Gempa M 4,9 di Kabupaten Ketapang Tak Timbulkan Kerusakan
Sejumlah daerah di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, diguncang gempa berkekuatan M 4,9, Jumat (1/7/2022). Gempa ini tidak berpotensi tsunami. Sejauh ini, gempa tidak menimbulkan dampak serius.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Sejumlah daerah di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, diguncang gempa bumi tektonik berkekuatan M 4,9, Jumat (1/7/2022). Gempa ini tidak berpotensi tsunami. Selain itu, hingga sejauh ini tidak ada dampak serius yang ditimbulkan.
Adika Tandra (32), penduduk kota Ketapang, menuturkan, ia merasakan guncangan pada Jumat pagi sekitar 5-10 detik. Namun, ia tidak mengira bahwa guncangan tersebut gempa. ”Awalnya saya malah mengira ada orang berlari. Setelah mendapatkan informasi lebih jauh, ternyata gempa,” tuturnya.
Sejauh yang ia ketahui, tidak ada dampak serius akibat gempa tersebut. Warga juga beraktivitas seperti biasa. ”Apalagi, kalau kejadiannya pagi, sebagian besar warga masih tidur,” ujarnya lagi.
Boris Pasaribu (35), warga lainnya, menuturkan, ia tidak merasakan gempa. Namun, ia mendengar informasi bahwa ada wilayah-wilayah tertentu yang merasakan gempa. Sejauh ini situasi aman dan warga beraktivitas seperti biasa.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bambang Setiyo Prayitno, dalam penjelasannya di laman situs BMKG Provinsi Kalbar, menjelaskan, gempa tersebut terjadi pukul 05.09 di wilayah Ketapang, Kalbar. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa ini memiliki parameter update dengan magnitudo M 4,9.
Episenter gempa bumi berlokasi di laut pada jarak 119 kilometer arah barat daya Ketapang pada kedalaman 10 km. Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan, gempa memiliki mekanisme mendatar (strike slip fault).
Berdasarkan estimasi peta guncangan (shakemap), gempa ini menimbulkan guncangan di daerah Kendawangan dengan skala intensitas III-IV MMI (jika pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah). Kemudian, di daerah Matan Hilir Selatan dengan skala intensitas III-IV MMI.
Selain itu, di daerah Benua Kayong dengan skala intensitas III MMI (Getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan truk berlalu). Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami.
Hingga pukul 05.45, pemonitoran BMKG menunjukkan adanya dua aktivitas gempa susulan dengan kekuatan M 4,0 dan M 3,4. Masyarakat diimbau tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Kemudian, ia mengimbau pula kepada masyarakat agar memeriksa dan memastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum warga kembali ke dalam rumah.
Secara umum, aktivitas gempa di wilayah Kalimantan rendah.
Prakirawan BMKG Bandara Supadio Pontianak, Dina Ike, menambahkan, berdasarkan catatan BMKG sejak 2005, di Pulau Kalimantan secara umum sudah ada sekitar 96 kejadian gempa. Namun, secara umum, aktivitas gempa di wilayah Kalimantan rendah.
Catatan Kompas, secara geologi, Kalimantan juga paling stabil dibandingkan dengan daerah lain di negeri ini. Sekalipun memiliki sejumlah jalur sesar lokal, risiko gempa bumi di Kalimantan paling rendah dibandingkan dengan pulau besar lainnya di Indonesia.
BMKG Pusat dalam rilis di laman web BMKG pada 2019 pernah menjelaskan mengapa aktivitas gempa di Kalimantan relatif rendah dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya. Kalimantan memiliki jumlah struktur sesar aktif jauh lebih sedikit daripada pulau-pulau lain di Indonesia.
Kemudian, Pulau Kalimantan lokasinya cukup jauh dari zona tumbukan lempeng (megathrust) sehingga suplai energi yang membangun medan tegangan terhadap zona seismogenik di Kalimantan tidak sekuat dengan akumulasi medan tegangan zona seismogenik yang lebih dekat zona tumbukan lempeng. Selain itu, beberapa struktur sesar di Kalimantan kondisinya sudah berumur tersier sehingga segmentasinya banyak sudah tidak aktif lagi dalam memicu gempa.