Fatumnasi menjadi destinasi wisata paling populer saat ini di Pulau Timor. Sejumlah pihak terus berupaya memajukan daerah itu.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·5 menit baca
Dalam balutan suhu sekitar 16 derajat celsius, Efer (25) berjalan menembusi kabut bergerimis dengan jarak pandang tidak sampai 10 meter. Matanya teruju pada sebatang pohon yang tumbang dan melintang di atas genangan air. Ia lalu berjalan di atasnya sambari meminta temannya, Riki (25), mengabadikan momen itu menggunakan kamera telepon genggam.
Tak berhenti di situ, Efer kemudian berjalan di antara celah pohon eukaliptus yang berdiri dalam formasi rapi. Batang pohon itu kekar berlumur lumut tebal berwarna hijau menghitam. Pohon-pohon itu diperkirakan berusia ratusan tahun. Sementara permukaan tanah ditumbuhi rumput hijau, tempat peternak menggembalakan sapi.
Berpose atau berswafoto di lokasi itu seakan menyempurnakan petualangan Efer, Rabu (15/6/2022) itu. Ia memacu mobil bergardan ganda melewati kelokan dan tanjakan hingga tiba di sana, di ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut.
”Belum ke Fatumnasi kalau tidak foto di tempat ini,” ujar anak muda yang aktif mempromosikan wisata di Pulau Timor itu.
Fatumnasi terletak di Pulau Timor, tepatnya Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT). Jaraknya dengan Soe, ibu kota Kabupaten Timor Tengah Selatan, sekitar 31 kilometer, sedangkan jarak Fatumnasi dengan Kota Kupang, ibu kota Provinsi NTT, sekitar 140 kilometer. Kondisi jalanan menuju ke sana relatif bagus.
Kalau pada Juni saat ini, suhu pada paling di bawah 12 derajat celsius.
Hutan lindung eukaliptus yang didatangi Efer itu biasanya menjadi titik pemberhentian akhir bagi mereka yang berwisata ke Fatumnasi. Lokasinya yang terletak di ketinggian membuat suhu dingin masuk merasuk.
Padahal, sebelum tiba di sana, mereka disuguhi dereten hutan pinus yang dibelah jalanan berkelok. Ada juga hutan daun talas serta danau seluas lebih kurang 5 hektar.
Titik lain yang juga sering diburu para petualang adalah bukit batu. Bukit marmer itu awalnya utuh, tetapi dibelah sehingga sebagian sisinya mirip piramida. Eksplorasi marmer di dalam kawasan hutan lindung itu berhenti setelah masyarakat adat setempat melakukan perlawanan. Hingga kini, banyak potongan marmer masih dijumpai di sana.
Kawasan itu telah berubah menjadi destinasi wisata paling populer di Pulau Timor saat ini. Dalam lima tahun terakhir, tempat itu menjadi pilihan berlibur bagi warga pada akhir pekan ataupun liburan panjang. Pengunjungnya kebanyakan berasal di Kota Kupang atau kabupaten terdekat. Bahkan, ada yang berasal dari negara tetangga Timor Leste.
Popularitas Fatumnasi ditegaskan dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) tahun 2021. Fatumnasi terpilih sebagai juara satu untuk kategori Surga Tersembunyi. API merupakan ajang penghargaan yang rutin digelar setiap tahun sejak 2016. API juga sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat lokal yang menjaga dan memajukan destinasi wisata.
Gunung Mutis
Berdasarkan data Dinas Pariwisata Kabupaten Timor Tengah Utara, Fatumnasi berada di punggung Gunung Mutis, puncak tertinggi di Pulau Timor. Gunung tersebut memiliki ketinggian 2.458 meter di atas permukaan laut. Terdapat tiga puncak, masing-masing bernama Nuaf Muna, Nuaf Nefomasi, dan Nuaf Nupala.
Gunung itu ditetapkan sebagai Cagar Alam Gunung Mutis yang terkenal dengan kekayaan marmer. Masyarakat lokal dari Suku Dawan menamai marmer dengan sebutan faut kanaf. Sebelumnya marak, kini penambangan marmer di lokasi itu telah dilarang. Bukit batu yang terbelah adalah jejak penambangan yang masih terlihat.
Cagar Alam Gunung Mutis merupakan tipe hutan homogen dataran tinggi dengan kerapatan sedang yang didominasi oleh tanaman eukaliptus dan cendana. Selain itu ada paku-pakuan, rumput-rumputan, dan bonsai. Semantara fauna yang hidup di sana meliputi rusa timor, kuskus, biawak timor, ular sanca timor, punai timor, dan betet timor.
Rata-rata suhu udara di sana berkisar 14 hingga 29 derajat celsius. Namun, pada Juli hingga Agustus, ketika puncak kemarau panjang, suhu bisa turun hingga 9 derajat celsius. ”Kalau pada Juni saat ini, suhu pada paling di bawah 12 derajat celsius,” kata Piter Oematan, petugas di pos masuk Cagar Alam Gunung Mutis.
Menurut dia, dalam satu tahun, pengunjung yang datang ke sana mencapai 1.500 orang. Jumlah itu dianggap normal sehingga pihak pengelola merasa tidak perlu melakukan penutupan lokasi demi alasan pemulihan. ”Masyarakat lokal juga ikut menjaga alam di sini sehingga tidak ada kerusakan yang berarti,” katanya.
Terus bersolek
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Timor Tengah Selatan Yusuf Soru mengatakan, pemerintah daerah memberi perhatian penuh terhadap pengembangan destinasi wisata Fatumnasi. Fokus pengembangan lewat program pemberdayaan masyarakat lokal agar mereka dapat mengelola potensi itu secara mandiri dan profesional.
Langkah awal yang dilakukan adalah membangun akses jalan ke sana. Jalan ke Fatumnasi relatif bagus. Selain itu, bantuan untuk pertanian dan peternakan juga digelotorkan.
”Masyarakat lokal sudah bangun vila sendiri dan mereka tidak mau jual lahan ke pengusaha dari luar. Kami ingin masyarakat lokal jadi pemain di sana,” kata Yusuf yang menjadi ketua panitia dalam promosi Fatumnasi untuk API 2021.
Kini, di sejumlah titik yang didatangi pengunjung, warga menjajakan hasil pertanian mereka, seperti kentang, wortel, ubi jalar, dan sayur-sayuran. Produk pertanian itu dipastikan bebas dari pestisida berbahan kimia yang membahayakan kesehatan. Di sisi yang lain, peternak juga menjajakan ayam kampung dan telurnya.
Menurut Yusuf, sudah ada kesadaran masyarakat di sekitar Fatumnasi untuk memajukan sektor pariwisata di sana termasuk lewat penggunaan dana desa untuk memajukan ekonomi kreatif. Usaha pengolahan madu hutan dan tenun ikat menjadi yang terdepan.
”Banyak anak muda, kaum milenial, yang mencalonkan diri untuk menjadi kepala desa di sana. Mereka punya mimpi memajukan sektor pariwisata. Kami sangat mendukung langkah itu,” kata kader muda dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu.
Fatumnasi yang kini menjadi destinasi wisata paling populer di Pulau Timor terus bersolek. Berada tak jauh dari puncak Gunung Mutis, titik tertinggi di Pulau Timor, Fatumnasi seolah menegaskan diri sebagai mahkota. Tak berlebihan apabila Fatumnasi disebut sebagai mahkota di Pulau Timor.