Pengembangan kawasan industri di Jawa Timur diprediksi masih mengarah ke pesisir dengan keberadaan pelabuhan dan jaringan jalan raya dan jalan tol yang dianggap memadai dan mantap.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA (BAH)
Gedung pembangkit listrik di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Jumat (3/9/2021). JIIPE terdiri dari 3.000 hektar (ha) yang terbagi menjadi Kawasan Industri 1.800 ha, Deep Seaport 400 ha, dan Kawasan Perumahan 800 ha. Sebanyak 17 investor telah menetap dan beroperasi di kawasan tersebut.
SURABAYA, KOMPAS — Pesisir utara Jawa Timur dengan keberadaan pelabuhan dan jaringan jalan raya dan jalan tol masih menjadi daya tarik utama bagi pengembangan kawasan industri. Pengembangan masih akan berlangsung karena peruntukan lahan bagi kawasan industri di pesisir masih ada bahkan amat luas.
Demikian diutarakan Senior Associate Director Research Colliers Indonesia Ferry Salanto dalam virtual media briefing kuartal II, Rabu (6/7/2022). Colliers, konsultan properti internasional, memprediksi pengembangan kawasan industri di Jatim masih akan bergerak ke pesisir dan atau pedalaman yang terkoneksi dengan jaringan jalan tol, rel kereta, dan bandar udara.
Menurut Ferry, pasok lahan untuk kawasan industri tahun ini diperkirakan seluas 3.000 hektar yang lebih banyak berada di pesisir antara lain Tuban, Lamongan, Gresik, Sidoarjo, dan Pasuruan.
Meski Surabaya juga berada di pesisir, tetapi lahan baru untuk kawasan industri sudah tidak memungkinkan. Surabaya Industrial Estate Rungkut di Surabaya bagian selatan juga telah terbangun.
”Di Surabaya, yang masih bisa dilakukan ialah pengoptimalan penjualan kawasan industri terutama pergudangan,” kata Ferry. Optimalisasi lahan untuk kepentingan industri di Surabaya masih bisa ditempuh dengan memaksimalkan kompleks pergudangan sehingga berdaya tampung lebih besar dan mobilitas angkutan barang serta jasa di sana lebih efektif dan efisien.
Pesisir utara Jatim terutama Tuban sampai Pasuruan secara tradisional memang telah menjadi pusat pertumbuhan ekonomi bahkan sejak peradaban klasik abad ke-11 sampai ke-15.
Di era modern, berbagai pelabuhan di pesisir utara dikembangkan dan menjadi amat vital bagi Kawasan Indonesia Timur, yakni Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya. Kekuatan pelabuhan karena keberadaan kawasan industri juga terlihat di Gresik, Lamongan, dan Tuban.
Dengan JIIPE, pengembangan kawasan industri ke Gresik masih amat memungkinkan.
Ferry mencontohkan, Gresik bisa menjadi pendorong perkembangan kawasan industri dengan keberadaan Java Integrated Industrial and Port (JIIPE). Kompleks seluas lebih dari 2.100 hektar ini berstatus kawasan ekonomi khusus (KEK) sesuai Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang KEK dan Peraturan Pemerintah No 71/2021 tentang KEK Gresik.
DEFRI WERDIONO
Kantor Animasi dan Film Factory yang ada di dalam Kawasan Ekonomi Khusus Singhasari di Desa Klampok, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (1/7/2021).
”Dengan JIIPE, pengembangan kawasan industri ke Gresik masih amat memungkinkan,” ujar Ferry. KEK Gresik diarahkan untuk investasi manufaktur besar, yakni industri metal (smelter), elektronik, kimia, energi, dan logistik.
Selain memiliki pelabuhan sendiri dan berdekatan dengan Tanjung Perak, mobilitas barang dan jasa juga telah diperkuat dengan jaringan Jalan Tol Trans-Jawa melalui Surabaya-Gresik dan atau Krian-Legundi-Bunder-Manyar.
Mulai terhubung
Secara terpisah, sebelumnya, Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak mengatakan, di provinsi berpenduduk 40 juta jiwa ini telah ditetapkan dua KEK. Selain Gresik ialah KEK Singhasari di Kabupaten Malang seluas lebih dari 120 hektar untuk konsentrasi investasi ekonomi kreatif.
Singhasari juga terhubung dengan Tol Trans-Jawa melalui Surabaya-Malang dan berada di antara dua bandar udara, yakni Juanda di Sidoarjo dan Abdul Rahman Saleh di Malang. Hubungan dengan Surabaya juga dapat dioptimalkan melalui jaringan rel kereta.
Emil mengatakan, pengembangan kawasan industri apakah melalui KEK atau di luar status itu diyakini dapat memacu pembangunan ekonomi hingga 30 persen. Keberadaan kawasan industri dan pengembangannya akan berdampak terutama penyerapan tenaga kerja sekaligus berbagai aktivitas yang mendorong pertumbuhan ekonomi.
Catatan Pemprov Jatim, realisasi investasi pada kuartal 1 tahun ini mencapai Rp 23,6 triliun atau berkontribusi 8,4 persen terhadap investasi nasional. Senilai Rp 15,38 triliun berasal dari penanaman modal dalam negeri. Yang senilai Rp 8,22 triliun ialah penanaman modal asing terutama masuknya PT Freeport Indonesia di JIIPE Gresik untuk pengembangan sektor pertambangan dengan smelter.