Sebanyak 15 sapi positif terjangkit penyakit mulut dan kuku di Batam, Kepulauan Riau. Sapi-sapi itu didatangkan dari peternakan di Lampung Tengah, Lampung.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
BATAM, KOMPAS — Sebanyak 15 sapi di Batam, Kepulauan Riau, dinyatakan positif terjangkit penyakit mulut dan kuku atau PMK. Pemerintah Provinsi Kepri melarang kabupaten dan kota lain mendatangkan hewan dan produk hewan dari Batam. Batam pun kekurangan hewan kurban dalam Idul Adha kali ini.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Kesehatan Hewan Provinsi Kepri Rika Azmi, Rabu (6/7/2022), mengatakan, sebelumnya ada 202 sapi yang mengidap gejala mirip PMK. Sampel darah sapi bergejala itu diambil dan dikirim untuk diuji di Balai Veteriner Bukittinggi, Sumatera Barat.
Hasil uji laboratorium menunjukkan 15 sapi positif terjangkit PMK. ”Sapi-sapi itu sudah diisolasi dan terus kami pantau. Sekarang, kondisi 15 sapi itu sudah semakin membaik karena telah diberi vitamin dan obat,” kata Rika saat dikonfirmasi melalui pesan Whatsapp.
Menurut Rika, dengan ditemukannya kasus PMK itu, Batam dinyatakan menjadi zona merah. Kabupaten dan kota lain di Kepri tidak boleh memasukkan hewan dan produk hewan dari Batam.
”Kami juga sudah meminta 29.000 dosis vaksin PMK ke pemerintah pusat. Kami berharap vaksin itu dapat segera didistribusikan ke Kepri,” ujar Rika.
Hewan kurban untuk warga Batam dipasok dari peternakan di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung. Namun, akibat PMK yang merebak, pedagang di Batam kesulitan memenuhi kebutuhan 18.000 hewan untuk kurban Idul Adha.
Kebutuhan sapi untuk kurban 3.000 ekor, sedangkan yang tersedia hanya 813 ekor. Adapun kebutuhan kambing untuk kurban 15.000 ekor, tetapi yang tersedia hanya 2.535 ekor.
”Tentu saja dampaknya nanti banyak masjid tidak bisa mendapat hewan kurban. Hal ini tidak terhindarkan,” kata Penasihat Asosiasi Pedagang Hewan Ternak Kota Batam Musofa, Selasa (5/7/2022).
Terkait soal kekurangan hewan kurban yang mencapai ribuan ekor, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Batam Mardanis menyatakan, tidak ada solusi untuk hal itu. ”Hewan yang ada itulah yang dikurbankan. Tidak ada pengiriman lagi karena sudah tidak ada waktu,” ujarnya.