Setelah terdampak pandemi Covid-19 dua tahun terakhir, pariwisata di Provinsi Gorontalo mulai pulih. Pemprov Gorontalo pun menetapkan delapan lokasi wisata prioritas.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
GORONTALO, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Gorontalo menetapkan delapan destinasi wisata prioritas yang berbasis kekhasan daerah dan pemberdayaan masyarakat. Upaya itu diharapkan memulihkan sektor pariwisata yang terpukul pandemi Covid-19 dua tahun terakhir.
Destinasi itu, di antaranya, adalah pengamatan hiu paus di Desa Botubarani dan pemandian air panas Lombongo di Kabupaten Bone Bolango; Benteng Otanaha (Kota Gorontalo); serta Museum Pendaratan Soekarno dan Desa Religi Bongo dengan Pantai Dulanga (Kabupaten Gorontalo).
Daerah lainnya adalah Pantai Minanga (Gorontalo Utara), Pantai Bolihutuo (Kabupaten Boalemo), serta perkampungan terapung suku Bajo di Desa Torosiaje (Kabupaten Pohuwato). Adapun destinasi wisata di provinsi seluas 12.215 kilometer persegi itu tercatat 32 lokasi.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo Rifli M Katili mengatakan, penetapan delapan lokasi prioritas itu untuk memulihkan sektor pariwisata yang terdampak pandemi Covid-19 dua tahun terakhir. ”Ini bentuk dukungan kami untuk pengembangan wisata,” katanya, Selasa (19/7/2022).
Wabah Covid-19 sempat memukul sektor pariwisata di daerah yang berbatasan dengan Teluk Tomini itu. Sejak Januari hingga Oktober 2021, kunjungan wisata ke Gorontalo tercatat 623.310 orang. Jumlah itu menurun dibandingkan periode yang sama pada 2019, yakni 1,3 juta orang.
Menurut Rifli, delapan lokasi wisata prioritas itu berbasis pemberdayaan masyarakat dan ekonomi kreatif. Pihaknya akan melatih warga setempat hingga mengembangkan kuliner serta seni kriya khas daerah. ”Orang yang mau makan dan cari oleh-oleh, nanti semua ada di situ,” ucapnya.
Pihaknya juga telah menggelar sejumlah agenda wisata, seperti Gorontalo Karnaval Karawo, Juni lalu. Acara tersebut menampilkan kain sulam khas Gorontalo yang disebut karawo. September mendatang, pihaknya mengadakan Festival Pesona Danau Limboto, termasuk olahraga dayung.
Meski demikian, Rifli belum memastikan besaran anggaran untuk delapan lokasi prioritas itu. ”Kami masih petakan (anggarannya). Kami butuh duduk dengan pemerintah kabupaten dan desa. Jangan sampai ada ada tumpang tindih. Pariwisata itu tidak bisa berdiri sendiri,” ungkapnya.
Ia menambahkan, pemulihan sektor pariwisata di Gorontalo juga membutuhkan dukungan pemerintah pusat. Kebijakan pembatasan mobilitas warga saat pandemi hingga kewajiban vaksinasi ketiga atau penguat saat naik pesawat dinilai turut memengaruhi kunjungan wisatawan.
”Biaya tiket pesawat juga naik. Biasanya Gorontalo-Makassar sekitar Rp 700.000 per orang, sekarang sudah lebih dari Rp 1 juta,” ujarnya. Intensitas penerbangan menuju Gorontalo juga belum sepenuhnya pulih seperti sebelum pandemi, yakni sehari bisa enam penerbangan.
Olis Latif, pengelola wisata hiu paus di Desa Botubarani, mengatakan, wisatawan domestik dan mancanegara mulai berdatangan awal tahun ini. Akan tetapi, ia berharap pemerintah menambah infrastruktur wisata. ”Tempat parkir di sini jauh. Kasihan wisatawan harus jalan,” katanya.
Wisata hiu paus kini menjadi salah satu andalan Gorontalo. Di pesisir Desa Botubarani, wisatawan dapat melihat secara langsung hiu paus (Rhincodon typus) dari atas perahu. Bahkan, pengunjung bisa berenang dengan ikan besar tersebut tanpa menyentuhnya. Pengelola wisata pun menyediakan peralatan selam untuk wisatawan.
Dalam sebulan, rata-rata ada 400 wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata hiu paus di Desa Botubarani. Penetapan kawasan itu sebagai salah lokasi wisata prioritas diharapkan makin memperbanyak kunjungan wisatawan. Demikian halnya untuk tujuh obyek wisata andalan yang lain di Gorontalo.