Daerah yang menjadi prioritas distribusi vaksin PMK di antaranya Aceh Tamiang, Aceh Utara, Aceh Besar, dan Bireun. Kasus PMK di daerah tersebut terus meningkat. Ternak yang terpapar PMK di Aceh sebanyak 30.194 ekor.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Provinsi Aceh mendapatkan pasokan vaksin penyakit kuku dan mulut sebanyak 1.600 botol. Vaksin tersebut akan didistribusikan ke daerah zona merah. Meski jumlahnya masih kurang, diharapkan vaksin yang ada dapat menahan laju penyebaran.
Kepala Bidang Peternakan Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh Dedek Ruhati saat dihubungi pada Jumat (24/6/2022) menuturkan, satu botol vaksin dapat dipakai untuk 100 ternak. Dengan demikian, Pemprov Aceh dapat melakukan vaksinasi terhadap 160.000 ternak.
”Mulai besok (Sabtu), vaksin akan kami distribusikan ke daerah. Kami juga menurunkan petugas untuk melakukan vaksinasi terhadap ternak,” kata Dedek.
Daerah yang menjadi prioritas distribusi vaksin PMK di antaranya Aceh Tamiang, Aceh Utara, Aceh Besar, dan Bireun. Kasus PMK di daerah tersebut terus meningkat.
Dedek mengatakan, hingga 23 Juni 2022, jumlah ternak yang terpapar PMK di Aceh sebanyak 30.194 ekor. Adapun jumlah populasi sapi di Aceh mencapai 415.123 ekor.
Dari total sapi yang terpapar PMK, sebanyak 16.901 telah sembuh, 164 ekor mati, dan 30 ekor terpaksa dipotong.
Lima kabupaten dengan kasus tertinggi adalah Aceh Tamiang (8.745 ekor), Aceh Utara (6.675 ekor), Aceh Besar (4.947 ekor), Bireuen (2.393 ekor), dan Langsa (2.011 ekor).
Dari 23 kabupaten/kota di Aceh, sebanyak 17 daerah zona merah, 2 zona kuning, dan 4 zona hijau. Zona hijau atau daerah yang nihil kasus adalah Bener Meriah, Aceh Tengah, Aceh Tenggara, dan Simeulue.
Penyakit mulut dan kuku di Aceh pertama kali ditemukan di Aceh Tamiang. Dari sana menyebar ke daerah sekitar. Pencegahan terlambat dilakukan karena pengetahuan peternak terhadap PMK minim, ketersediaan obat-obatan kurang, dan ketiadaan vaksin. Beberapa daerah baru menerapkan pentupan pasar ketika virus sudah menyebar.
Dedek mengatakan, selain melakukan vaksinasi, pemberian obat-obatan tetap dilakukan. Kebijakan pembatasan distribusi ternak diterapkan dan pasar hewan tetap ditutup.
Saat melakukan kunjungan ke Aceh Tamiang, Kamis (12/5), Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, daerah darurat seperti Aceh Tamiang menjadi prioritas penanggulangan. Dia berharap sebulan kemudian Aceh Tamiang dapat keluar dari status darurat.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Aceh Besar Firdaus menuturkan, mulai Sabtu (25/6) vaksinasi dilakukan. Namun, ternak yang divaksin harus mendapat persetujuan dari pemiliknya. Vaksin dilakukan terhadap sapi yang belum terpapar PMK.
”Kami ke lapangan mencari ternak untuk divaksin, tetapi nihil. Kebanyakan peternak enggan ternaknya divaksin,” ujar Firdaus.
Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Teuku Reza Ferasyi mengatakan, dengan adanya vaksin, dia optimistis penyebaran wabah PMK dapat ditekan. Dia berharap pola vaksinasi dilakukan dengan tepat agar justru tidak menyebarkan virus ke sapi yang sehat.
Kami ke lapangan mencari ternak untuk divaksin, tetapi nihil. Kebanyakan peternak enggan ternaknya divaksin.
Reza mengatakan, selain zona merah, vaksin juga perlu untuk zona hijau agar tidak terpapar PMK. Selain itu, dibutuhkan edukasi atau kampanye yang gencar kepada peternak tentang pentingnya vaksinasi PMK.