Surabaya meningkatkan pengawasan dan pemeriksaan lalu lintas ternak karena wabah penyakit mulut dan kuku di Jawa Timur masih memburuk. Pemeriksaan menjamin peredaran ternak dan daging sehat, aman, dan halal dikonsumsi.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO, AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Wabah penyakit mulut dan kuku telah menyerang lebih dari 67.800 ekor sapi serta sebanyak 300 ekor ternak yang terdiri dari kerbau, kambing, dan domba di Jawa Timur. Untuk menekan potensi wabah kian memburuk, terutama di Surabaya, aparatur terpadu meningkatkan pengawasan dan pemeriksaan lalu lintas ternak. Hewan yang akan disembelih untuk dikonsumsi oleh masyarakat harus terjamin kesehatannya.
Indonesia sebenarnya sudah dinyatakan bebas dari wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) sejak 1990. Namun, wabah ini muncul kembali di Jatim, yakni Gresik, pada 28 April 2022, Lamongan dan Sidoarjo (1 Mei 2022), dan Kabupaten Mojokerto (3 Mei 2022). Sampai dengan tujuh pekan kemudian atau Rabu (15/6/2022), wabah telah meluas ke 36 dari 38 kabupaten/kota di Jatim.
Menurut laman resmi Siaga PMK, dua daerah yang belum ditemukan kasus PMK di Jatim adalah Kota Mojokerto dan Kota Blitar. Dari situs itu diketahui situasi PMK di Surabaya, ibu kota Jatim, terendah kelima dengan 34 ekor sapi terserang PMK, di mana 28 ekor di antaranya sudah dinyatakan sembuh. Belum ada sapi yang sakit harus disembelih bersyarat, apalagi mati. Masih ada enam sapi yang belum dinyatakan sembuh.
Menurut Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, untuk menekan risiko wabah memburuk, perlu pengawasan dan pemeriksaan lalu lintas ternak. Cara ini terpaksa ditempuh di ruas-ruas penghubung utama dengan Gresik, Mojokerto, dan Sidoarjo yang berbatasan dengan Surabaya. Selain itu, Pulau Madura melalui Jembatan Suramadu.
Eri melanjutkan, pemeriksaan lalu lintas ternak untuk menjamin seluruh hewan yang masuk untuk disembelih atau dijual di Surabaya dalam kondisi sehat, salah satunya melalui surat keterangan kesehatan hewan (SKKH). Pengangkutan ternak yang tidak dilengkapi dengan dokumen itu tidak diperkenankan di Surabaya atau harus kembali ke daerah asal.
Eri menyatakan, aparat Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Surabaya telah diminta untuk mengecek SKKH dan mengonfirmasi keaslian dokumen tersebut. Pemeriksaan lalu lintas ternak bekerja sama dengan aparat Polri dan TNI serta aparat kecamatan hingga kelurahan. ”Kami berusaha menjamin lalu lintas ternak di Surabaya benar-benar yang sehat dan aman,” katanya.
Camat Karangpilang Febriadhitya Prajatara menambahkan, pada Selasa (14/6/2022) pukul 23.00, pihaknya bersama petugas Polri dan TNI mencegat dan memeriksa kendaraan pengangkut ternak di Jalan Raya Mastrip yang menuju Gresik dan Sidoarjo. Selama pemeriksaan, tidak ditemukan ternak sakit atau terindikasi PMK. Semua ternak juga dilengkapi SKKH. Ternak-ternak itu selanjutnya bisa disembelih di Rumah Potong Hewan (RPH) Kedurus untuk kemudian didistribusikan ke pasar-pasar.
Kepala DKPP Surabaya Antiek Sugiharti mengatakan, pengawasan dan pemeriksaan lalu lintas juga untuk memastikan ketersediaan daging hewan yang sehat dan halal untuk kepentingan Idul Adha terpenuhi. Idul Adha kemungkinan jatuh pada 9 Juli 2022 atau tersisa 3-4 pekan lagi. ”Mendekati Idul Adha, penjualan hewan ternak untuk kurban akan meningkat sehingga pengawasan harus ditingkatkan,” ujarnya.
Pedagang hewan kurban di Surabaya dipastikan harus berizin dari DKPP dan telah memenuhi segala persyaratan. Selain itu, hewan-hewan yang dijual telah diperiksa dan mendapat persetujuan untuk penjualan.
Secara terpisah, Direktur Utama PD RPH Surya, Fajar Isnugroho, mengatakan, petugas meningkatkan pemeriksaan bukan sekadar kelengkapan dokumen SKKH, melainkan pengecekan fisik. Dia melanjutkan, seluruh RPH dalam pengelolaan perusahaan daerah juga terus rutin melakukan penyemprotan kandang, kendaraan pengangkut, dan ternak untuk sterilisasi dari virus PMK.
Penyemprotan menjadi prosedur standar untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan biologis RPH. Juru sembelih juga harus menerapkan protokol, misalnya, berganti pakaian dan disemprot untuk menekan risiko penularan virus PMK ke ternak yang dalam masa persiapan penyembelihan.