Kolaborasi untuk mengatasi krisis air bersih di Pulau Timor, NTT, haruslah menjadi contoh.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
FRANSISKUS PATI HERIN
Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI AD Letnan Jenderal (Purn) Doni Monardo, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Arsjad Rasjid, dan Panglima Komando Cadangan Strategis AD Letnan Jenderal Maruli Simanjuntak (kiri ke kanan) meresmikan sumber air bersih di Desa Noelbaki, Kabupaten Kupang, NTT, Senin (11/7/2022).
OELAMASI, KOMPAS — Kelompok Purnawirawan TNI Angkatan Darat, Kamar Dagang dan Industri, dan prajurit TNI AD melakukan kerja kolaboratif untuk mengatasi krisis air bersih di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. Kolaborasi semacam itu perlu dijadikan contoh untuk menangani berbagai persoalan dasar, termasuk air bersih yang kini menghantui dunia.
Hasil dari kerja kolaboratif itu ditunjukkan dengan peresmian 16 sumur bor bagi warga eks Timor Timur yang dibangun sejak November 2021. Secara simbolis, lokasi peresmian dilakukan di Desa Noelbaki, Kabupaten Kupang, Senin (11/7/2022) petang.
Peresmian itu dihadiri Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI AD Letnan Jenderal (Purn) Doni Monardo, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Arsjad Rasjid, Panglima Komando Cadangan Strategis AD Letnan Jenderal Maruli Simanjuntak, Bupati Kupang Korinus Masneno, serta sejumlah pejabat dan masyarakat setempat.
Doni mengatakan, kehadiran sumur bor itu digagas oleh dirinya dan Arsjad. Ide itu datang setelah pemberitaan media terkait persoalan krisis air di Pulau Timor. Untuk sementara, program tersebut masih fokus membantu warga eks Timor Timur dengan alasan mereka menjadi kelompok yang cukup terdampak. Banyak dari mereka masih sulit bangkit.
FRANSISKUS PATI HERIN
Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI AD Letnan Jenderal (Purn) Doni Monardo membasuh wajahnya kemudian diikuti Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Arsjad Rasjid. Mereka meresmikan sumber air bersih di Desa Noelbaki, Kabupaten Kupang, NTT, Senin (11/7/2022).
Program pembangunan itu dikerjakan oleh TNI AD di bawah Komando Daerah Militer IX/Udayana yang saat itu dipimpin oleh Maruli.
”Perlu kolaborasi berbagai pihak untuk menghadirkan solusi bagi persoalan rakyat. Semoga kolaborasi semacam ini dapat menginspirasi banyak pihak untuk mau terlibat, ” kata Doni.
Kini, telah terbangun sumur bor serta bak penampung pada 16 permukiman. Sasaran penggunanya adalah 1.674 keluarga atau 10.522 jiwa warga eks Timor Timur. Mereka tersebar di lima kabupaten di Pulau Timor, mulai dari Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Malaka, dan Belu.
Arsjad berharap, kehadiran sumur bor itu dapat membantu mengatasi berbagai persoalan terutama mengenai kesehatan. Air menjadi elemen penting dalam mewujudkan sanitasi. Sementara sanitasi ikut berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Ia juga menyinggung kasus tengkes (stunting) di NTT yang tertinggi secara nasional.
Menurut Studi Status Gizi Indonesia 2021, NTT menjadi daerah dengan prevalensi tengkes tertinggi nasional. Dari 22 kabupaten/kota, 15 di antaranya berada pada zona merah (prevalensi di atas 30 persen) dan 7 lainnya berada pada zona kuning (20-30 persen). Tak ada satu pun kabupaten/kota di NTT masuk zona hijau (10-20 persen), apalagi zona biru (di bawah 10 persen).
ARSIP BKKBN
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengukur tinggi badan seorang anak di Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, pada Selasa (22/3/2022). Sebanyak 48 dari 100 anak balita di sana mengalami tengkes.
Daerah dengan prevalensi tengkes tertinggi adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan, yakni 48,3 persen. Artinya, 48 dari 100 anak balita di daerah itu mengalami tengkes. Daerah itu memuncaki nomor satu tertinggi dari 246 kabupaten/kota di 12 provinsi yang menjadi prioritas penanganan secara nasional. Angka itu lebih dua kali lipat dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menoleransi pada kisaran 20 persen.
Marcelino Lopez, warga Eks Timor Timur mengapresiasi hasil kerja kolaboratif yang kini mereka nikmati. "Selama lebih dari 20 tahun, banyak dari kami yang hidup masih susah, termasuk untuk akses air bersih. Kami mereka senang dengan perhatian yang luar biasa ini, " kata Mercelino.
Warga eks Timor Timur adalah mereka yang memilih bergabung dengan Indonesia pada saat penentuan pendapat tahun 1999. Hasil penentuan pendapat itu dimenangkan oleh kubu pro kemerdekaan. Mereka yang menang mendirikan negara Timor Leste, sementara yang kalah memilih eksodus ke Indonesia.