Minim Konflik dengan Manusia, Kelahiran Gajah Sumatera di Padang Sugihan Tinggi
Seekor gajah sumatera betina lahir di Suaka Margasatwa Padang Sugihan. Kelahiran ini merupakan yang ke-11 dalam 10 tahun terakhir. Ini membuktikan bahwa kawasan tersebut cocok untuk dijadikan habitat gajah.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Seekor gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) betina lahir di Pusat Latihan Gajah Jalur 21 Padang Sugihan, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, Rabu (13/7/2022). Minim konflik dengan manusia, kawasan ini memiliki tingkat kelahiran tinggi.
Luas Suaka Margasatwa Padang Sugihan kini sekitar 88.000 hektar. Tempat itu menjadi rumah bagi sedikitnya 60 ekor gajah. Sebanyak 28 gajah di antaranya jinak. Kelahiran kali ini adalah yang pertama di Suaka Margasatwa Padang Sugihan untuk tahun 2022.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel Ujang Wisnu Barata, Kamis (14/7/2022), menjelaskan, gajah itu lahir pada Rabu (13/7) dini hari di areal Pusat Latihan Gajah (PLG) RKW XV SM Padang Sugihan. Induknya adalah Elsa (24), betina asal Air Sugihan Jalur 18, dan jantan bernama Gapula (31) asal Talang Mante Banyuasin, gajah binaan PLG Jalur 21 Padang Sugihan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengukuran morfometri, ukuran bayi gajah itu ideal. Tingginya 77 sentimeter, lingkar badan 102 cm, dan lingkar kaki belakang 49 cm. Selain itu, lingkar kaki depan 50 cm, panjang ekor 39 cm, dan panjang belalai 36 cm.
Struktur kepalanya juga sempurna, telinga kiri kanan lengkap, badan lengkap, dan kaki depan (kiri dan kanan) lengkap sempurna. Selain itu, kaki belakang (kiri dan kanan) dan ekor sempurna. ”Kami sangat senang ada anggota baru di SM Padang Sugihan,” ucapnya.
Kelahiran ini menambah total gajah jinak di Suaka Margasatwa Padang Sugihan menjadi 28 ekor. Dari jumlah itu, empat di antaranya jantan dan 10 betina dewasa atau di atas 20 tahun. Selain itu, ada tiga gajah remaja berusia 11-20 tahun. Tercatat pula, enam gajah anak berjenis kelamin jantan dan lima gajah anak berjenis kelamin betina dengan usia kurang dari 10 tahun.
Selain itu, gajah ini adalah yang ke-11 dalam 10 tahun terakhir yang lahir di Padang Sugihan. Bahkan, dalam dua tahun terakhir tercatat dua kelahiran. Juni 2021, lahir gajah jantan di daerah itu. Apabila memperhitungkan jangka waktu kelahiran sekitar 22 bulan, statistik itu terbilang cukup baik.
Tingginya angka kelahiran juga menjadi indikasi habitat yang ideal untuk gajah. Selain minim risiko konflik dengan manusia, luasan dan ketersediaan makanan terbilang memadai. Bahkan, beberapa gajah dari Suaka Margasatwa Padang Sugihan sudah dikirim ke beberapa daerah, seperti Kabupaten Tebo di Jambi.
”Pengiriman ini bertujuan meningkatkan keragaman genetik spesies, terutama gajah liar,” kata Ujang.
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indra Eksploitasia menjelaskan, gajah sumatera adalah satwa prioritas. Hal itu tertuang dalam Keputusan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Nomor: SK.180/IV-KKH/2015 tentang Penetapan Dua Puluh Lima Satwa Terancam Punah Prioritas untuk ditingkatkan populasinya sebesar 10 persen.
Gajah juga merupakan satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.106/MENLHK/SETJEN/KUM/12/2018. Gajah sumatera masuk dalam kategori
endangered
(terancam punah) menurut Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Indra mengapresiasi BKSDA Sumsel yang berhasil mengelola pusat latihan gajah. Ke depan, lahirnya anak-anak gajah di ex situ diharapkan dapat menambah keragaman genetik populasi di alam. ”Semoga gajah sumatera di habitat alam dapat terus lestari,” kata Indra.