Capaian Masih Rendah, Vaksinasi PMK di Jateng Digenjot
Capaian sementara vaksinasi penyakit mulut dan kuku di Jateng masih cukup jauh dari yang ditargetkan. Sejumlah upaya percepatan dilakukan agar ternak terlindungi.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
KOMPAS/KRISTI D UTAMI
Peternak menunggui ternaknya yang terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK) di sebuah kandang komunal di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (2/6/2022).
SEMARANG, KOMPAS — Jawa Tengah mendapatkan alokasi vaksin penyakit mulut dan kuku sekitar 77.000 dosis, pekan lalu. Vaksinasi itu ditargetkan selesai pekan ini. Namun, hingga kini, baru semperempat dari alokasi vaksin yang sudah disuntikkan. Akselerasi akan terus dilakukan.
Berdasarkan data Siagapmk.id, jumlah ternak yang telah menjalani vaksinasi penyakit mulut dan kuku (PMK) di Jateng hingga Kamis (30/6/2022) sebanyak 19.919 ekor. Jumlah itu terdiri dari 17.597 ekor di kabupaten/kota, sebanyak 1.679 ekor di Unit Pelaksana Teknis Pusat Baturaden, dan sebanyak 643 ekor di Unit Pelaksana Teknis Pusat Provinsi Jateng.
Jumlah ternak yang divaksin hingga Kamis baru sekitar seperempat dari jumlah vaksin yang dialokasikan. Padahal, Pemerintah Provinsi Jateng menargetkan sebanyak 77.000 dosis vaksin PMK yang didistribusikan sejak pekan lalu itu selesai disuntikan sebelum Sabtu (2/7).
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng Agus Wariyanto menuturkan, masih rendahnya capaian vaksinasi disebabkan sejumlah kabupaten/kota memerlukan waktu yang cukup panjang untuk mendata ternak-ternak sehat yang akan menjadi sasaran vaksinasi. Selain itu, minimnya sarana dan prasarana penunjang vaksinasi di kabupaten/kota juga menjadi hambatan.
”Masih ada sekitar dua hari untuk mengejar target. Kami akan mencoba melakukan intervensi di kabupaten/kota agar akselerasi vaksinasi bisa dilakukan,” kata Agus, Kamis malam, di Semarang.
Menurut Agus, intervensi itu meliputi pengiriman bantuan tenaga medis veteriner di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng ke kabupaten/kota serta pengoptimalan peran pendampingan ataupun pengawalan dari Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pertanian di daerah. Selain itu, pihaknya juga sedang berkoordinasi dengan Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Jateng untuk membantu akselerasi vaksinasi PMK.
Secara terpisah, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, pihaknya akan menggerakkan masyarakat, kelompok peternak, penyuluh, dokter, serta TNI dan Polri untuk membantu mempercepat pendataan ternak. Sebab, pendataan ternak merupakan hal mendasar yang harus dilakukan sebelum melakukan vaksinasi.
KOMPAS/KRISTI D UTAMI
Petugas memeriksa mulut sapi di Rumah Pemotongan Hewan Penggaron, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (12/5/2022).
”Kita data di mana sapinya, ada berapa di sana, nanti kita laporkan, terus kita turunkan vaksin dan timnya. Ini upaya kita untuk segera melakukan percepatan itu,” kata Ganjar.
Menurut Ganjar, vaksinasi merupakan kunci penting pencegahan PMK. Untuk itu, selain mengupayakan akselerasi vaksinasi di kabupaten/kota, Ganjar juga meminta Kementerian Pertanian segera mendistribusikan vaksin PMK apabila tambahan vaksinasi sudah ada.
Setelah ada hitungan ekonominya, tentu kita akan menghitung dampak sosial ekonominya.
Tak hanya soal vaksin, Ganjar juga meminta jajarannya segera menghitung kebutuhan biaya untuk pengetesan sampel ternak terduga PMK serta peralatan penunjang perawatan dan obat-obatan bagi ternak-ternak yang sakit. Ganjar menyebut, baik pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota di wilayahnya sedang menyiapkan anggaran untuk penanganan PMK.
”Setelah ada hitungan ekonominya, tentu kita akan menghitung dampak sosial ekonominya. Kalau kemudian diasumsikan kelak akan ada ganti rugi, mudah-mudahan nanti petani itu tenang, peternak itu tenang, dan memang enggak perlu heboh,” tuturnya.
KOMPAS/KRISTI D UTAMI
Peternak menunggui sapi-sapinya yang terpapar PMK di sebuah kandang komunal di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (2/6/2022).
Harga anjlok
Penyuntikan vaksin PMK disyukuri para peternak di Kota Pekalongan. Dengan vaksinasi, mereka berharap ternaknya menjadi lebih kebal terhadap virus PMK. Hal itu penting untuk mencegah menurunnya minat konsumen serta anjloknya harga ternak setelah PMK merebak.
Joko Susilo, peternak di Kelurahan Panjang Baru, Kecamatan Pekalongan Utara, mengatakan, harga sapinya anjlok sebesar Rp 2 juta-Rp 4 juta selama PMK mewabah. Padahal, sapi-sapinya sehat dan tidak menunjukkan gejala PMK. ”Normalnya, harga sapi saya yang bobotnya 2 kuintal sekitar Rp 20 juta per ekor. Dengan adanya PMK, harga jualnya jadi sekitar Rp 18 juta,” ucapnya.
Pada Rabu (29/6), sapi-sapinya sudah divaksin PMK. Kendati demikian, ia mengaku tak akan mengendurkan upaya melindungi sapi-sapinya dari serangan PMK. Ke depan, Joko akan tetap membersihkan kandang sapinya dua kali sehari, menyemprotkan disinfektan ke kandang ternaknya secara rutin, memberikan antibiotik dan vitamin, serta melarang orang-orang yang tak berkepentingan masuk ke kandang sapinya.