Kinerja Ekspor Perikanan Topang Ekonomi Jatim pada Masa Pandemi Covid-19
Volume ekspor perikanan dan produk turunannya di Jatim meningkat 17 persen dibanding sebelum pandemi. Upaya menggenjot kinerja sektor ini pun terus dilakukan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Sektor perikanan menjadi salah satu penopang kinerja perekonomian di Jawa Timur pada masa pandemi Covid-19. Volume ekspor perikanan dan produk turunannya justru tercatat meningkat 17 persen dibanding sebelum pandemi. Upaya menggenjot kinerja sektor ini pun terus dilakukan, salah satunya dengan meningkatkan jaminan mutu produk perikanan.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jatim Dyah Wahyu Ermawati mengatakan, pada 2021, nilai ekspor perikanan Jatim mencapai 2.568 miliar dollar AS. Nilai ekspor itu meningkat 17 persen dibanding tahun 2019 yang hanya 2.193 miliar dollar AS.
”Nilai ekspor produk perikanan Jatim terus memiliki tren positif. Hal itu tidak lepas dari dukungan para pelaku usaha, pelaku industri, dan pemerintah, terutama Kementerian Kelautan dan Perikanan RI,” ujar Dyah pada acara puncak Bulan Mutu Karantina (BMK) Tahun 2022 di Sidoarjo, Senin (18/7/2022).
Acara Bulan Mutu Karantina menekankan penjaminan pada produk ikan yang sehat dan bermutu. Dalam kegiatan tersebut juga dilakukan pelepasan ekspor beragam produk hasil perikanan sebanyak 1.868.873 ton dengan nilai Rp 232 miliar.
Produk hasil perikanan yang diekspor, antara lain, berupa makarel beku, udang beku, ikan segar, udang segar, ikan sarden, tuna beku, dan pelagis beku. Negara tujuan ekspor, antara lain, Jepang, Malaysia, Amerika Serikat, Singapura, China, dan Australia.
Dyah mengatakan, ekspor tersebut merupakan wujud nyata kinerja perikanan di Jatim di tengah kondisi ekonomi makro yang belum pulih sepenuhnya dari dampak pandemi Covid-19. Dia pun mengajak seluruh pelaku usaha dan industri perikanan bersama-sama dengan pemerintah pusat dan daerah melakukan terobosan untuk meningkatkan ekspor perikanan, terutama di Jatim.
Dyah menyatakan, pengembangan usaha perikanan di Jatim dimulai dari sektor hulu hingga hilir. Pembinaan dan pengembangan usaha sektor perikanan secara menyeluruh diperlukan untuk meningkatkan daya saing produk lokal di pasar global.
Di sisi lain, dia juga meminta pelaku ekspor meningkatkan daya saing produknya melalui kepatuhan pada sistem jaminan mutu perikanan. Peningkatan daya saing global ini tidak hanya di lingkup regional atau kawasan Asia Tenggara, tetapi di seluruh dunia. Dengan demikian, sektor perikanan menjadi sektor yang menarik bagi investor dan mampu berkontribusi lebih banyak lagi dalam pembangunan perekonomian Jatim.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Hari Maryadi mengatakan, pihaknya terus berinovasi menghadirkan pelayanan masyarakat yang efisien dan efektif untuk mendorong peningkatan kinerja ekspor. Salah satunya layanan karantina berbasis aplikasi Pancen Oke.
”Aplikasi ini memudahkan pelayanan, terutama pada daerah yang tidak terdapat kantor BKIPM, seperti Kabupaten Blitar, Kediri, Tulungagung, dan Pacitan. Daerah ini mempunyai sumber daya perikanan darat dan perikanan laut yang cukup potensial,” kata Hari.
Keunggulan aplikasi ini, antara lain, layanannya berbasis digital sehingga pengguna jasa tidak perlu datang ke kantor atau bertemu secara langsung dengan petugas. Mereka cukup mengakses layanan melalui aplikasi yang bisa diunduh melalui telepon pintar sehingga hemat waktu, tenaga, dan biaya.
Selain menawarkan layanan yang praktis, cepat, dan efisien, Pancen Oke juga memberikan kemudahan bagi pelanggan dalam memperoleh informasi terkini seputar perkarantinaan. Jenis layanan yang diakomodasi, antara lain, layanan lalu lintas komoditas perikanan, layanan konfirmasi kesehatan ikan yang akan dilalulintaskan, simulasi tarif penerimaan negara bukan pajak (PNBP), pengurusan perizinan National Single Window (NSW), serta pengurusan analisis keamanan produk makanan yang diakui secara internasional (Hazard Analysis and Critical Control Point/HACCP) secara dalam jaringan.