Harga Sawit Hanya Rp 350 Per Kilogram, Petani Kalteng Sebut Alami Masa Terburuk
Harga tandan buah segar kelapa sawit di Kalimantan Tengah terjun bebas hingga Rp 350 per kilogram. Petani masih sangat bergantung kepada tengkulak. Pemerintah daerah pun membutuhkan bantuan pusat.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Nasib petani kelapa sawit di Kalimantan Tengah tengah terpuruk. Harga tandan buah segar kelapa sawit hanya Rp 350 per kilogram. Sebagian menyebut, kondisi ini adalah yang terburuk selama menjadi petani sawit.
Rendahnya harga tandan buah segar (TBS) ini sudah terjadi sejak sebulan terakhir. Di Desa Kantan Atas, Kabupaten Pulang Pisau, misalnya, kondisi harga TBS jauh dari ideal. Setelah membeli Rp 350 per kg dari petani, tengkulak menjualnya Rp 400 per kg ke perusahaan.
”Selama jadi petani sawit, tidak pernah harganya sehancur ini. Ini terburuk yang pernah saya alami,” kata Stevanus Parwudi, petani sawit asal Desa Kantan Atas, Senin (11/7/2022).
Stevanus mengungkapkan, dirinya baru menanam sawit tahun 2014. Stevanus menanam pohon sawit di lahan miliknya seluas 2 hektar. Selama ini, harga paling rendah yang pernah ia rasakan sekitar Rp 600 per kg.
Kini, dengan harga jual rendah, ia menyebut kesulitan memanen TBS. Butuh setidaknya biaya Rp 250 untuk 1 kg TBS, Stevanus mengatakan rentan merugi. ”Ongkos itu di luar biaya makan atau rokok bagi pekerja. Lebih baik tidak usah panen,” katanya.
Hariwung, petani sawit Desa Sebangau Mulya, Kabupaten Pulang Pisau, nekat menjual TBS Rp 450 per kg. Dia pasrah meski harga jualnya sangat rendah. ”Petani yang mampu panen langsung menjualnya. TBS tidak bisa disimpan lama, jadi harus dijual cepat,” kata Hariwung.
Sementara itu, Sunaryo, warga Parenggean, Kotawaringin Timur, terdesak kebutuhan saat menerima harga jual TBS Rp 800 per kg. Kedua anaknya baru masuk SMP dan SMA sehingga butuh biaya pendidikan.
Suryano memiliki kebun seluas tiga hektar. Hanya 1,5 hektar yang ditanami sawit, sisanya ditanam karet dan sayuran. ”Untung masih ada karet, jadi masih ada tambahan sedikit untuk kebutuhan lainnya,” ujarnya.
Ketua Asosiasi Kabupaten Penghasil Sawit Indonesia Yulhaidir menjelaskan, jatuhnya harga TBS disebabkan beberapa faktor, salah satunya kebijakan pemerintah yang sempat menutup keran ekspor dan perekonomian global. Namun, pihaknya berharap pemerintah pusat bisa mengambil kebijakan untuk mengontrol harga.
”Kalteng merupakan salah satu provinsi penghasil sawit di Indonesia, tetapi nasib petaninya terjepit. Kami sudah membuat rekomendasi ke pemerintah pusat, salah satunya juga untuk urusan harga ini. Semua rekomendasi itu datang dari keluhan dan aspirasi masyarakat,” kata Yulhaidir, yang juga Bupati Seruyan.
Yulhaidir mengungkapkan, pihaknya sudah bertemu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan di Jakarta untuk berdiskusi terkait hal ini. ”Pemerintah merespons baik karena ini aspirasi masyarakat, bukan permintaan mengada-ada,” kata Yulhaidir.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perkebunan Kalteng Rizky Badjuri mengungkapkan, pemerintah sudah menetapkan harga TBS bersama banyak pihak, termasuk petani dan perusahaan. Rincian harga untuk TBS umur tiga tahun Rp 1.694,74 per kg turun dari sebelumnya Rp 2.688,70. Sementara untuk TBS umur empat tahun, harganya Rp 1.852,18 per kg atau turun dari Rp 2.934,55.
”Ketentuan harga itu hanya untuk petani yang tergabung dalam mitra perusahaan atau pemerintah. Kalau yang tidak bermitra, ini yang harganya hancur-hancuran,” kata Rizky.
Rizky mengungkapkan, untuk menyelesaikan masalah ini, tidak bisa satu departemen saja yang bekerja, tetapi lintas sektor. Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan, juga lembaga kementerian lainnya perlu duduk bersama.