PT KAI Terus Gaungkan Kesadaran Anti-kekerasan Seksual
Kesadaran terhadap anti-kekerasan seksual terus digaungkan PT KAI demi memberikan kenyamanan bagi penumpang kereta setelah muncul kasus pelecehan di dalam kereta.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi V menggelar kampanye anti-kekerasan seksual terhadap perempuan. Kesadaran serta edukasi terkait anti-kekerasan seksual terus digaungkan demi kenyamanan pengguna moda transportasi umum serta mencegah pelecehan seksual baik terhadap perempuan maupun anak-anak.
Kepala Daop 5 Purwokerto Daniel Johannes Hutabarat pada ”Kampanye Cegah Kekerasan Seksual” di Stasiun dan Kereta Api di Purwokerto, Rabu (29/6/2022), menyampaikan, kampanye tersebut dilakukan untuk menggugah kesadaran masyarakat supaya tidak melakukan tindak kekerasan dan pelecehan seksual di transportasi umum khususnya kereta api.
”Ini penting untuk mengajak masyarakat supaya ketika menggunakan layanan KAI tetap saling menghargai dan menghormati sesama pelanggan sehingga dapat terwujudlah transportasi kereta api yang nyaman dan aman bagi seluruh pelanggan,” kata Daniel.
Daniel menegaskan, petugas KAI di stasiun dan di atas kereta api akan terus bersiaga jika terjadi tindak kekerasan seksual. Meski demikian, lanjut Daniel, KAI juga tetap meminta pelanggan agar waspada dan melaporkan ke petugas jika terjadi kekerasan dan pelecehan seksual.
Sebelumnya beredar di media sosial Twitter, video rekaman tangan penumpang laki-laki yang mencoba meraba-raba paha perempuan di kereta api.
Kondektur Kereta Api Argo Lawu Wisnu Dwi Prasetiya menyampaikan, terdapat korban yang mengalami pelecehan seksual di atas kereta pada 19 Juni lalu. Korban meminta pindah tempat duduk karena tidak nyaman atas perlakuan penumpang laki-laki yang ada di sebelahnya.
”Kereta mau memasuki Stasiun Cirebon dan korban meminta pindah tempat duduk. Saya baru bisa mendapatkan tempat duduk kosong selepas Stasiun Cirebon. Saat itu dia belum menceritakan mengapa tidak nyaman,” tutur Wisnu.
Aini (23), salah satu penumpang kereta api di Purwokerto, berharap tidak ada lagi kekerasan dan pelecehan seksual di kereta karena hal itu membuatnya tidak nyaman. ”Miris (kalau ada pelecehan seksual) harus segera diselesaikan dan ditindaklanjuti. Pelaku harus cepat dihukum supaya semua tidak melecehkan sesamanya,” kata Aini, yang hendak naik kereta ke Jakarta.
Sefira (21), salah satu penumpang kereta yang hendak ke Pekalongan, juga berharap hal serupa. ”Dari saya agak takut untuk speak up (kalau mengalamai pelecehean seksual) atau sebaiknya langsung bilang ke teman di dekatnya atau petugas yang lewat. Namun, saran saya, sebaiknya jangan takut untuk speak up dan kalau ada orang yang mencurigakan baiknya jauh-jauh saja,” tuturnya.
Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kepolisian Resor Kota Banyumas Ipda Metri Zul Utami mengatakan, pihaknya mengapresiasi upaya PT KAI yang memasukkan penumpang pelaku pelecehan seksual yang videonya viral ke dalam blacklist atau daftar hitam sehingga pelaku tidak boleh lagi naik kereta api. Merti juga menyebutkan, keberadaan petugas di kereta dan lampu gerbong yang menyala di malam hari bisa membantu mencegah terjadinya pelecehan seksual.
Meski demikian, Merti berharap PT KAI menambah informasi atau pengumuman di dalam kereta untuk meningkatkan kesadaran bahwa melakukan kekerasan seksual atau pelecehan seksual dapat dilaporkan ke polisi dan mendapatkan hukuman pidana.
”Meskipun berpacaran, itu harus tetap dijaga. Meski suka sama suka, jadi hati-hati. Bagi keluarga, atau saudara, tetangga yang punya anak beranjak dewasa, karena memang pacaran dengan meraba, mencium, memeluk itu sudah masuk dalam perbuatan percabulan . Jadi hati-hati, itu bisa dilaporkan,” kata Merti.