Jatim Bidik Jepang dan Romania untuk Ekspor Ubi Jalar
Budidaya ubi jalar dikembangkan di Kabupaten Jember, Jawa Timur, dengan membidik pasar ekspor. Pengembangan ubi jalar melibatkan pemerintah daerah, swasta, dan kalangan petani.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA, AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Jawa Timur membidik Jepang dan Romania sebagai pasar potensial produk pertanian, terutama ubi jalar. Untuk mendukung hal itu, budidaya ubi jalar dikembangkan di Kabupaten Jember.
PT Mitratani Dua Tujuh, Dinas Pertanianan dan Ketahanan Pangan Jatim, serta kalangan petani dari Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Taruna Bhumi bekerja sama mengembangkan budidaya ubi jalar di Jember. Penanaman perdana ubi jalar dilakukan pada Sabtu (25/6/2022).
Ketua P4S Taruna Bhumi Arum Sabil, saat dikonfirmasi dari Surabaya, Minggu (26/6/2022), mengatakan, penanaman ubi jalar ditujukan untuk mendorong optimalisasi pemasaran produk pertanian ke negara-negara tertentu. Jatim perlu terus membuka peluang pasar pertanian untuk mendorong ekspor guna meningkatkan kesejahteraan petani.
”Penanaman merupakan wujud sinergi lintas pemangku kepentingan untuk memaksimalkan potensi pertanian Jatim,” kata Arum.
Ubi jalar cukup lekat sebagai salah satu sumber pangan kesukaan masyarakat Nusantara, terutama di Jawa. Namun, budidaya ubi jalar belum optimal karena komoditas ini masih dipandang sebelah mata dan dianggap kurang bernilai ekonomi dibandingkan dengan, misalnya, kentang atau singkong.
Konsumsi pangan
Di sisi lain, bangsa tertentu, terutama Jepang dan Romania, memiliki keterikatan konsumsi pangan dengan ubi jalar. Di sana, ubi jalar menjadi salah satu sumber pangan yang dianggap sehat, tetapi sulit dibudidayakan sehingga bernilai ekonomi.
Menurut Arum, Indonesia punya anugerah lahan yang subur yang dapat memaksimalkan budidaya ubi jalar yang di negara lain bernilai ekonomi.
Penanaman merupakan wujud sinergi lintas pemangku kepentingan untuk memaksimalkan potensi pertanian Jatim. (Arum Sabil)
Direktur PT Mitratani Dua Tujuh Arif Suhariadi menyatakan, diperlukan sinergi agar Jatim dapat memanfaatkan potensi pasar ekspor ubi jalar. Pihaknya menjadi mitra petani sebagai pembeli pertama hasil panen, sekaligus berusaha memberikan kepastian harga bagi petani.
”Penanaman akan dilaksanakan di lahan seluas 30 hektar dan memakai varietas Benindo (Beniazuma Indonesia) yang digemari bangsa Jepang,” kata Arif.
Kepala DPKP Jatim Hadi Sulistyo mengatakan, sinergi seperti penanaman ubi jalar akan mempertahankan kepentingan pertanian sebagai sektor vital bagi ekonomi Jatim. Budidaya ubi jalar diharapkan mendorong petani mendapatkan manfaat ekonomi untuk peningkatan kesejahteraan. Program kemitraan dapat membuat petani terlibat dalam hilirisasi usaha, setidaknya dengan menjual hasil panen kepada pihak yang tepat.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, ekspor pertanian pada Mei 2022 naik 20,32 persen atau senilai 290 juta dollar AS dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan itu mendorong peningkatan kontribusi pertanian terhadap ekonomi Indonesia sebesar 1,3 persen.
Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa BPS Setianto mengatakan, kurun waktu Januari-Mei 2022, ekspor pertanian naik 13,3 persen. Kenaikan itu senilai 1,63 miliar dollar AS menjadi 1,84 miliar dollar AS.