Kaum muda rentan terpapar paham radikalisme dan terorisme. Upaya membentenginya terus dilakukan, salah satunya melalui seni. Kegiatan itu mendapat respons baik dari anak-anak muda.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS – Upaya membentengi kaum muda dari paham radikalisme terus dilakukan di banyak daerah di Kalimantan Barat, salah satunya melalui seni. Kegiatan itu mendapat respons positif dari anak-anak muda karena lebih menarik dan pesan yang disampaikan lebih gampang ditangkap.
”Upaya pencegahan radikalisme dan terorisme saat ini perlu upaya dari semua pihak, secara khusus seniman dan budayawan,” kata Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kalimantan Barat Wajidi Sayadi dalam acara Festival Musik Anak Bangsa (ASIK BANG), di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (30/6/2022) malam.
Pada acara malam itu pihaknya membumikan lagu-lagu yang memberikan motivasi dan semangat bahwa Indonesia milik bersama sehingga kaum muda memiliki kemauan menjaganya. Misalnya lagu ”Salam Indonesia Harmoni”, lagu berisi pesan untuk selalu menjaga keharmonisan itu diperlombakan malam itu.
Siti Wahda (18), salah satu kaum muda yang hadir dalam acara ASIK BANG sekaligus mengikuti lomba band menyanyikan lagu ”Salam Indonesia Harmoni”, menuturkan, kegiatan pencegahan radikalisme yang dikemas dengan seni lebih menarik. Baginya sebagai kaum muda, dengan kegiatan seperti itu, dirinya lebih mudah menangkap pesan kebangsaan yang disampaikan.
”Sebagai generasi muda, saya juga lebih mengisi kegiatan positif dengan komunitas yang positif pula sehingga dapat membentengi diri dari radikalisme,” ujarnya.
Panji Raharjo (18), kaum muda lainnya yang hadir di acara tersebut, menuturkan, kegiatan tersebut menarik, apalagi dikemas melalui acara musik. Sebagai orang muda, pesan-pesan untuk menjaga Tanah Air dengan seni lebih cocok. Kaum muda juga berupaya membentengi diri dari radikalisme dengan berpikir kritis, misalnya mempelajari efek negatif terorisme dan radikalisme.
”Hasil penelitian FKPT bersama Badan Nasional Pencegahan Terorisme (BNPT) tahun 2020 menunjukkan, secara keseluruhan, radikalisme/terorisme di Indonesia menurun. Namun, pada komponen tertentu, ada segmen yang banyak terlibat, yaitu dari kalangan perempuan dan kaum milenial,” ungkap Wajidi.
Adapun kelompok kaum muda yang paling banyak mengakses konten melalui daring adalah anak-anak milenial. Mereka terutama mengakses konten-konten yang mengarah ke paham-paham radikalisme.
Wajidi mengatakan, ada beberapa tingkatan paparan radikalisme/terorisme pada warga, yaitu tingkatan inti, militan, simpatisan, pendukung, dan masyarakat umum. Di Kalbar tidak ada warga yang masuk dalam kelompok inti dan militan. Namun, antisipasi agar masyarakat tidak terpapar radikalisme terus dilakukan.
Kegiatan pencegahan radikalisme yang dikemas dengan seni lebih menarik. (Siti Wahda)
Sub-Koordinator Kerja Sama Non-Pemerintah, Sub-Direktorat Regional BNPT Alfrida Heanity Panjaitan menuturkan, secara nasional, tingkat radikalisme dan terorisme di kalangan pemuda cukup tinggi. Sebab, kaum muda memiliki fase-fase keinginan yang kuat untuk belajar terhadap suatu hal.
”Ketika kaum muda salah merespons suatu informasi, termasuk informasi yang kurang benar atau menuju ke hal radikal, hal itu akan berdampak pada perilakunya. Oleh sebab itu, kami bahu-membahu dengan semua segmen masyarakat membentengi kaum muda dari radikalisme dan terorisme,” ujarnya.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Kalbar Hermanus menuturkan, pencegahan terorisme tidak hanya dilakukan pemerintah, tetapi juga memerlukan dukungan semua pihak, termasuk peran para pemuda. Masyarakat Kalbar penuh dengan keberagaman, tetapi selama ini tetap bisa bersatu dan membangun Kalbar.
Pihaknya juga terus mendorong peningkatan kewaspadaan dini, pencegahan konflik, dan meningkatkan semangat persatuan serta wawasan kebangsaan. Pihaknya juga mendorong pemantapan nilai-nilai kebangsaan dengan berbagai kegiatan.
Jejak penangkapan
Berdasarkan catatan Kompas, penangkapan terduga teroris pernah dilakukan beberapa kali di Kalbar. Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror, misalnya, menangkap terduga teroris di Kalbar pada Rabu (17/2/2021) di berbagai lokasi.
Sebelumnya, Tim Densus 88 menangkap seorang terduga teroris berinisial AR (21) di Sungai Pinyuh, Kabupaten Mempawah, pada Jumat (5/6/2000). AR tergabung dalam grup di media sosial yang membahas terorisme. Densus 88 menyita sebuah telepon genggam yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai terorisme dan jaringannya.
Selain itu, pada tahun 2012, Densus 88 menangkap seorang terduga teroris berinisial AP (18) di Kabupaten Melawi. AP merupakan pelarian dari Solo, Jawa Tengah, setelah jaringannya diungkap aparat.
Kompas juga mencatat, survei terbaru BNPT (2020) menyebutkan, sekitar 80 persen anak muda rentan terpapar radikalisme karena tidak berpikir kritis. Sepuluh tahun terakhir, generasi milenial menjadi salah satu target penting yang disasar berbagai kelompok radikal untuk dipengaruhi dan direkrut sebagai simpatisan gerakan radikal di berbagai belahan dunia.