Riuh Rendah Pesta Si Anak Bertalenta Khusus
Ribuan atlet dari 21 Pekan Special Olympic Nasional (Pesonas) provinsi mengikuti "pesta" dalam kegiatan . Selain olahraga, ada perkombaan antara ian, juga lomba tari yang unik.
"Enggak apa, Nak. Ayo coba lagi, kejar bolanya. Semangat!" teriak Muhammad Zakroni kepada sekelompok penyandang disabilitas intelektual dari DKI Jakarta yang sedang bertanding dalam Pekan Special Olympic Nasional (Pesonas) di Lapangan Sekolah Terang Bangsa, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (6/7/2022). Zakroni mencoba membesarkan hati anak-anak muridnya yang gagal mencetak gol ke gawang lawan mereka, Kalimantan Selatan. Mereka tertinggal 0-1 dari lawannya.
Teriakan Zakroni disusul oleh sorakan penyemangat dari orang-orang yang berdiri di sudut kanan lapangan. Mereka yang berteriak adalah anggota tim sepak bola putri dari DKI Jakarta. Sorakan itu mampu memompa semangat dari para pemain, salah satunya Wafi (18).
Dari tengah lapangan, pelajar kelas 11 Sekolah Luar Biasa 5 Jakarta itu menggiring bola kemudian mengopernya kepada rekan sesama penyerang, Riski. Sekuat tenaga, Riski menendang bola itu ke arah gawang. Namun, arah bola yang ditendang Riski dapat dibaca oleh kiper lawan. Gol pun gagal dicetak.
Meski bola meleset, Wafi tetap mengajak rekannya itu tos. Keduanya saling melempar senyum kemudian kembali berpencar. Tak henti-hentinya, mereka mencoba merebut bola dari lawan, berlari menuju gawang lawan, dan berupaya mencetak gol.
Di saat yang sama, tim Kalimantan Selatan bermain tak kalah gigih. Tembakan demi tembakan ke arah gawang terus mereka lakukan. Wafi dan pemain lain dari DKI Jakarta kewalahan karena skor lawannya terus bertambah, hingga 0-4. Kondisi itu bertahan hingga peluit panjang tanda pertandingan berakhir berbunyi.
Usai dinyatakan menang, pendukung tim Kalimantan Selatan bersorak gembira. Para pemain lompat-lompat kegirangan. Sebagian dari mereka masuk lapangan untuk berselebrasi bersama para pemain. Para pemain pun saling bersalaman dan berpelukan.
Sementara itu, pemain dari DKI Jakarta tampak terpukul. Semuanya meneteskan air mata kemudian tertunduk lesu. Sebagian lagi berbaring sambil menangis. Melihat pemandangan seperti itu, semua pemain dari Kalimantan Selatan menghampiri lawannya itu satu per satu. Mereka mencoba menyalami lawannya itu sambil berupaya memberikan semangat.
Baca juga : Ribuan Penyandang Disabilitas Intelektual Berkompetisi di Pesonas
Para pemain DKI Jakarta baru mau menepi dari lapangan setelah dihampiri para pelatihnya. Di depan para pemain, para pelatih mengucapkan terima kasih karena para pemain sudah berusaha sekuat tenaga.
"Sudah, jangan sedih. Kalah menang dalam kompetisi itu hal biasa. Yang penting kita sudah berusaha sekuat tenaga. Nak, kalian semua itu hebat," ucap Zakroni sambil tersenyum bangga.
Ucapan Zakroni setelahnya tak kalah menyenangkan bagi para pemain. Setelah lebih kurang sepekan dilarang makan dengan sambal, mulai Rabu siang, larangan itu dicabut. Mereka dibebaskan makan dengan sambal. Kebetulan, seluruh pemain memang menyukai makanan pedas.
Air mata dari anak-anak itu sirna, berganti dengan senyum bahagia. Senyum lalu berubah menjadi tawa saat Zakroni melempar gurauan. Anak-anak itu kembali bersemangat dan mulai menerima kekalahan mereka.
"Tadi lawannya kuat sekali, kami sudah berusaha tapi tetap kalah. Kata coach tidak papa kalah, yang penting kami bermain dengan gembira," tutur Wafi.
Wafi mengaku senang bisa mengikuti Pesonas di Kota Semarang. Karena ajang tersebut, Wafi yang mengaku jarang bepergian ke luar kota bisa berkunjung ke Semarang. Ia juga bahagia karena bisa bertemu, berkenalan dan berpesta dengan teman-teman baru dari kontingen lain.
Ada yang unik dalam pertandingan sepak bola tersebut. Berbeda dengan pertandingan sepak bola pada umumnya, jumlah pemain dalam pertandingan sepak bola khusus penyandang disabilitas intelektual hanya tujuh orang. Namun, pergantian pemain boleh dilakukan tanpa batas.
Adapun, ukuran lapangannya juga lain. Jika Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) menetapkan standar lapangan dengan ukuran 65 meter x 110 meter, pada pertandingan sepak bola untuk penyandang disabilitas intelektual, ukuran lapangannya 40 meter x 60 meter. Sementara itu, durasi pertandingan juga disingkat menjadi dua kali 20 menit untuk kategori sepak bola putra dan dua kali 15 menit untuk ketegori sepak bola putri.
"Hal ini menyesuaikan kondisi fisik atlet. Jangan sampai kita paksakan untuk ini dan itu, tapi para peserta tidak menikmati. Yang penting nyaman untuk mereka dan mereka bisa menikmati," ujar Budi Irianto, Person Incharge cabang olahraga sepak bola Pesonas
Baca Juga : Pesonas Jadi Wujud Kesetaraan Atlet
Pertunjukan seni
Sekitar empat kilometer dari Lapangan Sekolah Terang Bangsa, tepatnya di Museum Ranggawarsita, pesta juga dimulai. Rabu siang, kemeriahan tampak dari wajah anak-anak penyandang disabilitas intelektual yang sedang melukis. Mereka melukis bebas dengan cat aneka warna di atas lembaran kain putih.
Gambar yang tercipta bermacam-macam bentuk. Ada yang menggambar rumah, pemandangan, menuliskan namanya, dan ada pula yang mencipratkan cat dengan tangannya ke atas kain hingga membentuk gambar abstrak. Aktivitas itu ditemani oleh alunan musik yang terdengar sayup-sayup dari ruangan lomba tari.
Di dalam ruangan lomba tari, sebanyak empat anak penyandang disabilitas intelektual bernama Nanda, Raya, Hadian, dan Erza menari didampingi tiga gurunya. Tarian yang mereka bawakan merupakan dance abilitydengan tema sebuah rasa. Adapun, lagu yang mengiringi tarian itu berjudul Ngemong Rasa dari Silir Wangi.
Meski menari bersama-sama, gerakan antara satu orang dan yang lain berbeda. Hal itu tergantung suasana hati. Namun, justru ketidaksempurnaan dan ketidakseragaman gerakan itu yang membuat tarian itu indah. Apalagi, anak-anak itu menari dengan penuh semangat.
"Dance ability dengan tema sebuah rasa ini saya ciptakan khusus bagi anak-anak down syndrome. Gerakannya tidak terpola melainkan menyesuaikan ekspresi anak saat menari. Jadi, dengan musik yang sama, tarian yang dibawakan antara saat ini, nanti, dan besok sudah pasti berbeda-beda," ucap Sri Mulat Kurnia Jati (44), salah satu pelatih tari kontingen Pesonas DI Yogyakarta.
Menurut Mulat, anak-anak down syndrome cenderung sulit menghapal gerakan. Untuk bisa menari secara kelompok dalam ajang Pesonas, dance ability dianggap Mulat paling memungkinkan.
Subyek
Ketua Special Olympics Indonesia Warsito Ellwein menuturkan, selama ini, anak-anak penyandang disabilitas intelektual kerap dipinggirkan atau dianggap sebagai warga kelas dua, tiga, bahkan empat. Melalui Pesonas, penyelenggara ingin menjadikan anak-anak itu sebagai subyek utama, sebagai bintangnya. Hal ini berkesesuaian dengan tema yang diangkat yaitu "Akulah Bintang".
"Target yang lain itu tidak penting, yang penting itu kenyamanan, kebahagiaan anak. Situasi yang kami bangun bertujuan membuat mereka merasa menjadi bagian dari acara ini. Selain itu, kami juga ingin mengubah perspektif masyarakat luas bahwa anak-anak ini bukan anak cacat. Sama dengan anak-anak lain, mereka juga punya potensi apabila kita mau mengeksplorasi," kata Warsito.
Dalam Pesonas yang digelar di Kota Semarang hingga Jumat (8/7/2022), sebanyak 1.118 atlet dari 21 provinsi berkompetisi dalam 12 cabang perlombaan. Cabang perlombaan itu, meliputi atletik, bulu tangkis, bocce, basket, voli, bola tangan, senam ritmik, tari daerah, futsal, tenis meja, sepak bola, dan renang. Sejumlah peserta terpilih akan diberangkatkan ke Jerman untuk mewakili Indonesia dalam Summer Olympic World Games (SOWG) yang diselenggarakan di Berlin, Jerman pada Juni 2023.
Saat pembukaan Pesonas Senin (4/7/2022) malam, Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali menyatakan dukungan pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan seperti Pesonas. Selain penting untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan, kegiatan seperti itu juga bisa menjadi momentum untuk memupuk rasa percaya diri para atlet penyandang disabilitas intelektual.
"Presiden telah memberi arahan kepada kami agar atlet-atlet penyandang disabilitas diberi perhatian yang sama, tidak dibedakan dengan atlet-atlet nondisabilitas. Sebagai bentuk dukungan, dalam waktu dekat, pemerintah akan membuat training camp khusus untuk atlet penyandang disabilitas," ucap Zainudin.