Koreografer muda peserta Temu Seni dalam rangkaian Festival Indonesia Bertutur 2022 berkolaborasi dengan maestro kecak I Ketut Rina mementaskan tari cak Rina di Teges Kanginan, Peliatan, Ubud, Gianyar, Kamis (21/7/2022).
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
GIANYAR, KOMPAS — Belasan koreografer muda peserta kegiatan Temu Seni Indonesia Bertutur 2022 mementaskan tari kecak bersama seniman tari kecak I Ketut Rina. Pementasan tari kecak dengan gaya I Ketut Rina, yang ekspresif dan dinamis, memberikan pengalaman unik bagi 18 peserta Temu Seni Indonesia Bertutur, baik yang berlatar belakang penari maupun koreografer, dari berbagai daerah di Indonesia.
Pementasan kolaborasi dari 18 koreografer muda peserta Temu Seni bidang tari bersama I Ketut Rina dan kawan-kawan dari Teges Kanginan, Desa Peliatan, Ubud, Kabupaten Gianyar, Kamis (21/7/2022), dilangsungkan setelah para peserta kegiatan Temu Seni, yakni ajang silaturahmi dan jejaring seni tari sebagai rangkaian Indonesia Bertutur, itu mengikuti pelatihan singkat tari kecak bersama Rina, maestro tari kecak dari Teges Kanginan, Ubud. Pergelaran tari kecak bersama Rina dilangsungkan di area luar Pura Kahyangan Tiga Desa Adat Teges Kanginan, Desa Peliatan, Ubud.
”Ini baru kali pertama ikut workshop tari kecak. Ternyata tidak mudah karena tari kecak membutuhkan koordinasi gerak, tari, dan suara secara bersamaan,” kata Ayu Permata Sari (30), koreografer asal Lampung yang mengikuti kegiatan Temu Seni Indonesia Bertutur seri tari, menjelang pementasan tari kecak, Kamis (21/7). ”Tetapi menyenangkan,” ujar Ayu menambahkan.
Peserta lain, Priscilla Elisabeth Monica Rumbiak (28), koreografer asal Jayapura, Papua, mengungkapkan, berlatih secara langsung dengan maestro tari kecak membuka wawasannya sebagai seniman tari dan koreografer. ”Workshop bersama Ketut Rina ini menjadi pengalaman yang paling mengesankan,” ujar Monica.
Tidak hanya tampil berkolaborasi dengan Rina dalam tari kecak, beberapa peserta Temu Seni Indonesia Bertutur itu juga menampilkan tari karya mereka sendiri sebagai respons dari mengikuti kegiatan Temu Seni bidang tari, yang dimulai sejak Senin (18/7). Para peserta yang menampilkan karyanya adalah Ayu Anantha Putri dari Bali dengan tari kreasi dan juga tari kolaborasi antara Puri Senjani Apriliani dan Bhatara serta tari kolaborasi antara Krisna Satya dan Ela Mutiara.
Kegiatan Temu Seni bidang tari di Bali, menurut Direktur Artistik Indonesia Bertutur 2022 Melati Suryodarmo, merupakan rangkaian dari festival Indonesia Bertutur 2022, yang dilangsungkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dalam rangka menyemarakkan Presidensi G20 Indonesia. Festival Indonesia Bertutur 2022 menjadi bagian dari perhelatan akbar Pertemuan Tingkat Menteri Kebudayaan G20 pada September 2022.
”Puncak event Indonesia Bertutur 2022 pada 7-13 September 2022 di kawasan Borobudur, Magelang,” ujar Melati Suryodarmo menjelang workshop tari kecak di rumah Ketut Rina, di Teges Kanginan, Kamis (21/7).
Tari kecak adalah tari pertunjukan yang menggunakan iringan suara cak secara berirama. Tari kecak mementaskan bagian kisah dari Ramayana. Tari ini mengalami perkembangan, termasuk kreasi tari cak Rina.
Adapun Temu Seni, yang digelar serangkaian dengan Festival Indonesia Bertutur 2022 dalam rangka menyongsong Pertemuan Tingkat Menteri Kebudayaan G20 pada September 2022, dilangsungkan mulai Senin (18/7) sampai Minggu (24/7) di Bali.
Peserta Temu Seni bidang tari berasal dari kalangan seniman tari dan koreografer muda dari berbagai daerah di Indonesia. Para peserta diajak mengikuti kegiatan kunjungan ke situs budaya, latihan dan lokakarya, sarasehan, dan diskusi. Selain menimba wawasan dari seniman tari Bali, para peserta juga mendapat kesempatan mendatangi Candi Tebing Gunung Kawi di Gianyar, diskusi dan praktik tari, serta diskusi kelompok terpumpun (FGD).
Tari cak Rina, menurut I Ketut Rina, adalah garapan Sardono Waluyo Kusumo yang terinspirasi di Teges Kanginan. ”Semasa kecil, saya mengikuti Sardono. Tari cak Rina, menurut Sardono, memasukkan unsur teater,” ujar Rina di hadapan para koreografer peserta Temu Seni, Kamis (21/7).
Rina kemudian mengembangkannya sebagai tari kecak dari Teges Kanginan. Rina menyebut tari cak Rina sangat ekspresif dan sangat bebas sehingga terkesan liar. Akan tetapi, menurut Rina, cak Rina juga menganut pakem dari tari kecak. ”Mayoritas penari kecak di Teges adalah petani dan pematung,” ujar Rina.
Rina menuturkan, pementasan tari cak Rina pernah mendapat penolakan karena dianggap liar. Namun, tari cak Rina juga mendapat apresiasi dan pernah dipentaskan ke sejumlah negara, termasuk di Iran. Tari cak Rina kerap dilibatkan dalam garapan kolaborasi, termasuk bersama penari balet.
Rina bersama kelompok tari cak Rina turut mengisi acara Megalitikum Kuantum, konser perayaan ulang tahun ke-40 Kompas pada 2005.