Harga Cabai dan Bawang Merah Belum Stabil, Pemprov Lampung Gelar Operasi Pasar
Harga bahan pokok, terutama cabai dan bawang merah, di Lampung masih tinggi. Pemerintah daerah menggelar operasi pasar sebagai langkah untuk menekan harga dan mengendalikan inflasi daerah.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Harga cabai merah dan bawang merah di Lampung masih tinggi. Pemerintah Provinsi Lampung menggelar operasi pasar di sejumlah pasar tradisional untuk menekan kenaikan harga itu sekaligus mengendalikan inflasi daerah.
Operasi pasar cabai merah dan bawang merah mulai digelar Rabu (22/6/2022) di tiga pasar tradisional di Lampung, yakni Pasar Tugu, Pasar Pasir Gintung, dan Pasar Kangkung. Cabai merah dijual Rp 70.000 per kilogram dan bawang merah dijual Rp 50.000 per kg. Pedagang eceran dapat membeli maksimal dua kantong atau 2 kg untuk masing-masing komoditas.
Harga cabai itu lebih murah dibandingkan dengan harga di pasaran yang mencapai Rp 90.000-Rp 100.000 per kg. Harga bawang merah juga lebih murah dibandingkan dengan harga di pasaran sebesar Rp 60.000 per kg.
Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Lampung Kusnardi mengatakan, operasi pasar dilakukan untuk menekan kenaikan harga cabai merah dan bawang merah. Lonjakan harga itu disebut dapat memicu inflasi di daerah.
”Kami berharap kegiatan ini membantu masyarakat yang terdampak kenaikan harga bahan pokok,” kata Kusnardi, Rabu.
Ia mengatakan, masyarakat Lampung mesti mendapat kebutuhan pokok yang terjangkau dan stabil. Karena itulah pemerintah daerah akan terus melakukan operasi pasar selama harga komoditas itu masih tinggi. Untuk tahap awal, operasi pasar akan dilakukan di Kota Bandar Lampung dan Metro.
Untuk sementara, Pemprov Lampung menyiapkan 900 kg cabai merah dan 150 kg bawang merah. Cabai merah dibeli langsung dari petani lokal di Kabupaten Lampung Selatan, sementara bawang merah dipasok dari Pulau Jawa.
Pemprov Lampung juga mendorong agar pemerintah kabupaten/kota melakukan langkah serupa untuk mengendalikan harga pangan daerah. Dengan begitu, akan lebih banyak warga yang bisa mendapat harga bahan pangan yang lebih terjangkau.
Kusnardi menerangkan, kenaikan harga cabai merah dan bawang merah dipengaruhi kondisi cuaca buruk. Hujan deras yang berlangsung sejak satu bulan terakhir membuat tanaman petani rusak sehingga produksinya terganggu. Kurangnya pasokan cabai dan bawang merah itulah yang memicu lonjakan harga pangan di hampir semua daerah di Indonesia.
Ikbal (35), petani asal Lampung Barat, menuturkan, tidak banyak petani yang menikmati kenaikan harga cabai merah sekarang ini. Alasannya, banyak tanaman cabai merah rusak karena cuaca buruk sehingga panen tidak optimal.
Menurut dia, sebagian petani memilih panen cabai merah lebih cepat untuk mendapat harga bagus dan menghindari dampak cuaca buruk. Saat ini, sebagian besar wilayah Lampung Barat masih sering dilanda hujan deras yang berpotensi merusak cabai merah.
Dahlia (36), warga Bandar Lampung, menyebutkan, kegiatan operasi pasar itu sangat membantu pedagang makanan seperti dirinya. Dahlia yang sehari-hari menjual nasi uduk mengaku membutuhkan cabai merah dan bawang merah setiap hari untuk membuat sambal. Oleh karena itu, kenaikan harga bahan pokok yang sudah berlangsung selama satu bulan terakhir ini sangat memberatkannya.
Ia berharap, pemerintah dapat rutin menggelar operasi pasar sampai harga cabai merah dan bawang merah stabil. Selain cabai merah dan bawang merah, pemerintah juga diharapkan bisa mengendalikan harga bahan pangan lain, seperti minyak goreng dan telur.