Dongkrak Okupansi LRT Palembang, 29 Oplet Beroperasi

Sistem angkutan massal terintegrasi akan dioperasikan di Palembang mulai 1 Juli 2022. Sebanyak 29 pengumpan akan menyokong keterisian LRT Palembang.

KOMPAS/RHAMA PURNA JATI

Pengemudi berdiri di sebelah angkutan pengumpan kereta ringan (light rail transit/LRT) Palembang didampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Sabtu (11/6/2022). Angkutan ini diharapkan dapat meningkatkan okupansi LRT.

PALEMBANG, KOMPAS — Sistem angkutan massal terintegrasi akan dioperasikan di Kota Palembang, Sumatera Selatan, mulai 1 Juli 2022. Hal ini ditandai dengan pengoperasian 29 unit angkutan pengumpan atau feeder yang juga disebut oplet di dua rute. Keberadaan oplet diharapkan mendongkrak okupansi kereta ringan atau light rail transit (LRT) Palembang.

Hal ini disampaikan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat menyerahkan 29 oplet kepada Pemerintah Kota Palembang, Sabtu (11/6/2022). Pada tahap awal, oplet tersebut akan beroperasi di dua rute, yakni Talang Kelapa-Talang Buruk melalui Asrama Haji sejauh 20,4 kilometer pergi-pulang dan rute Asrama Haji-Sematang Borang sejauh 40,2 km pergi-pulang.

Pada tahap selanjutnya, akan ada 200 oplet pada 17 rute di Palembang. Oplet ini, menurut rencana, akan menyokong 45 unit Bus Raya Terpadu (bus rapid transit/BRT) yang beroperasi di empat koridor di Palembang dengan moda transportasi utama adalah LRT. ”Dengan begitu, Palembang akan menjadi kota yang memiliki moda angkutan massal yang paling lengkap,” ujarnya.

Baca Juga: Akibat Pandemi, Tingkat Keterisian LRT Palembang Anjlok Tajam

Sebelum sistem transportasi terintegrasi ini terbentuk, pihak terkait termasuk akademisi sudah melakukan kajian untuk membuat perutean ulang (rerouting) sehingga rute saat ini bisa menyokong tingkat keterisian LRT Palembang yang beroperasi sejak 2018. Perutean ulang ini berdampak pada peningkatan jumlah penumpang LRT yang cukup signifikan dalam satu bulan terakhir.

”Pada April 2022, jumlah penumpang LRT mencapai 150.000 orang, sebulan berselang melonjak menjadi 352.000 orang per bulan,” kata Budi. Setelah sistem angkutan massal terintegrasi ini berjalan, diharapkan jumlah penumpang dapat melonjak hingga 500.000 orang per bulan.

KOMPAS/RHAMA PURNA JATI

Sejumlah pelajar sedang mencoba angkutan pengumpan kereta api ringan (LRT) Palembang, Sabtu (11/6/2022). Angkutan ini akan dioperasikan secara resmi pada 1 Juli 2022 mendatang.

Setelah penyerahan aset ini, akan dilakukan uji coba sampai 1 Juli. Untuk mendorong warga memanfaatkan moda transportasi terintegrasi ini, pemerintah menggratiskan penggunaan moda transportasi pengumpan hingga satu tahun ke depan.

Sistem transportasi massal terintegrasi ini diharapkan dapat mengurangi kemacetan di Palembang termasuk risiko polusi seturut berkurangnya penggunaan kendaraan pribadi. ”Jika program ini berhasil, Palembang akan menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia untuk menerapkan moda angkutan massal terintegrasi,” ujarnya.

Moda angkutan massal di Palembang tergolong lengkap karena memiliki oplet, bus rapid transit, LRT, dan transportasi air. Kekayaan inilah yang mesti dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.

”Namun, yang terpenting dari angkutan transportasi adalah keselamatan penumpangnya,” kata Budi. Dia berharap, kelengkapan moda angkutan massal ini dapat dibarengi dengan banyaknya kegiatan di Palembang sehingga masyarakat di luar Palembang dapat merasakan manfaatnya.

Kompas

Penggunaan transportasi umum masa pandemi Infografik

Direktur Angkutan Jalan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Soeharto mengatakan sebelum beroperasi resmi pada 1 Juli nanti, tahapan sosialisasi akan terus digalakan. Terutama untuk membiasakan masyarakat untuk melakukan pembayaran dengan uang elektronik.

Di dalam oplet berkapasitas 10 orang tersebut, sudah dilengkapi dengan alat pembayaran elektronik. ”Hanya dengan tapping, warga sudah bisa langsung naik (oplet),” kata Soeharto.

Selain itu, di bagian depan dan bagian penumpang sudah dipasangi kamera pemantau (CCTV) yang akan memperlihatkan aktivitas oplet yang sudah dilengkapi dengan pendingin udara itu.

KOMPAS/RHAMA PURNA JATI

Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengemudikan angkutan pengumpan kereta ringan (light rail transit/LRT) Palembang didampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Sabtu (11/6/2022). Angkutan ini diharapkan dapat meningkatkan okupansi LRT.

Baca Juga: Okupansi LRT Palembang Belum Sesuai Harapan

Dalam pelaksanaannya, pemerintah bekerja sama dengan badan usaha swasta yang bertugas menyediakan semua fasilitas. Pemerintah hanya tinggal membayar tarif per kilometer. Untuk setiap kilometer, pemerintah membayar sekitar Rp 4.000. Adapun sampai akhir 2022, pemerintah telah memberikan subsidi sebesar Rp 5,2 miliar. ”Dengan begitu, warga Palembang bisa menggunakan fasilitas ini secara gratis,” kata Soeharto.

Sementara itu, Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru akan mewajibkan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Palembang untuk menggunakan angkutan umum ketika ke kantor. Dengan begitu, diharapkan dapat memberi contoh kepada masyarakat untuk turut menggunakan angkutan massal.

”Sebelum pandemi aturan ini (mewajibkan ASN naik angkutan massal) memang sudah dikeluarkan. Hanya terhambat karena semua bekerja dari rumah. Sekarang saya jalankan lagi,” ujarnya.

KOMPAS/RHAMA PURNA JATI

Kereta ringan (LRT) Sumsel melaju di Stasiun Polresta Palembang Senin (28/1/2019). Sejak pengoperasiannya lima bulan lalu, LRT sudah mengangkut sekitar 1 juta penumpang.

Wali Kota Palembang Harnojoyo berharap dengan sistem ini diharapkan warga Palembang kian berminat menggunakan angkutan massal. Di sisi lain, dia berharap agar ke depan pemerintah pusat memberikan tambahan fasilitas untuk memperkuat angkutan massal di Palembang. ”Sekarang jumlah BRT di Palembang mencapai 45 unit. Masih jauh dari kebutuhan sekitar 400 unit. Saya berharap ada tambahan fasilitas lagi ke depan,” kata Harnojoyo. (RHAMA PURNA JATI)