Hujan dan Angin Kencang Landa NTT Saat Musim Kemarau
Hujan dan angin kencang menerjang NTT saat musim kemarau. BMKG menyebut tentang fenomena kemarau basah.
KUPANG, KOMPAS
—
Di tengah musim kemarau, hujan dan angin kencang melanda sebagian wilayah di Nusa Tenggara Timur. Banjir menggenangi sejumlah permukiman serta longsor memutus akses jalan. Selain itu, pelayaran lokal dan aktivitas melaut nelayan pun terhenti. Tak ada laporan soal korban jiwa yang timbul akibat cuaca ekstrem tersebut.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas, Jumat (1/7/2022), permukiman warga di Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, direndam banjir dengan ketinggian lebih dari 30 sentimeter. Warga tidak mengungsi. Mereka menyelamatkan barang dan ternak. Malaka merupakan daerah di NTT yang paling sering dilanda banjir.
”Kalau hujan masih terjadi beberapa hari lagi dengan intensitas tinggi, akan terjadi banjir besar. Kami siaga saja. Masyarakat memang sudah terbiasa dengan kondisi ini. Yang kami heran, hujan terjadi pada musim kemarau panjang,” kata Yuven Taek (40), warga Kampung Bolan, Malaka.
Banjir itu terjadi akibat luapan Sungai Benenai. Debit air di sungai tersebut naik akibat hujan di sejumlah daerah yang dilewati sungai sepanjang 132 kilometer itu. Sungai Benenai memanjang dari Gunung Muris di Kabupaten Timor Tengah Selatan sampai di Laut Timor melalui Kabupaten Malaka.
Baca Juga: Berkah dan Bencana Berdampingan di Benenai
Kondisi Jembatan Boking di Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT, yang rusak akibat banjir pada Jumat (1/7/2022).
Hujan juga menyebabkan amblasnya sebagian ruas Jembatan Boking di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Jembatan itu berada di jalur utama sisi selatan Pulau Timor. Jalur itu menghubungkan Kota Kupang, Kabupaten Kupang, dan Timor Tengah Selatan dengan Malaka. Jalan dan jembatan di jalur itu di bawah tanggung jawab pemerintah pusat.
Terhenti
Akibatnya, mobilitas penumpang dan barang terhenti. Waktu tempuh dengan mobil dari Kota Kupang ke Malaka tidak lagi 6 jam. Terputusnya jalur itu membuat kendaraan mencari jalur lain dengan waktu tempuh antara 8 dan 9 jam. ”Makanya, tarif per penumpang kami naikkan dari Rp 150.000 menjadi Rp 200.000,” ujar Leksi Nai (26), sopir angkutan.
Ni Putu Nonik Prianti, prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi El Tari Kupang, menjelaskan, musim kemarau di Indonesia termasuk NTT pada tahun ini disertai dengan adanya fenomena kemarau basah. ”Suhu muka laut di NTT masih hangat sehingga suplai uap air masih banyak dan didukung kelembapan udara dari lapisan atas hingga bawah yang cukup basah menyebabkan potensi pertumbuhan awan hujan di NTT juga cukup tinggi,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, keberadaan siklon tropis Chaba di Laut Cina Selatan juga turut mempengaruhi kondisi cuaca di NTT. Pasalnya, wilayah NTT menjadi daerah pertemuan dan belokan angin. Kondisi ini diperkirakan masih berlangsung hingga tiga hari ke depan.
Kecepatan angin di NTT yang tinggi menyebabkan gelombang laut tinggi. Stasiun Maritim Tenau Kupang melaporkan, kecepatan angin mencapai 25 knot mencapai 45,3 kilometer per jam. Prakiraan tinggi gelombang mencapai 4 meter. Tinggi gelombang yang sebenarnya bisa mencapai dua kali lipat dari prakiraan.
Sejumlah pelayaran lokal di NTT, seperti dari Kota Kupang ke Pulau Rote, untuk sementara ditutup. Selain itu juga pelayaran dari Kota Kupang ke sejumlah pulau di sisi selatan Maluku juga dihentikan. Demi keselamatan, otoritas pelabuhan melarang kapal kecil berlayar.
Suhu muka laut di NTT masih hangat sehingga suplai uap air masih banyak dan didukung kelembapan udara dari lapisan atas hingga bawah yang cukup basah menyebabkan potensi pertumbuhan awan hujan di NTT juga cukup tinggi.
Aktivitas melaut bagi nelayan juga terhenti. Akibatnya, harga ikan di sejumlah pasar di Kota Kupang naik. Harga 1 kilogram kuwe, yang normalnya Rp 20.000, naik menjadi Rp 60.000. ”Kemarin ada kapal ikan dari Rote yang tenggelam karena gelombang,” kata Adi (32), penjual ikan di Pasar Kasih Kupang.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah NTT Ambrosius Kodo mengingatkan masyarakat agar waspada dengan perubahan cuaca tersebut. Hingga Jumat malam, belum ada laporan mengenai korban jiwa atas bencana tersebut.
Baca Juga: Bersiaplah apabila Badai Seroja Datang Lagi