Promosi Berbasis Digital Menjadi Andalan Desa Wisata
Promosi tentang potensi wisata di desa harus digencarkan, salah satunya melalui ranah digital.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
GIANYAR, KOMPAS — Pengembangan desa wisata dapat mendorong percepatan pembangunan desa. Untuk itu, promosi tentang potensi wisata di desa harus digencarkan, salah satunya melalui ranah digital.
Hal itu dikemukakan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar dalam pemaparannya tentang urgensi Indeks Desa Membangun yang digelar secara virtual dari Ubud, Bali, Selasa (12/7/2022). Ia menyatakan, promosi berbasis internet saat ini menjadi andalan bagi desa dalam mengenalkan potensi wisata di desanya.
Desa wisata kini menjadi tren pariwisata dunia. Pelancong menginginkan pengalaman liburan secara alami di tengah lingkungan masyarakat. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) pun menyiapkan platform promosi desa wisata berbasis internet melalui aplikasi Desa Wisata Nusantara.
Desa wisata bersama badan usaha milik desa (Bumdes) dinyatakan sebagai ujung tombak pemulihan ekonomi nasional, khususnya setelah pandemi Covid-19. Kemendes PDTT bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersinergi membina dan mengawasi pengembangan desa wisata.
Dalam hal ini, Kemendes PDTT fokus pada desa wisata yang dikelola Bumdes ataupun Bumdes Bersama. ”Kita terus bersinergi untuk desa wisata, membuka lapangan kerja seluas-luasnya, dan memajukan kesejahteraan masyarakat desa,” ujar Abdul Halim.
Abdul Halim juga memaparkan perihal Indeks Desa Membangun dan penyaluran dana desa dalam rangka percepatan pembangunan desa dan pemulihan ekonomi di tingkat desa. Secara umum disebutkan, sebesar 51,35 persen, atau senilai Rp 34,725 triliun dari pagu APBN sebesar Rp 68 triliun, dana desa sudah disalurkan ke rekening desa sampai 12 Juli 2022. Dana tersebut disalurkan ke 73.255 desa.
Penggunaan dana desa tersebut, antara lain, sebagai Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar Rp 9,549 triliun kepada 6.455.099 keluarga penerima manfaat (KPM), program Padat Karya Tunai Desa (PKTD) sebesar Rp 1,082 triliun yang menyerap 567.063 warga desa, program Desa Aman Covid-19 sebesar Rp 2,940 triliun, program ketahanan pangan sebesar Rp 5,959 triliun, dan kegiatan prioritas desa lainnya.
Dalam jumpa pers virtual itu, Kepala Desa Sayan, Gianyar, I Made Andika menyatakan, mayoritas warga di Desa Sayan mengandalkan sektor pariwisata. Akibat pandemi Covid-19, warga desa setempat juga terpuruk.
Sebelumnya, Abdul Halim membuka seminar dan pelatihan mengenai revitalisasi desa wisata di sekitar Tukad (Sungai) Oos di Kabupaten Gianyar. Seminar dan pelatihan tersebut, menurut Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, Gianyar, Anak Agung Gede Ngurah Ari Dwipayana, juga bertujuan membangun kesadaran warga desa di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Tukad Oos untuk menjaga dan memelihara sumber daya air dan lingkungan.
Ari Dwipayana menambahkan, kegiatan seminar dan pelatihan revitalisasi desa wisata di Tukad Oos tersebut juga menghadirkan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo sebagai bentuk sinergi antara Kemendes PDTT dan Kemenparekraf dalam membina dan mengawasi desa wisata. Adapun kegiatan seminar dan pelatihan itu menjadi rangkaian program ”Nyampuh Tirah Campuhan”, atau pemuliaan air, yang diluncurkan Yayasan Puri Kauhan Ubud.
Ari Dwipayana mengatakan, pariwisata merupakan bonus dari aktivitas masyarakat menjaga dan melestarikan air, alam, dan budaya. Pembangunan desa wisata mengeksplorasi potensi wisata dan kekayaan alam setempat. Oleh karena itu, ujar Ari, diperlukan kesiapan warga dalam menata dan mengelola potensi desa sebagai kekuatan membangun desa wisata.