Sebagian Pedagang Ternak di Klaten Mulai Lakukan Transaksi Daring
Pemkab Klaten mengambil kebijakan untuk membuka pasar hewan kembali mulai Rabu (29/6/2022). Para pedagang mendatangi pasar tanpa membawa sapinya karena khawatir tertular PMK.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
KLATEN, KOMPAS — Sebagian pedagang ternak di Klaten, Jawa Tengah, memilih berjualan daring meski pasar-pasar hewan sudah bisa beroperasi. Meski belum cukup ampuh menjaring calon pembeli, cara itu dilakukan untuk menekan potensi kerugian akibat wabah penyakit mulut dan kuku.
Setelah ditutup pada 25 Mei 2022 akibat penyakit mulut dan kuku (PMK), Pasar Hewan Jatinom dan Prambanan di Klaten kembali dibuka pada Rabu (29/6/2022). Di Pasar Jatinom, misalnya, sejumlah mobil bak terbuka pengangkut ternak kembali terlihat meski tidak ada sapi yang biasanya ditawarkan.
”Saya tidak bawa sapi. Ini cek-cek saja kondisi pasar seperti apa,” kata Bambang Ariyanto (32), pedagang sapi asal Kecamatan Jatinom.
Punya 10 sapi dewasa siap dijual, Bambang mengatakan, dirinya belum berani membawa sapinya ke pasar. Ia takut ternaknya tertular PMK.
”Saya enggak berani ambil risiko. Sapi saya sempat tertular PMK setelah dibawa ke pasar,” kata Bambang.
Kini, Bambang memilih bertransaksi menggunakan media sosial. Ia mengiklankan sapinya lewat aplikasi Whatsapp. Apabila ada pembeli yang tertarik, sapi akan langsung diantar.
Akan tetapi, dia mengatakan, pola baru itu sepertinya belum akrab bagi calon pembeli. Apabila sebelumnya menjelang Idul Adha dia bisa menjual 10-15 sapi, kini belum ada sapi yang laku.
Manto (65), peternak asal Kecamatan Tulung, juga mendatangi pasar hewan hanya untuk mengecek situasi penjualan. Sama seperti dia, banyak pedagang belum berani membawa sapinya ke pasar.
”Akhirnya, saya ke pasar hanya lihat-lihat saja. Mau bawa sapi ke sini juga enggak berani. Itu pun jika ada yang mau membeli. Sekarang pembelinya enggak ada. Belum lagi kalau nanti pulang dari pasar malah tertular,” kata Manto.
Akibat PMK, Manto mengatakan, nasib peternak menjadi semakin sulit. Untuk pakan, dia kini harus mengeluarkan Rp 100.000 per hari untuk tiga sapi. Ongkosnya membengkak jika membutuhkan obat dan vitamin, Rp 100.000 per sapi.
”Biaya perawatannya besar. Padahal, penjualannya sangat sulit. Sekarang bisa dapat pendapatannya dari mana? Ini untuk perawatan ternak, saya pakai tabungan dari hasil tani,” kata Manto.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Klaten Widianti mengatakan, pasar hewan kembali dibuka untuk memfasilitasi jual-beli ternak jelang Idul Adha. Namun, dari pantauannya, aktivitas pasar masih sepi.
”Di Jatinom, dulu jumlah sapi yang diperjualbelikan bisa sampai 500-600 sapi saat hari pasar. Sekarang, tidak ada,” kata Widianti.
Menurut Widianti, kondisi itu menunjukkan munculnya kesadaran dari pedagang untuk mengurangi mobilitas guna menekan penularan PMK. ”Mudah-mudahan ini menjadi kesadaran bersama. Saat ini, sebenarnya sapi tidak boleh berkumpul. Sangat rawan jika ada yang tidak menunjukkan gejala klinis. Bisa terjadi penyebaran langsung,” kata Widianti.
Oleh karena itu, sebut Widianti, pembukaan kembali pasar hewan disertai dengan pembatasan ketat. Hewan yang diperjualbelikan hanya yang berasal dari Klaten.
Dokter hewan juga disiagakan setiap kali pasaran untuk memeriksa ternak yang akan masuk ke pasar. Semua ternak harus dipastikan sehat. Penyemprotan disinfektan juga dilakukan sebelum dan sesudah operasionalisasi pasar.