Surabaya Kembali Mengalami Lonjakan Kasus Covid-19
Lonjakan kasus Covid-19 kembali membayangi Surabaya, Jawa Timur. Pengendalian dengan disiplin protokol kesehatan, kinerja penanganan, dan vaksinasi tidak boleh mengendur.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Situasi Covid-19 di Surabaya, Jawa Timur, kian memburuk. Hal itu dilihat dari penambahan kasus harian yang terus bertambah. Namun, belum terlihat kembali kebijakan seperti pembatasan sosial untuk pengendalian. Masyarakat didorong kembali disiplin protokol kesehatan dan melengkapi vaksinasi hingga dosis penguat atau booster.
Situasi kian memburuk dapat terlihat dari pergerakan kasus sepekan terakhir. Dari laman resmi https://lawancovid-19.surabaya.go.id dan https://infocovid19.jatimprov.go.id, kasus kumulatif di Surabaya pada Kamis (21/7/2022) mencapai 119.511 kasus atau bertambah 904 kasus dari pekan lalu. Adapun sepekan sebelumnya, atau periode 7-14 Juli 2022, kasus kumulatif bertambah 787 kasus.
Dengan penambahan 904 kasus dalam sepekan berarti rerata harian terjadi penambahan 129 kasus Covid-19. Jumlah ini berkali-kali lipat ketimbang situasi terkendali dengan penambahan harian kurang dari 10 kasus atau dalam kisaran 10-20 kasus.
Meski situasi secara statistik terlihat memburuk, Surabaya, ibu kota Jatim masih berstatus level 1 atau terkendali. Itu sesuai dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2022 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada Kondisi Covid-19 di Wilayah Jawa dan Bali. Regulasi ini berlaku 6 Juli-1 Agustus 2022 atau diubah dengan kebijakan serupa atau lebih tinggi dalam kurun waktu tersebut.
Selain itu, dalam sepekan terakhir juga tidak tercatat penambahan kasus kematian. Kumulatif jumlah pasien meninggal berstatus pasien Covid-19 masih tercatat 2.949 jiwa. Ini setidaknya memperlihatkan dampak Covid-19 melemah atau belum lagi fatal terhadap pasien dari kalangan masyarakat rentan.
Menurut epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, peningkatan kasus terkait subvarian Omicron yang lebih menular meski dampak terhadap kematian atau fatalitas tidak tinggi. Peningkatan kasus juga sesuai dengan prediksi kalangan epidemiolog bahwa subvarian Omicron akan memicu ”ledakan” di tengah kesadaran penerapan protokol kesehatan (prokes) mengendur.
”Saya kira, situasi Covid-19 akan segera menurun dan kembali terkendali,” kata Windhu. Situasi pandemi dianggap masih terkendali sehingga secara umum tidak ada lagi pembatasan sosial. Ini memicu masyarakat umum menurunkan kewaspadaan dan kedisiplinan terhadap penerapan prokes.
Kedisiplinan menggunakan masker, menjaga jarak, dan memelihara kebersihan menjadi tanggung jawab pribadi masyarakat. Belum terlihat lagi gencarnya penegakan hukum dalam penerapan prokes terhadap masyarakat. ”Tetapi, aparatur terus mendorong percepatan vaksinasi dengan harapan meningkatkan perlindungan terhadap masyarakat dari dampak fatal Covid-19,” ujar Windhu.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, pengendalian pandemi lebih diarahkan pada warga agar segera melengkapi vaksinasi hingga dosis ketiga untuk kalangan dewasa atau berusia minimal 18 tahun. Kelengkapan vaksinasi bertujuan memudahkan masyarakat dalam perjalanan dalam negeri. Vaksinasi dosis ketiga menjadi syarat wajib perjalanan dalam negeri, terutama menggunakan angkutan umum sejak 17 Juli 2022.
”Kami juga kembali menerapkan pendekatan hukum, misalnya patroli dan swab hunter,” kata Eri.
Swab hunter merupakan kegiatan patroli gabungan tim kesehatan dan aparatur terpadu ke tempat-tempat keramaian yang diduga menerapkan prokes longgar. Di sana diasumsikan risiko penularan tinggi sehingga diadakan tes antigen atau PCR secara acak terhadap kalangan masyarakat. Yang terindikasi terjangkit segera diminta isolasi mandiri atau ditangani secara khusus.
Eri melanjutkan, kegiatan swab hunter memperkuat mekanisme pengendalian pandemi melalui pengetesan, pelacakan, dan penanganan atau 3T (testing, tracing, treatment). Jika 3T digencarkan, antara lain, melalui swab hunter, pasien Covid-19 potensial yang terjaring juga meningkat. Aparatur di Surabaya tidak terlalu heran jika peningkatan kasus tertinggi se-Jatim menimpa ibu kota karena kinerja 3T kembali digencarkan.
”Saya berharap situasi tidak terus memburuk yang bisa memaksa penerapan kembali pembatasan sosial,” kata Eri.
Situasi yang sedang memburuk diharapkan meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran masyarakat untuk prokes dan melengkapi vaksinasi. Masyarakat juga diharapkan kembali bersiap dengan kemungkinan tak mengenakkan, seperti pembatasan sosial.