Jaga Populasi Rajungan di Alam, Nelayan dan Universitas di Langsa Lakukan Penangkaran
Selama ini nelayan hanya mengambil saja rajungan di laut tanpa melakukan pemulihan. Padahal, jika tidak dilakukan pemulihan, populasi semakin menyusut dan tangkapan berkurang. Penangkaran untuk menjaga populasi di alam.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
FAISAL UNTUK KOMPAS
Nelayan dan tim pengabdian Universitas Samuder Langsa, Aceh, melepaskan benih rajungan ke laut, Senin (13/6/2022). Penangkaran untuk menjaga populasi di alam.
LANGSA, KOMPAS — Para nelayan di kawasan Kuala Langsa, Kota Langsa, Aceh, bersama dosen Fakultas Pertanian Universitas Samudera Langsa melakukan penangkaran atau restocking rajungan. Penangkaran untuk menjaga populasi rajungan di alam sehingga sumber penghasilan nelayan terjamin.
Ketua Kelompok Nelayan Jeumpa Muhamamd Riski dihubungi dari Banda Aceh, Rabu (23/6/2022), menuturkan, program penangkaran telah membuat populasi rajungan di perairan Kuala Langsa stabil. ”Beberapa tahun lalu terasa populasi berkurang, tetapi sekarang sudah bertambah,” kata Riski.
Rajungan merupakan hewan laut sekelompok dengan kepiting. Rajungan hasil tangkapan nelayan di Kuala Langsa mayoritas di ekspor ke luar negeri.
Program penangkaran telah dimulai sejak 2018, digagas oleh Universitas Samudera (Unsam) Langsa. Para nelayan diajarkan cara mengambil indukan yang bertelur, menetaskan, sampai melepasliarkan kembali ke laut.
Dalam jangka waktu 3-4 bulan, anakan tersebut telah dapat dipanen atau ditangkap oleh nelayan. ”Kami lihat program ini sangat bermanfaat, makanya kami mau terlibat,” ujar Riski.
Penangkapan rajungan dilakukan dengan bubu. Jika nelayan menemukan indukan yang sedang bertelur, rajungan induk itu akan dipindahkan ke media penangkaran. Kalau dulu, indukan yang bertelur pun ikut dijual.
Pengambilan indukan yang sedang bertelur menyebabkan tidak adanya pengembangbiakan alami sehingga populasi menurun. Selain itu, penangkapan ikan menggunakan pukat trawl juga membuat rajungan menyusut.
Mayoritas warga di Kuala Langsa berprofesi sebagai nelayan. Di sana terdapat empat kelompok nelayan rajungan.
Pendapatan nelayan rajungan pun lumayan tinggi karena harga jual rajungan mencapai Rp 120.000 per kilogram (kg). Biasanya dalam sehari, mereka bisa mendapatkan 5 kg. Rajungan tangkapan nelayan dijual ke penampung, dari penampung kemudian diekspor ke Eropa.
Namun, pascakonflik Rusia dengan Ukraina mengemuka, harga rajungan anjlok. ”Saat ini harganya Rp 40.000 per kg, imbas perang di Eropa,” ujar Riski.
Anggota tim pengabdian masyarakat Unsam, TM Faisal, mengatakan, pada awalnya nelayan banyak yang tidak tahu bahwa rajungan bisa ditangkar. Selama ini, saat ada rajungan indukan bertelur masuk ke dalam bubu, diambil untuk dijual.
Selama ini, saat ada rajungan indukan bertelur masuk ke dalam bubu, diambil untuk dijual.
Pengambilan indukan bertelur dalam jangka waktu lama membuat populasi menyusut. ”Dengan pola penangkaran populasi tetap terjaga,” kata Faisal.
Selama ini nelayan hanya mengambil saja rajungan di laut tanpa melakukan pemulihan. Padahal, jika tidak dilakukan pemulihan, populasi rajungan semakin menyusut dan tangkapan berkurang. ”Ini bagian dari budidaya meski masih skala kecil,” kata Faisal.
KOMPAS/SIWI NURBIAJANTI
Petugas pengelola sekolah lapang Martani Hadi Research Center (MHRC) di Pedukuhan Pandansari, Desa Kaliwlingi, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, sedang memperlihatkan proses budidaya kepiting soka kepada para tamu di wilayah itu, Rabu (20/4).
Metode penangkaran dilakukan dengan cara sederhana. Indukan rajungan yang bertelur dimasukkan ke dalam wadah berisi air yang dilengkapi dengan oksigen. Setelah menunggu tiga hari, telur itu menetas. Larva-larva itu dirawat selama tiga minggu, baru dilepaskan ke laut.
Faisal berharap suatu saat nelayan dapat melakukan penangkaran secara mandiri sebab hasil dari penangkaran tersebut untuk menjaga ekosistem laut dan menjamin pendapatan nelayan.
Komoditas rajungan sebagai salah satu primadona ekspor perikanan Indonesia terus mengalami eksploitasi. Di beberapa sentra produksi, hasil tangkapan rajungan mulai menunjukkan penurunan.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, ekspor komoditas rajungan-kepiting hingga triwulan III (Januari-September) 2021 sebesar 447 juta dollar AS atau berkontribusi 11 persen terhadap total nilai ekspor perikanan(Kompas.id/15/11/2021).