Proyek Mangkrak, Jalan Trans-Sulawesi di Konawe Utara Tak Kunjung Mulus
Pengerjaan peninggian jalan Trans-Sulawesi di Konawe Utara, Sultra, senilai lebih dari Rp 50 miliar mangkrak dan terbengkalai. Peninggian jalan utama di daerah ini pun tertunda dan terancam putus saat banjir menerjang.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Pengerjaan sejumlah ruas jalan Trans-Sulawesi di Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, senilai lebih dari Rp 50 miliar mangkrak dan terbengkalai beberapa waktu terakhir. Kondisi ini membuat jalan berlumpur dan berlubang, yang sangat menyulitkan serta membahayakan pengendara. Akses utama antarprovinsi ini pun terancam kembali putus saat banjir menerjang.
Kondisi sejumlah titik jalan di Konawe Utara, utamanya di Kecamatan Oheo, terlihat berlumpur dan berlubang, Sabtu (23/7/2022). Di Desa Sambandete, konstruksi pengerjaan menjorok ke jalan dengan besi yang mencuat. Pengendara harus menghindari lumpur sekaligus konstruksi jalan yang tidak tuntas. Konstruksi tersebut merupakan pengerjaan jalan yang terhenti sejak beberapa bulan terakhir. Akses jalan dipenuhi lubang dan lumpur saat hujan tiba.
Ambo (53), pedagang keliling di Konawe Utara, menyampaikan, akses jalan ini sangat menyulitkan dirinya yang setiap hari harus melalui jalur satu-satunya ini. Saat kendaraan ramai, ia harus antre dan menunggu giliran. Tidak jarang ada pengendara motor yang terjatuh saat terperosok ke lubang berlumpur.
”Mau tidak mau harus dilewati karena ini jalur satu-satunya. Mana banyak truk dan kendaraan berat yang lewat, jadi jalan semakin rusak,” katanya.
Menurut Ambo, pengerjaan jalan ini telah terhenti sejak beberapa bulan lalu. Namun, ia tidak mengetahui mengapa para pekerja tiba-tiba berhenti bekerja dan meninggalkan pengerjaan jalan yang sedang berlangsung.
Pengerjaan jalan yang terhenti ini merupakan proyek penanggulangan banjir dengan peninggian jalan di Kecamatan Oheo dan Kecamatan Langgikima pada 2021. Sejumlah titik pengerjaan ada di Desa Sambandete, Desa Linomoyo, Desa Horoe, dan satu titik di Langgikima. Proyek ini berada di bawah wewenang Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) XXI Kendari.
Di Desa Linomoyo, akses jalan penuh lumpur dan lubang yang dalam. Jalan sepanjang sekitar 1 kilometer ini terlihat baru ditinggikan dan ditimbun sebagian, lalu ditinggalkan oleh para pekerja. Di Desa Horoe, hanya sebagian jalan yang sudah ditinggikan dan bagian lainnya masih terbengkalai.
Sejumlah lokasi jalan ini mulai dikerjakan sejak awal tahun lalu, sebagai bagian proyek peninggian jalan Trans-Sulawesi yang rawan terendam banjir. Selama bertahun-tahun terakhir, akses jalan ini sering terputus dan tidak bisa dilalui saat banjir menerjang.
Padahal, akses ini merupakan jalan utama sisi timur Trans-Sulawesi, yang menghubungkan Sulawesi Tenggara dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Daerah dengan lokasi kawasan industri dan pertambangan nikel ini merupakan jalur utama logistik dan transportasi masyarakat.
Kepala Satuan Kerja Wilayah II BPJN XXI Kendari Haryanto menjabarkan, sejumlah pengerjaan yang masuk dalam dua paket pengerjaan jalan di Konawe Utara memang telah dihentikan sejak Maret lalu. Hal itu dilakukan karena pelaksana proyek tidak mampu memenuhi tenggat waktu meski telah diberikan penambahan masa kerja selama 90 hari.
Pelaksana ini sudah kami blacklist karena pekerjaan baru selesai 24 persen.
”Ada dua pelaksana yang menangani pengerjaan sekitar 2 kilometer dengan anggaran sekitar Rp 50 miliar. Satu pelaksana mengerjakan tiga titik sepanjang 1,2 kilometer dengan total nilai Rp 11 miliar. Pelaksana ini sudah kami blacklist karena pekerjaan baru selesai 24 persen. Sementara untuk pengerjaan di Desa Sambandete senilai Rp 40 miliar baru selesai sekitar 88 persen. Pelaksananya juga kami usulkan untuk di-blacklist,” ucap Haryanto.
Terhentinya pekerjaan jalan ini, menurut Haryanto, disebabkan beberapa hal, mulai dari lambatnya pengerjaan, status tanah yang belum tuntas, hingga cuaca. Kondisi ini menyebabkan semua program perbaikan jalan untuk penanggulangan banjir di Konawe Utara untuk tahun 2021 tidak ada yang tuntas.
Untuk sementara, ia melanjutkan, pihaknya melakukan penanganan sementara dengan penimbunan jalan berlubang. Hal tersebut agar jalan tetap bisa dilalui sembari menunggu pengerjaan dilakukan di masa mendatang.
Dia menjelaskan, untuk tahun ini, pembiayaan jalan itu belum dianggarkan karena masih ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Hal ini mencakup audit pengerjaan hingga penyelesaian status hukum setelah dua perusahaan pelaksana melakukan gugatan.
“Semoga tahun depan bisa terlaksana dan jalan segera tuntas. Tahun ini kami usulkan anggaran Rp 800 juta untuk penanganan sementara dulu,” katanya.