Hari Pertama Uji Coba, Pengendara di Manado Antusias Daftarkan Diri ke MyPertamina
Para pengendara di Manado merespons positif penetapan wajib daftar untuk membeli pertalite dan solar bersubsidi dengan mencari informasi ke SPBU. Kendati begitu, sebagian warga tidak yakin kebijakan itu efektif.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·5 menit baca
MANADO, KOMPAS — Para pengendara di Manado, Sulawesi Utara, merespons positif penetapan wajib daftar untuk membeli pertalite dan solar bersubsidi dengan mencari informasi ke stasiun pengisian bahan bakar umum. Kendati begitu, sebagian warga tidak yakin kebijakan itu efektif untuk menjaga stok bahan bakar.
Antrean kendaraan tampak di beberapa stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di dalam kota pada hari penerapan uji coba wajib daftar, Jumat (1/7/2022). Kebanyakan adalah kendaraan besar berbahan bakar diesel, seperti truk dan bus, seperti di SPBU Politeknik di bilangan Kairagi Dua.
Kendati begitu, pada pagi hari, sebagian besar pengantre belum mendaftarkan diri di Sistem Subsidi MyPertamina, seperti Parmenas Mangonto (46) yang mengendarai sebuah mobil bak. ”Dari tadi pagi saya coba daftar lewat aplikasi, tetapi koneksi selalu time out, gagal terus. Saya jadi jengkel,” kata pria yang bekerja sebagai kontraktor itu.
Notifikasi dari aplikasi MyPertamina mengarahkannya untuk menelepon pusat bantuan Pertamina di 135, tetapi tidak tersambung. Ia sempat khawatir tak kebagian solar, tetapi akhirnya lega ketika mengetahui pendaftaran ini masih berada pada fase uji coba. Ia pun menyatakan mendukung program ini dan segera mendaftarkan diri.
Roy Suwarno (55), pengendara lain, bahkan menyempatkan diri singgah ke gerai informasi yang ada di salah satu sudut SPBU untuk menanyakan mekanisme pendaftaran. Ia sudah mengunduh aplikasi MyPertamina untuk mendaftarkan diri, tetapi tidak yakin bagaimana caranya. Apalagi, skor ulasan aplikasi tersebut di Google PlayStore sangat rendah, yaitu 1,1.
Ia pun baru tahu bahwa pendaftaran pada Sistem Subsidi Tepat MyPertamina hanya untuk mencatat data pribadi pemilik, pengendara, serta data kendaraan. Data itu kemudian akan tersimpan dalam sebuah kode respons cepat (QR code) yang bisa ditempel di kaca depan mobil.
”Saya kira pembayaran juga harus dilakukan secara virtual (nontunai), ternyata boleh tunai. Itu akan memberatkan masyarakat. Tetapi, setelah tahu, saya kira ini cukup bagus,” katanya.
Sejak pagi hingga tengah hari, pengendara silih berganti menyinggahi gerai informasi di SPBU Politeknik, tetapi belum ada yang bisa mendaftarkan diri karena peladen laman subsiditepat.mypertamina.id tidak dapat diakses. Petugas pun hanya memberikan mereka selebaran berisi langkah-langkah pendaftaran.
Baru setelah lewat pukul 12.00 Wita, server situs pendaftaran itu pulih. Petugas pun segera membantu para pengendara yang rata-rata berusia di atas 40 tahun. Mereka mengunggah foto dokumen pribadi, antara lain foto diri, KTP elektronik, surat tanda nomor kendaraan (STNK), dan bukti pembayaran pajak. Pendaftaran pun berhasil.
Joko Ermanto, seorang penanggung jawab pengisian solar armada Damri Manado, belum mendaftarkan diri, tetapi telah mengumpulkan informasi terkait untuk mendaftarkan sopir-sopirnya serta armada bus yang ia awasi. Namun, menurut dia, pendaftaran tak akan menyelesaikan masalah mendasar yang dihadapinya, yaitu ketersediaan solar bersubsidi.
Salah satu rute yang diisi armadanya, yaitu Manado-Posilagon (Bolaang Mongondow Selatan), misalnya, butuh hampir 200 liter solar sekali jalan satu arah untuk perjalanan sejauh 199 kilometer. Adapun satu bus hanya berkapasitas 80 liter. Ia tidak diperbolehkan mempersiapkan cadangan solar dengan jeriken.
”Kami sering mogok karena kehabisan bahan bakar saat baru sampai Molibagu. SPBU di situ tidak bisa menjamin ketersediaan stok. Akibatnya, kami harus isi di pengecer dengan harga Rp 12.000 per liter. Padahal, kami ini pelayan publik yang berhak dapat solar bersubsidi (Rp 5.150 per liter). Apakah dengan aplikasi ini Pertamina bisa menjamin stok ada 24 jam tiap hari?” kata Joko.
Di samping itu, ia menilai kewajiban daftar itu memberatkan para sopir yang selama ini pendapatannya sesuai upah minimum provinsi, sekitar Rp 3,3 juta. ”Jangankan beli kuota, banyak yang tidak punya handphone Android,” katanya.
Sebelumnya, Sekretaris Organda Sulut Terry Umboh menilai, penerapan pendaftaran ini bisa memberantas penimbun BBM. Kendati begitu, ia berharap pemilik dan pengemudi angkutan umum berpelat nomor polisi kuning dibebaskan dari kewajiban mendaftar karena sudah jelas-jelas berhak mendapatkan subsidi.
Di lain pihak, Senior Supervisor Communication and Relations Pertamina Marketing Operation Region VII Taufiq Kurniawan mengatakan, pantauannya di beberapa SPBU menunjukkan antusiasme dan respons positif masyarakat dengan mendaftarkan diri secara sukarela. Gerai informasi yang ia sebut sebagai coaching clinic MyPertamina itu didirikan untuk membantu masyarakat yang kebingungan.
Data pengguna nantinya dapat membantu pengawasan stok BBM di tiap SPBU dan pembelian setiap konsumen.
Antusiasme ini ia sebut tidak hanya di Manado dan 10 kota lokasi uji coba, tetapi juga di banyak tempat di Indonesia. Hal itulah yang menyebabkan peladen situs MyPertamina sulit diakses pada pagi hingga siang hari. Ia pun yakin akan semakin banyak masyarakat yang mendaftar, begitu pula instansi-instansi pemerintahan seperti kepolisian dan rumah sakit.
”Kami sebenarnya sudah punya data pengguna bahan bakar bersubsidi (solar) maupun bahan bakar penugasan (pertalite). Itu akan kami uji dengan data yang dikumpulkan dari program ini. Kalau coverage-nya (cakupan) sudah luas, kami akan serahkan kepada stakeholders yang menangani distribusi BBM soal tindak lanjutnya,” kata Taufiq.
Menurut Taufiq, data pengguna nantinya dapat membantu pengawasan stok BBM di tiap SPBU dan pembelian setiap konsumen. Dengan begitu, Pertamina akan memiliki data sebaran SPBU dengan tingkat pembelian yang besar, begitu juga masa-masa konsumsi masif masyarakat, seperti menjelang hari besar atau saat panen raya.
”Ini cara kita untuk menyelamatkan solar bersubsidi bagi yang membutuhkan sesuai Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014. Kalau kita mengetahui pola konsumsi, kita bisa tahu berapa realisasi penyerapan kuota (solar dan pertalite). Itu bisa jadi acuan bagi pemerintah untuk pengusulan kuota di tahun berikutnya,” kata Taufiq.
Pertamina menyediakan kuota pertalite sebanyak 23,05 juta kiloliter (kl), sedangkan biosolar sebesar 14,91 juta kl. Tanpa pembatasan, penyaluran bisa melampaui kuota hingga 28 juta kl pertalite dan 17,72 juta kl biosolar.
”Orang-orang yang mampu atau 60 persen teratas (kaya) menikmati hampir 80 persen dari total BBM bersubsidi. Sementara masyarakat miskin dan rentan atau 40 persen terbawah hanya menikmati 20 persen,” ujar Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting (Kompas, 1/7/2022).
Hal itu terbukti pada hari pertama uji coba pendaftaran. Banyak mobil mewah, seperti Toyota Fortuner berpelat nomor polisi hitam, masih membeli solar bersubsidi di SPBU Politeknik. Sementara itu, mayoritas pengendara mobil pribadi yang singgah di SPBU itu masih mengisi pertalite, termasuk mobil-mobil dengan kapasitas mesin di atas 2.000 cc.