Fasilitas Kesehatan Labuan Bajo yang Kian Premium
Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur adalah satu dari lima destinasi superprioritas. Sebelumnya, fasilitas kesehatan masih terasa minim. Kini, layanan kesehatan berkelas internasional telah tersedia di sana.
Matahari terang menyinari Pulau Gili Lawa Laut, Nusa Tenggara Timur. Awan-awan bak kapas putih bersih seakan terhampar di karpet langit yang biru.
Laut Flores pun tak kalah biru. Di beberapa titik perairan yang dangkal, terumbu karang yang hijau terlihat dari permukaan air yang jernih. Saat melakukan selam permukaan, snorkeling, semakin terlihat begitu indah.
Pesona kehidupan bawah laut di utara Pulau Komodo itu semakin tak terlukiskan dengan kata setelah melakukan penyelaman bawah laut, diving. Ikan-ikan warna-warni berenang bergerombol dan saling berkejaran di terumbu karang yang juga sangat kaya warna. Hanya satu kata: Wow!
Panorama di darat tak kalah menakjubkan. Pulau Gili Lawa Darat salah satunya. Sabana yang dipenuhi rerumputan dan perdu membentang hijau. Sekelompok rusa asyik berkerumun sambil memakan rerumputan. Pulau yang terletak sebelah selatan Pulau Gili Laut itu tak berpenghuni. Suasana hening. Hanya terdengar deru ombak yang terbawa angin.
Jika melakukan perjalanan, trekking, ke perbukitan yang terjal sekitar 40 menit, kita bisa menikmati panorama sangat indah menjelang matahari terbenam. Di ufuk barat, sinar surya yang memancarkan cahaya keemasan perlahan menyelinap tenggelam. Deretan perbukitan hijau, laut Flores berwarna keperakan, dan sabana hijau yang membentang luas pun perlahan menjadi gelap.
Tak heran, banyak penggemar snorkeling, diving, trekking, datang berbondong-bondong ke NTT, selain tentunya melihat komodo di Pulau Komodo.
Akan tetapi, seperti halnya semua pariwisata petualangan memiliki risiko tinggi, penyakit dekompresi adalah salah satu masalah yang sering dirasakan para penyelam. Serangan jantung dialami para pelancong yang memaksakan diri berjalan ke bukit, trekking. Tidak kalah berisikonya adalah digigit atau diserang komodo.
Situasi sulit ini pula yang dirasakan Pemerintah Kabupatan Manggarai Barat, NTT, seiring makin membanjirnya wisatawan dalam negeri maupun luar negeri ke sana dan melakukan banyak petualangan maupun olahraga ekstrem.
”Banyak yang bertanya. Kami mau diving, tetapi kalau terjadi sesuatu, pemda bisa buat apa? Selama ini kami bingung jawabnya. Beli alat, tidak mampu,” kata Wakil Bupati Manggarai Barat dr Yulianus Weng.
Rumah sakit di Manggarai Barat pun hanya tiga, yaitu RS Komodo, RS Siloam, dan RS Santo Petrus. Selain RS terbatas, dokter spesialis dan peralatan pun masih terbatas. Dokter spesialis tulang, misalnya, hanya satu orang di RS Siloam. Sementara dokter spesialis jantung, tidak ada karena sedang kembali melanjutkan studi di RS Harapan Kita Jakarta.
Padahal, setelah ditetapkan Presiden Joko Widodo bahwa Pulau Komodo sebagai salah satu destinasi superprioritas, turis domestik maupun asing pun semakin membanjir ke Pulau Komodo dan sekitarnya. Mereka berlibur di kapal-kapal dan berkeliling mengunjungi pulau-pulau di sekitar Pulau Komodo untuk menikmati keindahan alam bawah laut dan perbukitannya. Rombongan G20 pun bahkan dijadwalkan berkunjung ke sana untuk berlayar dan juga menyelam.
Layanan kesehatan internasional
Tantangan ini yang diambil Grup Siloam sebagai peluang pengembangan bisnis untuk terus tumbuh sekaligus menjalankan visi misinya, yaitu menjadi bagian menyejahterakan masyarakat melalui kesehatan dan pendidikan.
Pekan lalu, Kamis, 16 Juni 2022, RS Siloam yang sudah tujuh tahun berdiri di Labuan Bajo membuka sayap layanan internasional dan melengkapi sejumlah peralatan medisnya. Upacara pembukaan Labuan Bajo International Medical Centre, New Access to High-Quality Services in East Nusa Tenggara, dilakukan Wakil Bupati Manggarai Barat dr Yulianus Weng M Kes.
John Riady, CEO Grup Siloam, menegaskan bahwa setiap masuk ke kota atau kabupaten baru, mereka selalu mengawali dengan mendirikan rumah sakit atau sekolah sebagai bentuk kontribusi penguatan masyarakat.
”Harapan kami, kehadiran kami bisa menjadi berkat bagi masyarakat,” kata John.
Tujuan Labuan Bajo International Medical Centre hadir, menurut Vice President Siloam Grup Caroline Riady, ialah memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi turis yang datang sebagai one stop service sehingga hotel, agen perjalanan, dive center, dinas pariwisata, dan Pemerintah Daerah Manggarai Barat tidak ragu menumbuhkan pariwisata di Labuan Bajo dan Manggarai Barat.
Tantangan ini memang tidak mudah karena mengelola rumah sakit di area yang jauh membutuhkan investasi yang sangat besar. Secara bisnis, sejak RS Siloam didirikan di Labuan Bajo tujuh tahun lalu, baru tahun ini Ebitda mengalami positif.
Payback atau pengembalian modal diperkirakan memerlukan waktu 20-30 tahun. Untuk di daerah Maluku bahkan bisa sampai 50 tahun.
Hingga saat ini, jumlah dokter spesialis di Indonesia masih sangat minim dan distribusinya juga belum merata. Dokter spesialis ortopedi yang dimiliki RS Siloam, misalnya, hanya satu-satunya di Manggarai Barat.
Fasilitas pun masih sangat minim. Karena itu, RS Siloam terus berupaya melengkapi peralatan-peralatannya, seperti hyperbaric chamber, CT scan, dan ruang rawat inap VVIP di bangsal internasional.
Selain untuk wisatawan luar negeri dan dalam negeri, pada akhirnya fasilitas kesehatan yang terus meningkat juga akan bermanfaat untuk warga setempat. Saat ini, pengguna jasa di RS Siloam 85 persennya adalah pengguna BPJS. Kerja sama rumah sakit dan BPJS ini sangat membantu pembiayaan operasional rumah sakit meski managemen RS Siloam tetap harus terus berinovasi mengefektifkan berbagai hal untuk menghemat biaya.
”Kalau pemda mendukung, kepala BPJS cabang mendukung, selesai semuanya. Lancar,” kata Carol.
Efek ganda
Pemkab Manggarai Barat berterima kasih dapat bekolaborasi dengan swasta untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. Terlebih, pandemi Covid-19 telah memorak-porandakan pendapatan daerah yang sumber utamanya dari sektor pariwisata. Kini, pemda terus berupaya menggerakkan kembali perekonomian masyarakat.
”Dengan adanya fasilitas ini (pelayanan kelas internasional) kita bisa bilang, kalau menyelam ke sini tidak usah khawatir karena sudah ada alat untuk menyelamatkan Anda. Sudah ada hyperbaric chamber. Ini akan memberikan rasa aman dan nyaman wisatawan,” papar Wen.
Wen yakin, manfaat dari pelayanan internasional ini tidak hanya untuk pengunjung yang datang ke Labuan Bajo, tapi juga bermanfaat bagi warga. ”Hotel kami akan meningkat. Pembelian sayur mayur dan ikan juga akan meningkat. Kehadiran rumah sakit internasional ini membantu pendapatan asli daerah. Investor pun menjadi tidak ragu,” ujar Wen.
Dalam rapat di Kementerian Pariwisata, Labuan Bajo termasuk destinasi yang paling banyak diminati investor. Empat destinasi superpriorirtas lainnya adalah Toba, Borobudur, Likupang di Sulut, dan Mandalika di Nusa Tenggara Barat.
Menurut Carol, adanya pelayanan kesehatan yang baik juga akan menyenangkan agen-agen perjalanan. Saat melakukan pemesanan paket tur, terutama wisatawan mancanegara, hal itu kerap ditanyakan.
Ke depan, peningkatan layanan medis berkelas internasional di NTT juga akan mendorong wisata kesehatan. Turis domestik di sekitar NTT akan berkunjung untuk memeriksakan kesehatannya karena fasilitasnya lengkap, sembari menikmati keindahan alam NTT. Dengan demikian, wisatawan yang datang ke Labuan Bajo akan menjadi lebih banyak lagi.
Dua hari berlibur di Labuan Bajo pastinya tidak akan cukup untuk menikmati keindahan alam dan kerahamahtamahan warga NTT. Adanya jaminan layanan kesehatan yang prima berkelas internasional membuat berlibur sambil berpetualang di habitat Komodo ini menjadi lebih tenang sekaligus menyenangkan.
Kapal-kapal layar yang bersandar di pelabuhan Labuan Bajo akan menjadi saksinya. Seberapa banyak pertambahan pelancong yang akan berdatangan dan berkeinginan untuk kembali berpetualang penuh tantangan yang sangat menyenangkan di pieces of heaven, pulau-pulau kecil yang terhampar di lautan Flores, NTT.