada sapi ini adalah isu yang sangat relevan bagi kami. Kami percaya kolaborasi sangat penting dalam percepatan penanggulangannya,” kata Ganesan.
Selain mendukung vaksinasi, menurut dia, Nestle Indonesia menyalurkan bantuan senilai Rp 7,7 miliar kepada peternak sapi perah di Jatim, khususnya melalui 35 koperasi mitra yang sudah berjalan sejak Juni hingga September 2022. Bantuan itu dalam bentuk vitamin, disinfektan, obat-obatan, dan pakan tambahan.
”Jatim adalah salah satu rumah Nestle Indonesia. Melalui bantuan ini, kami berharap kualitas dan keamanan susu segar dari mitra peternak kami terus terjaga,” kata Ganesan.
Menurut Ganesan, sebagai perusahaan makanan dan minuman yang senantiasa mengedepankan kesehatan konsumen, PT Nestle Indonesia berkomitmen untuk tetap menjaga kualitas produk-produknya, termasuk susu segar.
”Kami berharap, vaksinasi serta dukungan lain pada sapi-sapi perah dapat menjawab kekhawatiran peternak. Dengan demikian, sapi-sapi tersebut dapat kembali mendukung penghidupan mereka di masa sulit ini, sekaligus menjaga kualitas produksi susu segar yang dihasilkan,” ujar Ganesan.
Syahrudi menambahkan, fokus Nestle Indonesia dalam penanganan wabah PMK ada tiga hal pokok, yakni menuntaskan vaksinasi kedua, meningkatkan motivasi dan semangat peternak yang menurun akibat wabah tersebut, serta mempercepat pemulihan kondisi sapi.
”Untuk meningkatkan motivasi peternak, kami terus memberikan insentif PMK dan memberikan pinjaman tanpa bunga. Sementara untuk mempercepat pemulihan kondisi sapi, kami memberikan bantuan pakan ternak, yaitu molases dan mineral yeast dengan nilai Rp 2,5 miliar per bulan,” kata Syahrudi. Pemberian bantuan itu terus dievaluasi per bulan dan disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Indyah Aryani mengatakan, pihaknya sedang fokus melakukan vaksinasi tahap kedua. Saat ini, vaksinasi tahap pertama sudah mencapai 99,9 persen. ”Setelah itu, harus ada pendampingan ke peternak untuk pemulihan setelah wabah. Butuh manajemen di tata laksana, misalnya untuk pemberian pakan atau lainnya,” kata Indyah.
Meski masih berproses, Indyah pun menyebutkan, pemerintah sedang menjajaki kemungkinan memberikan bantuan sosial kepada peternak. ”Mekanismenya nanti seperti apa. Agar pertanggungjawabannya bagus dan tidak menyulitkan pemerintah, serta di sisi lain peternak bisa bangkit dan pulih perekonomiannya,” katanya.
Menurut Indyah, dampak PMK di Jatim saat ini mulai melandai. Hanya, terjadi penurunan populasi ternak sekitar 7 persen dari sebelumnya. ”Jumlah itu ada yang mati, dijual, dan dipotong paksa akibat kepanikan petani. Mortalitas atau kematian sapi sebenarnya sangat kecil, tidak sampai 1 persen,” katanya.
Akan tetapi, produksi susu sapi di Jatim memang menurun tajam akibat wabah PMK tersebut. Selama Januari-April 2022, produksi susu rata-rata per hari masih 1.669 ton. Menginjak Mei-Juli 2022, produksi susu merosot menjadi hanya 894 ton per hari.
Nurianto, Ketua KUD Dadi Jaya, mengungkapkan rasa syukur atas upaya pemerintah dan PT Nestle Indonesia dalam hal penanggulangan wabah PMK. Harapannya, upaya-upaya tersebut dapat mempercepat penanggulangan hewan-hewan ternak, khususnya sapi yang terjangkit wabah PMK, sehingga proses produksi susu dapat kembali berjalan dengan baik.