Harga Anjlok, Pemerintah Diminta Percepat Ekspor CPO
Kondisi perekonomian keluarga petani kelapa sawit di Lampung terpuruk karena harga komoditas itu anjlok. Pemerintah diharapkan segera memberi solusi dan menstabilkan harga tandan buah segar sawit.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
KOMPAS/VINA OKTAVIA
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan saat meninjau kegiatan pasar murah minyak goreng di Bandar Lampung, Sabtu (9/7/2022). Selain menyosialisasikan MinyaKita kepada masyarakat, Zulkifli juga berdialog dengan petani kelapa sawit di Lampung.
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Harga tandan buah segar kelapa sawit di Lampung anjlok hingga hanya Rp 700 per kilogram. Petani kelapa sawit berharap pemerintah mempercepat realisasi ekspor minyak sawit mentah agar harganya segera pulih.
Ketua DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia Lampung Abdul Simanjuntak menuturkan, petani terpuruk karena harga sawit anjlok hingga hanya Rp 700 per kilogram. Sementara untuk ongkos panen dan angkut tandan buah segar (TBS) sawit ke pabrik, petani harus menyisihkan Rp 300 per kg. Akibatnya, harga bersih yang diterima petani hanya Rp 400 per kg.
Kondisi ini membuat sejumlah petani menunda panen. Harga jual itu tidak cukup untuk membiayai ongkos panen dan biaya pemeliharaan tanaman. Apalagi, harga pupuk sudah naik dua kali lipat.
Selain itu, sejumlah pabrik pengolahan kelapa sawit juga tutup. Sebagian pabrik tidak bisa membeli kelapa sawit dari petani. Alasannya, stok minyak kelapa sawit mentah (CPO) masih menumpuk.
”Jangankan membeli pupuk, (untuk) makan besok saja, keluarga petani sawit kebingungan. Apalagi (untuk) biaya anak sekolah,” kata Abdul di hadapan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan di Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Sabtu (9/7/2022).
KOMPAS/VINA OKTAVIA
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan saat meninjau kegiatan pasar murah minyak goreng di Bandar Lampung, Sabtu (9/7/2022). Selain menyosialisasikan MinyaKita kepada masyarakat, Zulkifli juga berdialog dengan petani kelapa sawit di Lampung.
Dengan harga saat ini, petani sawit harus menjual 25 kg TBS sawit untuk bisa membeli 1 kg beras sekitar Rp 10.000 per kg. Sementara untuk bisa membeli cabai yang harganya melambung hingga Rp 100.000 per kg, petani sawit harus menjual 2,5 kuintal TBS sawit.
Menurut Abdul, harga TBS sawit idealnya Rp 2.000 per kg agar petani bisa untung. Dengan harga tersebut, petani baru bisa memelihara kebun sawit dengan baik.
Ia berharap pemerintah pusat bisa mempercepat ekspor CPO sehingga pabrik bisa kembali menyerap kelapa sawit petani. Dengan begitu, harga TBS sawit juga diharapkan kembali pulih.
Zulkifli Hasan menuturkan, Kementerian Perdagangan telah berupaya mempercepat realisasi ekspor CPO. Harapannya, perusahaan kembali menyerap TBS lebih banyak dan memperbaiki harganya di pasar.
”Saya minta pabrik kelapa sawit harus membeli paling murah Rp 1.600 per kg,” ujar Zulkifli.
KOMPAS/VINA OKTAVIA
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan saat meninjau kegiatan pasar murah minyak goreng di Bandar Lampung, Sabtu (9/7/2022). Selain menyosialisasikan MinyaKita kepada masyarakat, Zulkifli juga berdialog dengan petani kelapa sawit di Lampung.
Selain berdiskusi dengan petani kelapa sawit di Lampung, Zulkifli juga memantau pasar murah minyak goreng di Kota Bandar Lampung, Kabupaten Pesawaran, dan Kabupaten Lampung Selatan. Dia menyosialisasikan MinyaKita Rp 14.000 per liter.
Menurut dia, pabrik kelapa sawit juga diminta mengalokasikan 20 persen dari total produksinya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Ia berjanji pemerintah akan terus menggelontorkan MinyaKita ke pasaran dengan harga Rp 14.000 per liter.
Saat meninjau pasar murah di tiga kabupaten/kota di Lampung, masyarakat juga meminta Zulkifli menstabilkan harga cabai dan bawang merah. Saat ini, harga cabai menembus Rp 100.000 per kg, sementara bawang merah Rp 60.000 per kg.
Zulkifli meminta masyarakat bersabar. Kenaikan harga cabai dan bawang merah dipengaruhi kurangnya pasokan. Pihaknya mengatakan telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk meningkatkan produksinya.