Calon Penumpang Feri Kupang Lelah Antre Kartu ”e-Ticket”
Calon penumpang feri di Kupang mengaku lelah antre berjam-jam mendapatkan kartu ”e-Ticket” untuk membeli tiket keberangkatan. Sistem yang baru diperkenalkan kepada konsumen ini membuat mereka bingung.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Calon penumpang feri dari Kupang ke berbagai daerah tujuan di Nusa Tenggara Timur mengaku lelah antre membeli kartu e-Ticket, kemudian antre menggesek kartu di Dermaga Bolok, Kupang. Sistem itu baru diperkenalkan sehingga banyak calon penumpang merasa tidak nyaman mendapatkan kartu.
Sejumlah dermaga feri di NTT belum memberlakukan sistem e-Ticket ini karena layanan internet di pelabuhan itu belum maksimal.
Agustinus Hala (54), calon penumpang feri Kupang-Aimere, ditemui di Dermaga Bolok, Kupang, Jumat (1/7/2022), mengaku bingung dengan sistem pembelian tiket secara daring tersebut. Selama ini tidak ada pemberitahuan atau sosialisasi kepada masyarakat di desa dan kecamatan di seluruh provinsi itu.
”Ini provinsi kepulauan. Perjalanan saja butuh waktu 8-14 jam, belum lagi harus antre mendapatkan kartu e-Ticket, kemudian dengan kartu itu lantas antre membeli tiket feri dengan sistem gesek. Antre sampai 4 jam sangat melelahkan, terutama bagi calon penumpang usia di atas 50 tahun,” tuturnya.
Para calon penumpang feri harus memiliki kartu dengan kode batang di dalamnya untuk melakukan top-up agar bisa membeli tiket. Mendapatkan kartu dan pengisian saldo, mereka antre berdesak-desakan di ruang sempit. Ratusan calon penumpang berdiri berjubel di dalam ruangan berukuran sekitar 20 x 20 meter persegi. Lokasi itu sebelumnya sebagai tempat parkir, yang disulap menjadi loket.
Antre berjubelan seperti ini membuka peluang penularan Covid-19. Apalagi, saat ini kasus itu sudah mulai muncul di beberapa kabupaten/kota di NTT meski tidak banyak seperti periode 2020-2021.
Penumpang berjubel
Martha Tahy (57), calon penumpang Kupang-Larantuka, menyebutkan,antre pembelian kartu Brizzi BRI, Flazz BCA, e-Money Bank Mandiri, Tap Cash untuk BNI sangat melelahkan. Penjualan kartu itu terpusat di satu lokasi sehingga calon penumpang berjubel dan saling dorong untuk membeli kartu, sekaligus pengisian saldo tersebut.
Ia menuturkan, sebaiknya ASDP Kupang membuka lokel pembelian kartu di beberapa titik sehingga tidak terjadi antrean. Satu lokel bisa menjual Brizzi, Tap Cash, e-Money, dan Flazz. ”Saat ini, semua calon penumpang menumpuk di satu lokasi. Siapa lebih awal antre, dia mendapat layanan tercepat,”katanya.
Semestinya calon penumpang yang hendak berangkat lebih awal yang diprioritaskan. Antre pun tidak perlu dua kali. Cukup satu kali antre di loket pembelian kartu e-Ticket, isi saldo, dan langsung pembelian tiket dengan cara gesek kartu untuk mendapatkan tiket keberangkatan.
”Kenapaharus antre dua kali. Kenapa tidak sekali antre. Kalau ada cara yang lebih muda, kenapa harus dipersulit,” kata Tahy.
Bagi calon penumpang yang sudah memiliki kartu e-Ticket dan sudah melakukan top-up atau pengisian saldo di bank atau Alfamart, mereka langsung membeli tiket keberangkatan itu.
Dua loket antrean itu mestinya dipisahkan, yakni untuk calon penumpang yang belum memiliki kartu dan calon penumpang yang sudah memiliki kartu dan sudah melalukan top-up.
Debora Ose (38), calon penumpang Kupang-Larantuka, mengatakan, memiliki tabungan di Bank Mandiri. Namun, Bank Mandiri harus mentransfer uang ke rekening milik teman Bank BRI, kemudian BRI mengalihkan ke Brizzi BRI.
”Tidak benar bahwa calon penumpang bisa bertransaksi langsung di Bank Mandiri, BCA, dan BNI selain BRI terkait kepemilikan kartu e-Ticket ini,” kata Ose.
Manajer Usaha PT ASDP Kupang Hermin Welkis mengatakan, e-Ticket berisi data lengkap calon penumpang sesuai KTP dan STNK bagi penumpang yang memiliki kendaraan yang hendak diangkut.
Sistem e-Ticket ini lebih mempermudah calon penumpang bepergian meski harus membayar administrasi Rp 5.000 per perjalanan. Banyak kemudahan yang diperoleh calon penumpang dan pihak ASDP sendiri.
Satu kartu bisa dipakai satu anggota keluarga, tergantung jumlah saldo. Pengisian saldo maksimal Rp 2 juta per kartu, setelah itu bisa melakukan top-up lagi. Sistem ini juga menjaga transparansi dan akuntabel pelayanan ASDP.
”Pengembalian uang recehan saat pengisian saldo atau pembayarantiket pun tidak sulit seperti dulu. Sistem ini sama dengan pembelian pulsa listrik dan pengisian kartu tol,” kata Welkis.
ASDP Kupang bekerja sama dengan Bank BRI, Mandiri, BNI, dan Bank BCA. Calon penumpang bisa mendapatkan kartu e-Ticket di empat bank tersebut. ”Tidak benar hanya BRI yang melayani itu,”katanya.
Pengembalian uang recehan saat pengisian saldo atau pembayarantiket pun tidak sulit seperti dulu. Sistem ini sama dengan pembelian pulsa listrik dan pengisian kartu tol.
Ia mengatakan, system ini sudah berlaku mulai Juni 2021 di Kupang untuk menghindari penyebaranCovid-19 saat itu. Meski demikian, pernyataan ini dibantah sejumlah calon penumpang yang selama ini menggunakan jasa feri yang dikelola ASDP untuk bepergian antarpulau di NTT. Konsumen menilai sistem ini baru diberlakukan pada Mei 2022.
Pelabuhan yang sudah mengoperasikan system e-Ticket adalah Kupang, Larantuka, Kalabahi, Waingapu, dan Aimere (Ngada). Pelabuhan lain, seperti Rote Ndao, Waikelo, dan Sabu Raijua, masih menggunakan sistem manual karena layanan internet di wilayah itu belum optimal.
”Kami terus bekerja sama dengan Telkomsel agar sesegera mungkin dibangun jaringan internet di sekitar pelabuhan itu,” ujarnya.
Saat ini, ASDP Kupang memiliki sembilan unit feri, tiga feri berlabuh di luar Dermaga Bolok, yakni satu unit siaga di Maumere untuk melayani masyarakat di Pulau Palue, Pulau Sukun, Pulau Rusa sampai ke Pelabuhan Maropokot di Mbay, Nagekeo.
Satu unit berlabuh di Kalabahi untuk melayani rute Kalabahi sampai Teluk Gurita di Kabupaten Belu dan satu unit feri melayani rute Larantuka-Adonara-Lembata dan Baranusa, Alor. Enam feri berlabuh di Dermaga Bolok, Kupang.