Meski Pengiriman Ternak Dibatasi, Kebutuhan Kurban di Sumsel Tidak Terganggu
Pemerintah menjamin kebutuhan kurban untuk Idul Adha di Sumsel masih terpenuhi walau ada pembatasan untuk mengambil hewan ternak dari luar Sumsel, terutama di Jawa. Akibat PMK, peternak mengalami penurunan omzet.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Pemerintah menjamin kebutuhan kurban Idul Adha di Sumatera Selatan terpenuhi walau ada pembatasan pengiriman ternak dari luar daerah lantaran merebaknya penyakit mulut dan kuku. Omzet peternak pun menurun karena jumlah hewan yang dijadikan kurban berkurang dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumsel Ruzuan Effendi, Selasa (28/6/2022), di Palembang menjamin kebutuhan kurban di Sumsel tidak terganggu walau penyakit mulut dan kuku (PMK) mendera provinsi itu. Hal ini disebabkan kebiasaan peternak di Sumsel yang sudah menyediakan hewan ternak jauh sebelum Idul Adha.
Sebagian besar peternakan di Sumsel adalah pembesaran, bukan pembibitan. Artinya, mereka sudah memesan hewan ternak jauh sebelum Idul Fitri dan Idul Adha karena akan dibesarkan terlebih dulu. ”Biasanya mereka memesan ketika sapi masih berusia di bawah dua tahun dan kemudian digemukkan sehingga bisa dijual ketika Idul Adha tiba,” ungkapnya.
Karena itu, walau pandemi mendera, peternak masih memiliki persediaan sapi ataupun kambing untuk dijual. Jika berkaca dari tahun lalu, lanjut Ruzuan, kebutuhan sapi di Sumsel sekitar 12.500 ekor. Adapun persediaan sapi saat ini mencapai 27.000 ekor.
Sementara ketersediaan kambing di Sumsel mencapai 32.000 ekor dengan kebutuhan kambing saat Idul Adha mencapai 20.000 ekor. ”Dengan begitu, masyarakat tidak perlu khawatir karena hewan kurban pasti tercukupi,” ujarnya.
Memang wabah pandemi PMK secara tidak langsung akan berpengaruh pada pembelian kurban, tetapi Ruzuan berharap tidak terlalu signifikan. ”Karena PMK tidak menular kepada manusia, jadi warga tidak perlu khawatir untuk mengonsumsi sapi ataupun kambing,” ucapnya.
Di sisi lain, pemerintah terus berupaya untuk menekan penyebaran kasus PMK dengan mulai memberikan vaksin kepada hewan ternak. Sumsel telah mendapatkan jatah vaksin sekitar 12.200 dosis. Vaksin ini akan disebar ke seluruh wilayah Sumsel. Proses vaksinasi ditargetkan selesai pada 2 Juli 2022.
Vaksin kiriman dari pemerintah pusat ini jauh lebih rendah dari jumlah vaksin yang diusulkan. ”Awalnya kami mengusulkan 500.000 dosis, tetapi baru diberikan 12.000 dosis. Kemungkinan, sisa vaksin akan dikirim pada tahap kedua,” ujar Ruzuan.
Penyebaran vaksin disesuaikan dengan populasi sapi yang ada di setiap daerah. Daerah Ogan Komering Ulu Timur menjadi daerah yang paling banyak menerima vaksin, mencapai 2.000 dosis, diikuti Ogan Komering Ilir mencapai 1.500 dosis, Banyuasin (1.400 dosis), Musi Rawas (1.300 dosis), dan Musi Banyuasin (1.000 dosis). Adapun 12 daerah lainnya mendapatkan jatah vaksin di bawah 1.000 dosis.
Ruzuan menjelaskan, pemberian vaksin diprioritaskan pada sapi yang belum terjangkit PMK. ”Vaksin diberikan kepada anak sapi berusia di bawah dua tahun, pejantan muda, dan betina yang berada dalam masa produktif,” ungkapnya.
Adapun sapi yang telah dipesan untuk dijadikan kurban tidak akan divaksin. Sama halnya dengan sapi yang telah terjangkit. Sebab, biasanya, sapi yang telah terjangkit dan dinyatakan sembuh akan memiliki imun yang lebih baik.
Karena itulah upaya pencegahan terus dilakukan, seperti memberikan vitamin dan asupan tambahan untuk meningkatkan daya tahan tubuh sapi agar tidak mudah tertular. ”Kami memberikan asupan tambahan seperti campuran temulawak, jahe, kunyit, dan beragam rempah lainnya,” kata Dahlan, peternak.
Mewabahnya PMK membuat bisnis peternakannya turun. Biasanya di masa Idul Adha, Dahlan bisa menjual hingga 90 sapi, tetapi kini dia hanya bisa menjual 50 sapi. ”Sejak PMK merebak, kami tidak mengambil sapi dari luar Sumsel. Jadi, kami hanya mengandalkan sapi yang masih tersedia saja,” ucapnya.
Situasi ini tentu sangat merugikan peternak mengingat harga pakan ternak meningkat dibandingkan dengan tahun lalu. Biasanya dalam satu tahun, ia mengeluarkan biaya pakan sekitar Rp 2,2 juta per tahun untuk satu ekor sapi, tetapi kini meningkat hingga 30 persen.
Itulah sebabnya harga sapi meningkat sekitar Rp 500.000 sampai Rp 1 juta dibandingkan dengan tahun lalu. Dahlan menjual sekitar Rp 17,5 juta-Rp 25 juta tergantung jenis dan ukurannya. ”Saya berharap wabah ini tidak semakin parah sehingga bisnis ternak sapi bisa kembali pulih,” katanya.
Wakil Gubernur Sumsel Mawardi Yahya berharap vaksinasi dapat segera menekan jumlah kasus PMK di Sumsel. ”Tidak hanya menekan kasus, tetapi menghilangkan kasus. Sampai saat ini kasus diduga PMK mencapai 348 ekor di mana 7 ekor di antaranya mati. Adapun 22 ekor dipotong paksa dan 122 ekor sembuh,” ujarnya.
Menurut Mawardi, wabah ini tentu akan berdampak pada peternak. Namun, dia berharap agar peternak tidak merugi terlalu dalam. Karena itu, selain melakukan vaksinasi, sosialisasi kepada masyarakat bahwa PMK tidak menular kepada manusia harus tetap dimasifkan.