Kerja sama dan koordinasi kawasan aglomerasi Sarbagita di Bali dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Bali, khususnya warga Kota Denpasar dan sekitarnya.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·5 menit baca
Pandemi Covid-19 menjadi pelajaran penting bagi Bali. Tidak hanya mengakibatkan terganggunya aktivitas seluruh sendi kehidupan masyarakat di Bali, tetapi pandemi Covid-19 juga memberikan pembelajaran pentingnya kerja sama dan koordinasi antardaerah di Bali.
Ketika pemerintah menjalankan program vaksinasi Covid-19 sebagai langkah menanggulangi gering agung (wabah) akibat Covid-19, pelaksanaan program vaksinasi Covid-19 di Bali berjalan lancar, bahkan Bali disebut-sebut sebagai provinsi dengan pencapaian sasaran vaksinasi tercepat di Indonesia. Untuk pelaksanaan vaksinasi dosis penguat (booster), hingga Minggu (19/6/2022), vaksinasi Covid-19 suntik ketiga di Bali sudah menjangkau 70 persen dari populasi sasaran.
Kerja sama antardaerah di Bali, diakui Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara, menjadi salah satu kunci dari kecepatan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Kota Denpasar. ”Ketika kami melaksanakan vaksinasi bagi masyarakat, tentunya kami tidak melihat asal penduduk yang diberikan vaksinasi. Itu karena kita berupaya untuk secara bersama-sama tetap aman dan saling melindungi pada saat pandemi ini,” kata Jaya Negara memberikan tanggapannya secara tertulis kepada Kompas, Selasa (21/6/2022).
Kota Denpasar sebagai ibu kota Provinsi Bali dan juga pusat pemerintahan di Bali, menurut Jayanegara, sangat membutuhkan kerja sama antarkabupaten dan kota di Bali. Dalam kerja sama antardaerah, khususnya kawasan aglomerasi tersebut, terdapat Sarbagita, yang terdiri dari Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Tabanan.
Penguatan jejaring Sarbagita menjadi wajib sehingga memberikan kemudahan aksesibilitas dan hubungan antarwilayah dengan hierarki tata ruang yang terintegrasi dan merata.
Posisi Kota Denpasar sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi di Bali, menurut Jayanegara, juga membutuhkan dukungan dari kabupaten di sekitar Kota Denpasar. Dukungan dari daerah-daerah di sekitar ibu kota Provinsi Bali itu yang paling besar adalah dukungan sumber daya, yang menjadi kebutuhan paling besar dalam menjalankan fungsi kota sebagai pusat pemerintahan dan pusat ekonomi.
Sementara, pengamat tata ruang dan sosial budaya yang juga guru besar dari Fakultas Teknik Universitas Udayana, Bali, Putu Rumawan Salain, mengatakan, keberadaan Sarbagita merupakan pendekatan teori ketergantungan dalam pembangunan wilayah secara terpadu.
Secara konsep, menurut Rumawan Salain, pengembangan kawasan aglomerasi tersebut idealnya dilandasi peta wilayah yang dilengkapi perkembangannya dan penduduknya, kondisi jaringan jalan dan infrastrukturnya, potensi daerah dan unggulan masing-masing wilayah, dan lainnya.
Menurut Rumawan Salain, sebagai kepulauan, Bali ideal menerapkan tatanan satu pulau satu manajemen (one island one management). Keberadaan Sarbagita sebagai kawasan aglomerasi di Bali menjadi submanajemen dalam tatanan satu pulau satu manajemen.
”Penguatan jejaring Sarbagita menjadi wajib sehingga memberikan kemudahan aksesibilitas dan hubungan antarwilayah dengan hierarki tata ruang yang terintegrasi dan merata,” kata Rumawan Salain saat dihubungi, Senin (20/6/2022).
Namun, menurut Rumawan Salain, implementasi konsep kawasan Sarbagita belum berjalan optimal. Meskipun keberadaan fasilitas umum dan sarana umum di kawasan Sarbagita, maupun di seluruh Bali, sudah semakin membaik, masih terjadi ganjalan. Rumawan Salain mencontohkan pengadaan moda angkutan umum bus Trans Sarbagita.
Pengadaan bus Trans Sarbagita diluncurkan mulai 2011 dengan tujuan untuk membangun jaringan moda angkutan umum di Bali. Namun, dalam perkembangannya, moda angkutan umum untuk kawasan Sarbagita itu berkurang jumlahnya, bahkan pernah mengalami ”mati suri” sebelum kembali dihidupkan mulai Februari 2022. Sejak 2020, moda angkutan umum untuk kawasan Sarbagita ditambah dengan dihadirkannya layanan bus Trans Metro Dewata.
Penyarikan (Sekretaris) Banjar Tegeh Sari, Desa Adat Tonja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar I Putu Adi Tama mengungkapkan, kehadiran layanan angkutan umum di Kota Denpasar, termasuk bus Trans Sarbagita dan bus Trans Metro Dewata, memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mobilitas di samping menambah layanan publik bagi masyarakat perkotaan.
Namun, menurut Adi Tama, kehadiran bus tersebut belum optimal karena pemanfaatannya dinilai masih minim. ”Masyarakat masih lebih senang menggunakan sepeda motor pribadi dibandingkan angkutan umum. Di samping itu, belum terbiasa menggunakan angkutan umum karena angkutan umum masih terkesan lama,” katanya.
Adapun warga Banjar Tampak Gangsul, Desa Dangin Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, Komang Sudiarta, menyatakan, kerja sama dan koordinasi antardaerah di kawasan Sarbagita masih belum optimal. Sudiarta, pegiat lingkungan sekaligus pendiri komunitas Malu Dong, menyebutkan koordinasi yang belum optimal di kawasan Sarbagita itu terlihat dalam pengelolaan sampahnya.
”Masih sangat mengandalkan TPA Regional Sarbagita Suwung di Kota Denpasar,” kata Sudiarta alias Om Bemo saat ditemui Kompas, Senin (20/6/2022).
Sudiarta mengatakan, dengan diberlakukannya regulasi pengelolaan sampah berbasis sumber, maka setiap daerah di Bali, termasuk daerah kawasan aglomerasi Sarbagita, seharusnya sudah memiliki tempat dan fasilitas pengelolaan sampah yang cukup dan layak untuk mengelola sampah yang dihasilkan setiap daerah.
Kekuatan utama dari Sarbagita ini adalah adanya kesamaan budaya, yaitu budaya Bali, yang menjadi spirit untuk saling mendukung dan memecahkan berbagai permasalahan secara bersama-sama dan saling menguntungkan.
Menurut Rumawan Salain, struktur, manajemen, dan fungsi kawasan Sarbagita perlu ditinjau ulang sehingga keberadaan Sarbagita lebih dirasakan masyarakat Bali, terutama warga di empat daerah yang termasuk kawasan aglomerasi itu. Ia mengusulkan kawasan Sarbagita dipertimbangkan untuk dibentuk badan otorita agar jelas struktur dan manajemennya.
”Menurut saya, dengan latar belakang kepala daerah yang berasal dari satu partai politik itu tentu akan mudah berkomunikasi,” kata Rumawan Salain.
Adapun Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara mengatakan, Kota Denpasar memiliki visi Kota Kreatif Berbasis Budaya Menuju Denpasar Maju dengan semangat ”Vasudhaiva Kutumbakam”, yang bermakna kita semua bersaudara. Karena itu, Kota Denpasar antusias melaksanakan kerja sama antardaerah melalui kawasan Sarbagita.
Jaya Negara menambahkan, visi Provinsi Bali, yakni, Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui pola perencanaan semesta berencana menjadi motor penggerak jejaring antardaerah di wilayah Sarbagita.
”Kekuatan utama dari Sarbagita ini adalah adanya kesamaan budaya, yaitu budaya Bali, yang menjadi spirit untuk saling mendukung dan memecahkan berbagai permasalahan secara bersama-sama dan saling menguntungkan,” kata Jaya Negara, Selasa (21/6/2022).