Aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda masih fluktuatif. Gunung api itu kembali mengalami erupsi berturut-turut dalam tiga hari terakhir.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, kembali bergejolak dalam tiga hari terakhir. Gunung api itu terus mengalami erupsi dan mengeluarkan abu dengan ketinggian mencapai 2.000 meter dari puncak.
Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM, Jumat (1/7/2022), Gunung Anak Krakatau satu kali erupsi. Erupsi terjadi pukul 06.50 dengan ketinggian kolom abu 500 meter dari puncak.
Kolom abu teramati berwarna hitam dengan intensitas condong ke arah timur laut. Erupsi tersebut terekam seismograf dengan amplitudo maksimum 42 milimeter dengan durasi selama 1 menit 17 detik.
Erupsi terbesar terjadi pada Rabu (29/6) pukul 14.51 dengan ketinggian kolom abu 2.000 meter dari puncak. Sepanjang Rabu itu, Gunung Anak Krakatau tercatat mengalami erupsi sebanyak tiga kali. Sementara pada Kamis (30/6), Gunung Anak Krakatau juga masih menunjukkan aktivitas vulkanik. Gunung itu mengalami erupsi satu kali dengan tinggi kolom abu 1.000 meter dari puncak.
Kepala Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau di Kalianda, Lampung Selatan, Andi Suardi mengatakan, peningkatan aktivitas vulkanik tiga hari terakhir cukup signifikan. Hingga kini, gunung itu berstatus Level III atau Siaga.
Menurut dia, walaupun luncuran abu cukup tinggi, kondisi angin tidak membuat abu sampai ke daratan Lampung. Dentuman juga tidak terdengar oleh masyarakat yang tinggal di pesisir Kecamatan Rajabasa. ”Masyarakat tidak boleh mendekat dalam radius 5 km dari kawah aktif,” kata Andi saat dihubungi dari Bandar Lampung, Jumat sore.
Camat Rajabasa Sabtudi mengatakan, sejak peristiwa tsunami Selat Sunda pada 2018, masyarakat di kawasan pesisir meningkatkan kewaspadaan saat aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau meningkat. Kendati begitu, masyarakat tidak panik karena telah mempunyai pengalaman untuk mitigasi bencana.
Menurut dia, pemerintah daerah telah mengupayakan jalur evakuasi tsunami, khususnya di titik rawan tsunami. Jalur evakuasi diarahkan ke wilayah perbukitan yang tidak jauh dari pesisir. Selain itu, masyarakat juga berkomunikasi dengan petugas pos pantau Gunung Anak Krakatau dan BMKG untuk mendapat informasi terkini tentang aktivitas gunung tersebut.
Sementara itu, kondisi ekosistem di tiga pulau sekitar Gunung Anak Krakatau, yakni Sertung, Panjang, dan Rakata Kecil, sudah membaik. Di Kepulauan Rakata, misalnya, terbentuk rawa kecil di bagian tenggara pulau tersebut. Selain itu, sudah ditemukan berbagai jenis satwa, seperti burung, kupu-kupu, dan biawak.
Syamsiar (50), warga Pulau Sebesi, menuturkan, aktivitas Gunung Anak Krakatau yang meningkat tiga hari terakhir tidak sampai mengganggu aktivitas warga di Pulau Sebesi, Lampung Selatan. Pantauan dari pulau yang berjarak sekitar 10 kilometer dari GAK itu, saat erupsi, gunung tersebut terus mengeluarkan abu vulkanik disertai suara dentuman.