Rona Nusa Penida Bercahaya dengan Pariwisata
Di masa lampau, Pulau Nusa Penida di sisi tenggara Pulau Bali dan terpisah Selat Badung relatif terisolasi. Pengembangan pariwisata mengubah kondisi itu. Derajat kehidupan warga terangkat dan perekonomian daerah tumbuh.
”Let’s dance...” Ajakan untuk menari itu dilontarkan Robert Livy (35), vokalis dari kelompok pemusik (band) El Ganador ketika Robert dan kawan-kawannya mengisi panggung di Penida Colada Beach Bar, sebuah bar dan restoran yang ramai di tepi Pantai Ped, Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali, Kamis (7/7/2022) malam.
Musisi dari grup band itu memainkan lagu berirama Latin dan mengundang tamu restoran untuk ikut bergoyang meski sedang duduk dan menikmati makannya.
Malam belum larut saat itu. Tetamu sudah memenuhi restoran yang menyediakan menu makanan ala Barat tersebut. Pemilik Penida Colada, Wayan Surianta (34), terlihat sibuk menyapa dan mengatur pengunjung, yang baru datang dan harus mengantre, sambil mengawasi pegawainya ataupun pengunjung.
Sementara itu, pegawai restoran dan bar Penida Colada bergantian membawa makanan atau minuman yang dipesan tamu restoran.
Sekitar 20 meja dengan dua sampai tiga kursi tampak sudah penuh diduduki pengunjung, yang bersantap atau minum. Begitu pula dengan empat meja panjang, yang dilengkapi dua bantalan duduknya, juga sudah ditempati tamu.
Beberapa pengunjung, yang belum memperoleh tempat duduk, mengantre. Sedangkan Lucas, pelancong asal Argentina, berdiri sambil mereguk minumannya di sudut restoran Penida Colada, Kamis (7/7/2022) malam, juga karena belum mendapatkan meja.
”Kami senang karena Bali sudah kembali ramai pariwisatanya,” kata Roy, panggilan akrab Robert Livy, penyanyi asal Yogyakarta yang bergabung dalam band El Ganador, ketika mereka sedang beristirahat setelah memainkan tujuh lagu secara berturut-turut.
Kelompok musisi ini sering tampil di restoran atau bar di daerah wisata di Canggu, Badung, dan sekitarnya. Roy dan tiga kawannya, yakni, Ivan, Aji, dan Immanuel, juga rutin tampil di Penida Colada Beach Bar di Nusa Penida, Klungkung, pada Kamis dan Jumat setiap minggunya.
Baca juga: Pariwisata Masih Menjadi Napas Hidup Bali
Wayan Surianta mengungkapkan, Nusa Penida sudah mulai ramai dikunjungi pelancong dalam tiga bulan terakhir. Meski demikian, kunjungan tamu ke restorannya masih belum sepenuhnya pulih seperti sebelum pandemi Covid-19.
”Semasa sebelum pandemi Covid-19, semalam rata-rata 100 tamu,” kata Wayan, pemilik Penida Colada Beach Bar, Kamis (7/7/2022). ”Sekarang ini rata-rata 70-an tamu sudah mulai ada setiap harinya,” ujar Wayan menambahkan.
Kehangatan
Desau angin malam berembus di pesisir Pantai Ped, Nusa Penida, Kamis (7/7/2022) malam, tetapi kehangatan terasa di dalam restoran dan bar Penida Colada di Desa Ped. Lucas menggerakkan badannya, bergoyang mengikuti lagu yang dinyanyikan band El Ganador meski hanya sendirian.
Nusa Penida ini menjadi daya tarik pariwisata bagi kami di Kabupaten Klungkung setelah Kertha Gosa dan Goa Lawah. (Agung Gede)
Nun di kejauhan, di arah barat laut dan utara, lampu berkerlap-kerlip menerangi Pulau Bali.
Kepulauan Nusa Penida terletak di tenggara Pulau Bali. Nusa Penida adalah satu dari empat kecamatan di Kabupaten Klungkung dan menjadi satu-satunya kecamatan, yang dipisahkan Selat Badung. Kecamatan Nusa Penida, yang terdiri dari Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan, termasuk kawasan pulau-pulau kecil terluar di Nusantara.
Dengan kondisi lahan yang tandus, minim sumber daya air tawar, dan letaknya terpisah dari Pulau Bali, Nusa Penida bersama Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan sampai 2011 pernah disebut sebagai daerah penyumbang kemiskinan di Provinsi Bali.
Pembangunan di Nusa Penida, yang berpenduduk sekitar 57.370 berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), pun dirasakan lebih lambat dan tertinggal dibandingkan dengan daerah lain di Provinsi Bali.
”Kami tidak sependapat jikalau Nusa Penida dibilang daerah miskin,” kata Komang Putra Adnyana (44), warga Desa Kutampi Kaler, Nusa Penida, Kamis (7/7/2022). ”Memang kehidupan orang Nusa Penida sangat berat dibandingkan dengan warga Bali lainnya,” ujar Adnyana menambahkan.
Didampingi sang istri, Ketut Sudani (31), Adnyana mengungkapkan, beras pernah menjadi barang mewah bagi penduduk Nusa Penida, tetapi sekarang beras sudah mudah diperoleh warga Nusa Penida meski tidak ada sawah irigasi di Nusa Penida.
Warga Nusa Penida juga memiliki sumber bahan makanan utama pengganti beras, yakni singkong dan jagung. ”Memang kebutuhan untuk beras masih didatangkan dari Bali. Sejak 2006, kami sudah merasakan kehidupan yang lebih setara dengan warga Bali lainnya,” ujar Adnyana menambahkan.
Pariwisata
Perubahan ”rona” Nusa Penida bertolak dari perkembangan pariwisata di Nusa Penida. Kondisi Nusa Penida yang merupakan gugusan pulau itu memberikan keuntungan secara alami, yakni pantai alami dengan pasir putih.
Kawasan perairan Nusa Penida dikenal memiliki atraksi alami, yang jarang ditemukan di wilayah Bali lainnya, yakni kehadiran ikan mola-mola (sunfish) secara teratur, yakni antara Juli sampai Oktober. Lainnya, pari manta karang berukuran hingga 5 meter yang rutin berenang di perairan Nusa Penida.
Perihal itu dibenarkan Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengelola Wisata Nusa Penida I Nyoman Karyawan.
Karyawan, yang juga penggiat konservasi kelautan dari Kelompok Pencinta Karang Nuansa Pulau Nusa Penida di Banjar Bodong, Desa Ped, mengungkapkan, kawasan perairan Nusa Penida juga memiliki kekayaan bawah laut, termasuk terumbu karang dan ikan pelagis, yang menarik minat pelancong untuk mendatangi Nusa Penida.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Klungkung Anak Agung Gede Putra Wedana menyebut Nusa Penida sebagai satu dari tiga kawasan wisata andalan Kabupaten Klungkung, selain Taman Kertha Gosa dan Semarapura City Tour di Kecamatan Klungkung dan Goa Lawah di Kecamatan Dawan.
Menurut Agung, jikalau destinasi wisata Taman Kertha Gosa dan Pura Goa Lawah didominasi kunjungan wisatawan dalam negeri, maka Nusa Penida lebih banyak dikunjungi wisatawan mancanegara.
Antusiasme wisatawan ke Nusa Penida, termasuk Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan, tecermin dari data kunjungan wisatawan ke Kabupaten Klungkung sejak Januari 2022 sampai 30 Juni 2022.
Jikalau selama tiga bulan awal 2022 kunjungan wisatawan ke Nusa Penida masih nihil, alias nol, sejak April 2022 jumlah kunjungan wisatawan ke Nusa Penida, yang dipromosikan sebagai kawasan wisata The Blue Paradise Islands, melesat tajam.
Baca juga: Layanan ”Plus-Plus” di Nusa Penida
Data Kunjungan Wisatawan sampai 30 Juni 2022 Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Klungkung
”Nusa Penida ini menjadi daya tarik pariwisata bagi kami di Kabupaten Klungkung setelah Kertha Gosa dan Goa Lawah,” kata Agung saat mengunjungi Nusa Penida, Kamis (7/7/2022).
Daerah ini memiliki daya tarik alam dan panorama pantai. Bahkan, Bupati Klungkung menyebutkan Nusa Penida akan menjadi titik ungkit pariwisata Klungkung.
Setelah pandemi Covid-19 dinyatakan terkendali dan disusul pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat, aktivitas pariwisata di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali, kembali menggeliat.
Wisatawan kembali meramaikan obyek wisata di Nusa Penida, pulau di tenggara Pulau Bali. Diakui Kadek Suarta (45), pengusaha jasa transportasi di Banjar Nyuh, Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida, aktivitas pariwisata di Nusa Penida kembali bergerak, yang ditandai semakin banyaknya wisatawan mendatangi Nusa Penida.
”Nusa Penida banyak diminati tamu,” kata Kadek Suarta ketika ditemui di Banjar Nyuh, Desa Ped, Nusa Penida, Sabtu (6/8/2022).
Suarta mengungkapkan, pariwisata menjadi penggerak pembangunan di Nusa Penida. Nusa Penida, yang dahulu dikenal sebagai daerah tertinggal, kini sudah banyak perubahan.
Jika dahulu Nusa Penida pernah disebut-sebut pulau pengasingan di zaman kerajaan, kini sudah berubah menjadi tujuan wisata yang didatangi wisatawan dari dalam ataupun luar negeri.
Bahkan, menurut Suarta, Nusa Penida dijuluki sebagai telur emas pariwisata Bali karena Nusa Penida menawarkan paket wisata yang lengkap, mulai panorama alam di daratan hingga pemandangan di bawah air.
”Nusa Penida sekarang dikenal sebagai destinasi, sudah lengkap dengan akomodasi, terdapat resor dan vila,” ujar Suarta. Disebutkan juga, sekarang Nusa Penida sebagai salah satu kebanggaan Bali, khususnya bagi Klungkung.
Pariwisata juga mengangkat kehidupan Made Gede Wiranata (53), nelayan di Desa Lembongan, Nusa Penida.
Wiranata mengakui aktivitas wisata, yang berjalan di Nusa Penida, termasuk di Nusa Lembongan ataupun Nusa Ceningan, memberikan kesempatan bagi dirinya untuk terlibat dan menikmati dampak pariwisata.
”Saya punya boat dengan nomor yang digunakan transportasi wisata,” kata Wiranata di Dusun Ceningan, Desa Lembongan, Nusa Penida, Sabtu (6/8/2022).
Asa Nusa Penida
Sesungguhnya manis ”madu” pariwisata tidak selamanya dirasakan warga Nusa Penida. Setelah bangkit pascabencana erupsi Gunung Agung pada 2017, pariwisata di daerah itu kembali terhantam imbas pandemi Covid-19.
Pemilik Mushroom Beach Bungalows di Desa Jungutbatu, Nusa Lembongan, Nusa Penida, I Luh Metri (49), mengaku pernah merumahkan 31 orang dari 35 karyawannya akibat pariwisata di Nusa Lembongan menyepi selama pandemi Covid-19.
Selama itu, Metri juga mengisi waktunya dengan kembali bertani rumput laut selama usahanya sepi. ”Sejak korona ini, banyak warga Lembongan yang kembali ke pekerjaan semula sebagai nelayan dan petani serta menanam rumput laut,” kata Metri ketika ditemui di Nusa Lembongan, Jumat (8/7/2022).
Panen rumput laut setiap 30 hari juga menjadi usaha yang menghasilkan, selain memberikan pekerjaan bagi Metri dan warga Nusa Lembongan lainnya ketika pariwisata sedang paceklik.
Saat ini, usaha akomodasi wisata di Nusa Penida sudah kembali hidup dan Metri sudah mempekerjakan 15 karyawan di penginapan ataupun untuk mengoperasikan kapalnya di Nusa Lembongan.
”Saat ini, saya kembali bertani rumput laut untuk mengisi waktu,” ujar Metri.
Metri berharap pariwisata kembali pulih dan pandemi Covid-19 segera berlalu agar kunjungan wisatawan kembali meramaikan Nusa Penida.
”Mudah-mudahan cepat pulih sehingga kami dapat kembali beraktivitas seperti sebelum masa korona,” kata Metri menambahkan.
Baca juga: Kembali Bertani demi Kedaulatan Pangan
Harapan senada Metri diungkapkan sejumlah warga lain di Nusa Penida. Termasuk Jero Bandesa (Kepala Desa) Adat Sekartaji I Komang Kertayasa.
Jero Kertayasa mengungkapkan, dalam menyambut perayaan hari kemerdekaan Indonesia, dirinya berharap Desa Sekartaji dapat terbangun wilayahnya, terutama secara ekonomi.
Saat ini, saya kembali bertani rumput laut untuk mengisi waktu. (Metri)
”Wilayah Desa Sekartaji ini berada di antara obyek-obyek wisata, yang sudah dikenal wisatawan luar negeri, misalnya Pantai Kelingking ataupun Diamond Beach,” kata Jero Kertayasa, Kamis (7/7/2022).
”Wilayah desa kami memiliki potensi wisata berupa panorama pegunungan dan perbukitan, yang dikenal sebagai Teletubbies Hill, yang memerlukan perhatian dan bantuan dari pemerintah dalam upaya membangun sektor wisata,” ujarnya.
Adapun pemilik Warung Pondok di Banjar Bodong, Desa Ped, I Nyoman Nata Adnyana (49), mengungkapkan, dirinya berharap pariwisata dapat menyejahterakan Nusa Penida secara khusus dan Bali secara umum.
Menurut Adnyana, pariwisata yang sedang dibangun dan akan dikembangkan di Nusa Penida adalah pariwisata yang juga menempatkan penduduk lokal sebagai pemiliknya dan tidak menghilangkan daya tarik Nusa Penida, yakni keaslian dan keunikan alam Nusa Penida.
”Harapannya, jangan sampai warga Nusa Penida kembali mengalami masa kesulitan pangan karena alamnya dirusak demi pariwisata,” ujar Adnyana, Kamis (7/7/2022).
”Pariwisata harus menyejahterakan warga lokalnya, melalui kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha,” kata Adnyana menambahkan.