Tidak Ada Nyawa Sepadan Laga Sepak Bola
Sepak bola seharusnya mendatangkan kebahagiaan, bukan duka. Tewasnya dua pendukung Persib Bandung dalam laga Piala Presiden harus jadi pengingat meski pahit untuk dikenang.
Dua orang tewas di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Kota Bandung, Jawa Barat, sebelum laga lanjutan sepak bola Piala Presiden 2022 antara Persib Bandung dan Persebaya Surabaya, Jumat (17/6/2022) malam. Dugaan beredarnya tiket palsu yang memicu membeludaknya penonton tengah diselidiki.
Kematian Asep Ahmad Solihin, warga Bandung; dan Sopiyan Yusuf, warga Bogor, itu kembali menjadi pengingat meski pahit dikenang oleh semua pihak. Seharusnya tidak ada nyawa sepadan laga sepak bola apa pun.
Sabtu (18/6/2022) siang, jenazah Ahmad Solihin diantar puluhan orang menuju peristirahatan terakhir di kompleks pemakaman Bojongloa Kidul, Cibaduyut, Kota Bandung. Isak tangis keluarga mengiringi prosesi pemakaman.
Tidak sampai setengah jam, jasad lelaki 29 tahun itu tertutup tanah basah dan ditaburi kembang beragam jenis. Topi rajutan hitam milik Asep sengaja diletakkan di atas nisan kayu. Doa lantas mengumandang mendoakan pria lajang itu tenang bersama-Nya.
Sehari sebelumnya, Jumat (17/6/2022), seharusnya menjadi hari bahagia bagi Asep. Setelah lebih dari dua tahun absen akibat pandemi Covid-19, dia akhirnya bisa pergi menonton langsung tim sepak bola kesayangannya, Persib Bandung, berlaga di Piala Presiden 2022 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Meski bertajuk pertandingan pramusim, Asep rindu menonton di stadion. Apalagi, lawan ”Maung Bandung”, julukan Persib, adalah sesama tim besar Indonesia, Persebaya.
Rindu itu ia ungkapkan dengan setelan terbaik. Selain topi rajutan hitam kesayangannya, dia memakai seragam biru Persib yang dibeli dari uang bekerja sebagai perajin sepatu di Cibaduyut. Tiket pertandingan sudah dia kantongi jauh hari sebelum pertandingan.
Baca juga: Dua ”Bobotoh” Persib Bandung Tewas, Penyebab Masih Ditelusuri
Berdesakan
Jumat, sekitar empat jam sebelum laga dimulai atau sekitar pukul 17.00, ia lantas berboncengan sepeda motor dengan kerabatnya, Raihan Fauzi (25), menuju GBLA. Jarak stadion sekitar 20 kilometer atau sekitar sejam perjalanan dari rumahnya di Blok TVRI RT 002 RW 003, Bojongloa Kidul.
Sampai di GBLA, Asep disambut gegap gempita calon penonton lainnya. Ingin segera masuk stadion, dia dan Raihan langsung mendatangi pintu gerbang V. Saat itu, sudah banyak orang yang antre berdesakan di mulut gerbang.
Namun, hingga sejam kemudian, antrean belum terurai. Hanya beberapa orang yang bisa masuk. Bisa jadi lelah dan tidak sabar, massa saling mendorong dengan harapan pintu gerbang dibuka sepenuhnya.
Aksi itu berujung fatal. Dorongan yang semakin kencang membuat banyak calon penonton terjatuh. Tidak sedikit yang terinjak kaki pendukung sepak bola lainnya.
”Saya ikut terjatuh dan tertimpa pagar pembatas. Saat itu, almarhum yang ada di belakang saya juga ikut terjatuh. Namun, saya lantas tidak sadarkan diri. Saat bangun sekitar pukul 22.00, sudah dirawat petugas kesehatan,” kata Raihan.
Sembari menahan nyeri di perut, punggung, dan ulu hati, Raihan bercerita langsung mencari Asep. Namun, dia tidak bisa menemukannya. Dia lantas melaporkan hal ini kepada keluarganya.
Mendengar laporan dari Ade Fachrudin Rozi (50), sepupu korban, ia langsung mengerahkan kerabat lainnya mencari Asep. Sejumlah rumah sakit didatangi. Hingga pukul 01.00, ada kabar Asep di Rumah Sakit Sartika Asih Bandung. Saat disambangi, Asep sudah meninggal.
”Almarhum sangat mengidolakan Persib. Meski sebagai perajin sepatu pendapatannya tidak lebih dari Rp 2 juta per bulan, dia selalu menyisihkan sebagian uangnya untuk membeli baju berbau Persib dan tiket pertandingan untuk ditonton bersama teman-temannya,” kata Ade.
Baca juga: Maut Mewarnai Piala Afrika
Diselidiki
Puluhan rekan almarhum juga hadir bersama warga lainnya dalam pemakaman siang itu. Mereka ikut berdoa, menggali kubur, dan mengangkat jenazah. Sebagian lainnya ikut membantu menyiapkan makan siang bagi pelayat.
Salah satu pelayat adalah Kepala Polrestabes Bandung Komisaris Besar Aswin Sipayung. Dia datang langsung ke rumah duka untuk mendoakan kepergian almarhum.
Terkait kejadian ini, Aswin menduga, Asep meninggal saat berdesakan hendak masuk stadion. Kala itu, banyak orang tidak sabar menunggu di mulut gerbang untuk segera menyaksikan laga antara Persib dan Persebaya.
Aswin membantah, aparat keamanan lalai menjaga animo tinggi calon penonton. Menurut dia, sudah ada 26 titik penjagaan. Selain itu, empat pintu masuk penyobekan karcis dikawal ketat. ”Ke depan, kami akan menyelidiki kasus ini,” katanya saat ditanya kemungkinan kapasitas stadion melebihi jumlah yang ditentukan.
Potensi membeludaknya penonton saat Persib berlaga dalam Piala Presiden 2022 di GBLA sebenarnya sudah diprediksi. Setelah dua tahun absen laga dengan penonton, diperkirakan bakal ada euforia warga menyaksikan laga Persib secara langsung.
Oleh karena itu, dengan alasan keamanan, pandemi Covid-19, dan kualitas bangunan stadion, setiap laga di GBLA hanya akan menampung sedikitnya 15.000 penonton. Adapun kapasitas stadion itu mencapai 38.000 penonton.
Baca juga: Soal Dua Penonton Persib Tewas, Polisi Selidiki Dugaan Tiket Palsu
Bagi penonton yang tidak bisa masuk stadion disediakan layar lebar, 60 tenda, hingga dapur umum. Selain itu, sedikitnya 1.000 personel gabungan diturunkan, termasuk dari Polrestabes Bandung dan Polda Jabar. Namun, maut tetap terjadi.
Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat Umuh Muchtar mengatakan, kejadian ini di luar prediksi. Selain pengamanan melibatkan ribuan orang, imbauan menonton di rumah bagi yang tidak memiliki tiket juga disampaikan.
Terkait dugaan tiket masuk palsu yang berpotensi memicu membeludaknya penonton melebihi kuota, Umuh mengatakan, ia belum mendengarnya. Namun, dia berjanji akan mengevaluasi kejadian ini agar kejadian serupa tidak terjadi kembali.
Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengatakan, duka ini menjadi pelajaran bagi semua pihak. ”Kami ikut berduka atas kejadian ini. Semoga ke depan, laga lainnya bisa berjalan lancar sehingga Persib bisa juara agar dapat menjadi hadiah manis bagi warga Bandung, terutama korban meninggal,” katanya.
Baca juga: Tewasnya Suporter Jadi Cambuk Bersama
Dukungan untuk tim
Kejadian pilu ini mengingatkan rentetan maut di GBLA, stadion di kawasan Gedebage yang rampung dibangun tahun 2013 itu. Pada tahun 2018, Haringga Sirla, warga Desa Kebulen, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, tewas dikeroyok sejumlah orang.
Suporter Persija itu dianiaya dengan brutal yang memicu luka parah di kepala di lapangan parkir Stadion GBLA sebelum laga Persija kontra Persib Bandung dalam laga lanjutan Go-Jek Liga 1. Pelakunya oknum pendukung Persib. Ironisnya, penyiksaan itu sengaja direkam. Videonya tersebar luas, bahkan menjadi viral di media sosial.
Setahun sebelumnya di tempat yang sama suporter Persib lainnya, Ricko Andrean, juga tewas. Dia dikeroyok oknum sesamapendukung Persib. Sepak bola yang harusnya memberi bahagia justru memicu duka.
Menjelang siang, dua pemain Persib, Frets Butuan dan Erwin Ramdani, datang ke makam Ahmad. Selain menyampaikan dukacita kepada keluarga, ada pesan penting yang dilayangkan kepada semua pencinta olahraga.
Erwin mengatakan, kejadian ini harus menjadi yang terakhir di Bandung atau Indonesia. Dia menyebut, tidak ada laga sepak bola yang lebih penting ketimbang nyawa seseorang. Menurut dia, laga sepak bola hadir untuk dinikmati bagi semua orang, bukan mendatangkan kesedihan bagi banyak orang.
”Ke depan, sebaiknya tidak memaksakan datang ke stadion. Banyak cara untuk mendukung tim, salah satunya menjaga keselamatan diri sendiri atau orang lain. Dengan begitu, sepak bola selalu akan mendatangkan bahagia bagi siapa saja,” kata Erwin.
Baca juga: Darurat Sepak Bola Indonesia