Penurunan Produksi Picu Gejolak Harga Bawang Merah
Kenaikan harga bawang merah terjadi karena menurunnya produksi bawang merah akibat anomali cuaca. Petani diminta menyisihkan sebagian hasil panen untuk benih agar tak ada kelangkaan di waktu mendatang.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
BREBES, KOMPAS — Sejak tiga minggu terakhir, harga bawang merah di sejumlah pasar di Jawa Tengah terus merangkak naik menjauhi harga acuan yang ditetapkan pemerintah. Kenaikan harga itu terjadi karena penurunan produksi di sejumlah daerah penghasil bawang merah, seperti Kabupaten Brebes, Jateng.
Berdasarkan data Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi Tim Pengendali Inflasi Daerah Jateng, harga bawang merah pada Minggu (3/7/2022) berkisar Rp 48.000-Rp 60.000 per kilogram. Harga itu jauh lebih tinggi dari harga acuan bawang merah yang ditetapkan pemerintah dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 07 Tahun 2020, yakni Rp 32.000 per kilogram.
Arifiyah (43), pedagang sayur di Pasar Pagi Kota Tegal, Jateng, mengatakan, kenaikan harga bawang merah sudah terjadi sejak sekitar tiga pekan lalu. Awalnya, harga bawang merah naik menjadi Rp 40.000 per kilogram. Semakin hari, harga bawang merah tak kunjung turun, bahkan mencapai puncak tertinggi pada pekan keempat Juni, yakni Rp 65.000 per kilogram.
”Pekan ini, harga bawang merah sudah tidak setinggi pekan lalu. Di Pasar Pagi Kota Tegal, hari ini harganya Rp 50.000-Rp 55.000 per kilogram, tergantung ukuran bawang merahnya,” ucap Arifiyah saat dihubungi, Minggu siang.
Menurut Arifiyah, kenaikan harga bawang merah sudah terjadi sejak tingkat distributor. Dari distributor, Arifiyah membeli bawang merah dengan harga Rp 48.500-Rp 54.000 per kilogram. Padahal, normalnya, ia membeli bawang merah dengan harga Rp 29.000-Rp 31.000 per kilogram.
Selain harga yang tinggi, pasokan bawang merah juga disebut Arifiyah tak sebanyak biasanya. Sebelumnya, Arifiyah mendapat suplai bawang merah sekitar 25 kilogram per pekan. Sejak harga bawang merah naik, ia hanya disuplai paling banyak 15 kilogram per pekan. ”Menurut distributor, suplai dari petaninya memang sedikit,” ujarnya.
Semakin hari, harga bawang merah tak kunjung turun, bahkan mencapai puncak tertinggi pada pekan keempat Juni, yakni Rp 65.000 per kilogram.
Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Juwari mengakui adanya penurunan pasokan bawang merah dari sejumlah daerah penghasil bawang merah seperti Brebes dan Kabupaten Demak, Jateng.
Dari Brebes, misalnya, biasanya setiap hari ada suplai 25-30 unit truk bawang merah ke Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandar Lampung, Bandung, dan Semarang. Namun, beberapa waktu belakangan, suplai ke daerah-daerah itu hanya sekitar 15 truk dalam sehari.
”Penurunan pasokan bawang merah terjadi karena menurunnya produksi bawang merah akibat adanya anomali cuaca. Harusnya, sekarang ini sudah kemarau, tetapi masih sering hujan. Bahkan, pada 27 Juni ada banjir yang merendam lahan tanam bawang merah seluas 26 hektar,” ucap Juwari.
Juwari mengatakan, saat ini, produksi bawang merah di Brebes hanya 5-6 ton per hektar. Padahal, dalam kondisi normal, produksi bawang merah di wilayah tersebut berkisar 10-12 ton per hektar.
Menurut Juwari, penurunan produksi bukan satu-satunya faktor pemicu kenaikan harga bawang merah. Adanya lonjakan permintaan dari daerah-daerah lain juga turut mendongkrak kenaikan harga bawang merah.
”Sejak ada pelonggaran aktivitas masyarakat, hajatan mulai banyak, warung makan mulai buka, serta hotel dan restoran mulai beroperasi. Jadi, permintaan bawang merah memang sedikit meningkat dari sebelumnya," ujarnya.
Meski saat ini harga sedang tinggi, Juwari mengingatkan agar para petani bawang merah tidak menjual seluruh hasil panennya. Para petani diharapkan bisa menyisihkan sekitar 20 persen hasil panen mereka untuk benih. Jika semua hasil panen dijual, petani akan mengalami kelangkaan benih pada musim tanam selanjutnya.
”Kalau benih langka, petani bawang merah berpotensi beralih menanam komoditas lain sehingga produksi bawang merah di masa mendatang akan semakin berkurang,” kata Juwari.
Juwari juga berharap, pemerintah turut membantu meringankan beban para petani bawang merah dengan segera menyalurkan bantuan. Bantuan yang diharapkan, antara lain, benih dan sarana produksi.
Kepala Subkoordinator Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes Azmi Asyidda Mushoffa memperkirakan, harga bawang merah akan mulai turun pekan depan karena masa panen bawang merah dimulai pertengahan Juli. Adapun puncak panen raya diprediksi Agustus.
”Pada Agustus mendatang akan ada tambahan pasokan bawang merah. Hal itu dengan catatan kondisi iklim bersahabat,” ucap Azmi.
Menurut Azmi, pemerintah setempat berupaya membantu petani bawang merah dengan menyelenggarakan sekolah lapangan pengendalian hama terpadu. Selain itu, pemerintah juga melaksanakan gerakan pengendalian organisme pengganggu tanaman dan memberikan bantuan berupa pestisida nabati.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes, luas lahan tanam bawang merah pada Juni sekitar 2.200 hektar. Luasan itu lebih banyak jika dibanding luasan lahan pada Mei, yakni sekitar 1.894 hektar.