Pendakian ke puncak Raung ditutup sementara waktu. Sejauh ini letusan Raung tak berdampak pada penerbangan.
Oleh
SIWI YUNITA CAHYANINGRUM
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Aktivitas pendakian di Gunung Raung di Jawa Timur mulai Kamis (28/7/2022) pagi ini dihentikan menyusul erupsi Raung sore kemarin. Adapun aktivitas lain, seperti penerbangan, di Banyuwangi masih berlangsung normal.
Hingga Kamis pukul 11.00, kondisi Raung terpantau stabil. Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Raung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Mukijo mengatakan, tak terlihat adanya asap membubung di puncak Raung. Aktivitas Raung didominasi tremor berskala kecil.
Namun, aktivitas pendakian dihentikan sementara per Kamis pagi ini. ”Penghentian pendakian ini dilakukan oleh masing-masing pemerintah daerah. Kami memang tak merekomendasikan untuk naik ke puncak dalam kondisi seperti ini,” kata Mukijo.
Sebelumnya, pendakian Raung masih bisa dilakukan, tetapi pendaki dilarang untuk menginap di bibir kawah. Adapun warga di kaki gunung masih bisa beraktivitas normal sampai hari ini karena tempat tinggal mereka jauh dari puncak, sekitar 7 kilometer.
Penerbangan dari dan ke Bandara Blimbingsari di Banyuwangi pun masih aman. Eksekutif Manajer PT Angkasa Pura II Bandara Blimbingsari, Banyuwangi, Indrawansyah mengatakan, abu dari letusan Raung mengarah ke Jember.
Berdasarkan laporan dan pantauan, kondisi udara di sekitar bandara dan jalur penerbangan masih clear atau bersih dari debu vulkanik. Dengan demikian, penerbangan dari dan ke Banyuwangi masih bisa dilakukan, begitu pula dengan penerbangan pesawat latih.
”Meski demikian, kami akan pantau setiap waktu dengan paper test. Jika ditemukan ada tebaran debu vulkanik, pastinya kami akan mengambil tindakan, misalnya menunda penerbangan,” kata Indra.
Sebelumnya pada Rabu (27/7) pukul 17.19-17.28 Raung meletus. Gunung yang berada di perbatasan Banyuwangi-Jember-Bondowoso itu mengeluarkan asap hingga ketinggian 1.500 meter dari puncak gunung. Meski demikian, status Gunung Raung masih berada di level normal.
Status akan berubah jika ada kenaikan aktivitas, di antaranya munculnya asap tebal keabuan di puncak gunung dan kegempaan gunung yang kian meningkat. ”Berdasarkan pantauan pagi ini, Raung relatif landai,” kata Mukijo.
Gunung setinggi 3.332 meter di atas permukaan laut ini memiliki diameter kaldera 2 kilometer. Luas kaldera itulah yang menyebabkan material letusan Raung kembali masuk ke kaldera. Jarak puncak dengan permukiman pun relatif jauh, sekitar 7 kiloemeter. Namun, asap yang ditimbulkannya bisa menyebabkan gangguan penerbangan dan hujan abu.
Pada 2015, Raung tercatat erupsi besar. Erupsi itu menimbulkan hujan abu yang membuat aktivitas di Bandara Blimbingsari dan Bandara Ngurah Rai di Bali terganggu, bahkan tutup hingga berbulan-bulan. Tanaman pangan, seperti cabai, tomat, dan tembakau, di Banyuwangi, Jember, dan Bondowoso pun rusak dan petani gagal panen.
Terakhir, aktivitas gunung raung meningkat pada 21 Januari 2021. Saat itu, PVMBG menaikkan status Raung dari normal menjadi waspada. Puncak Raung kala itu mengeluarkan pijar kemerahan, suara gemuruh hingga 20 km dari puncak, dan getaran tremor yang terus meningkat. Fenomena itu juga terjadi pada 2012 dan 2013.