Peternak Ikan Koi Blitar Tembus Pasar Ekspor secara Langsung
Peternak ikan koi di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, berhasil menembus pasar ekspor secara langsung atau mandiri. Kemandirian ini meningkatkan kepercayaan diri pembudidaya untuk menjadi eksportir.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Peternak ikan koi di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, berhasil menembus pasar ekspor secara langsung atau mandiri. Kemandirian ini meningkatkan kepercayaan diri pembudidaya untuk menjadi eksportir. Selain itu, pangsa pasar ikan koi Blitar diyakini bakal semakin luas seiring datangnya pengakuan dari pasar internasional.
Ekspor perdana ikan koi hidup dilakukan melalui layanan kargo Bandara Internasional Juanda Surabaya, Kamis (9/6/2022). Sebanyak 80 ekor koi dengan berbagai jenis dan ukuran dikirim ke Malaysia. Pengirim atau eksportir merupakan pembudidaya yang juga pemilik UD Sangrila Fish Indonesia. Adapun nilai transaksinya sekitar Rp 20 juta.
”Setelah pasar Malaysia, kami bertekad menembus pasar ekspor lain seperti negara-negara di Eropa dan Jepang. Peminat ikan koi sebagai ikan hias di luar negeri sangat besar sehingga sayang apabila tidak digarap dengan baik karena dapat meningkatkan nilai tambah bagi peternak,” ujar pemilik UD Sangrila Fish Indonesia Ari
Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Surabaya I Suprayogi mengatakan, ekspor koi hidup ini merupakan yang perdana dilakukan oleh peternak atau pembudidaya langsung. Selain itu, ekspor kali ini merupakan yang perdana menunjukkan identitas ikan asal Blitar.
”Dengan adanya ekspor ini, pangsa pasar ikan koi menjadi semakin luas. Peternak juga mendapatkan nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan menjual di pasar lokal. BKIPM akan membantu peternak meningkatkan kualitas ikan dan menjamin agar mutunya memenuhi standar ekspor,” kata Suprayogi.
Dia meyakini ikan koi dari Blitar akan memperkaya komoditas perikanan ekspor Jawa Timur. Berdasarkan data BKIPM Surabaya I, volume ekspor ikan sepanjang 2021 tercatat 220.000 ton dalam kondisi tidak hidup dan 1,6 juta ekor dalam kondisi hidup.
Potensi ikan hidup sebagai ikan hias air tawar yang melalui Bandara Juanda menunjukkan angka signifikan. Pada 2021 misalnya, tercatat sekitar 6 miliar ekor ikan hias yang dilalulintaskan baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Dari jumlah tersebut, salah satunya ikan koi.
Berdasarkan data BKIPM Surabaya I, terdapat 14.617 kali pengiriman ikan koi selama tahun 2021. Volume pengirimannya mencapai 3.661.106 ekor. Dari jumlah tersebut, 80 persennya berasal dari Blitar. Frekuensi pengiriman ikan koi ini terbilang tinggi dan menunjukkan kualitasnya yang tidak kalah bagus dengan koi dari Jepang.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar Toha Mashuri mengatakan, wilayahnya merupakan penghasil koi terbesar di Indonesia. Populasi koi pada 2021 mencapai 220 juta ekor dengan nilai perputaran uang Rp 225 miliar dalam setahun. Nilai ekonomi ini sangat berarti.
“Pada masa pandemi Covid-19, peternak koi mampu bertahan karena permintaan justru meningkat. Bahkan peternak ikan konsumsi seperti nila banyak yang beralih menjadi peternak koi,” ucap Toha.
Pemasaran ikan koi ini telah menjangkau seluruh wilayah di Nusantara dari Sabang sampai Merauke. Koi Blitar juga telah lama menembus pasar mancanegara melalui perantara ekspor dari luar daerah bahkan luar Jatim.
Ikan ini beredar di pasar internasional tanpa membawa identitas Blitar atau mendapat pengakuan tentang tempat asalnya. Hal itu ditemukan pada ikan koi impor dari sejumlah negara yang pada saat ditelusuri ternyata berasal dari Blitar.
Peminat ikan koi sebagai ikan hias di luar negeri sangat besar sehingga sayang apabila tidak digarap dengan baik karena dapat meningkatkan nilai tambah bagi peternak.
Toha mengatakan, dengan keberhasilan salah satu peternak menembus pasar Malaysia secara langsung, dia meyakini akan menginspirasi peternak lainnya. Mereka akan bersemangat memperluas pangsa pasar dan mendapatkan nilai tambah produk yang lebih besar. Peternak pun semakin sejahtera.
Adapun pekerjaan rumah yang harus dilakukan untuk mendorong peternak koi adalah membuka pengetahuan atau wawasan mereka tentang potensi pasar ekspor. Untuk itu, pihaknya akan bekerja sama dengan Bea dan Cukai Juanda yang memiliki program Nasional Logistik Ekosistem (NLE).
Pemkab Blitar juga akan memperkuat sinergi dengan BKIPM Surabaya I untuk meningkatkan pengetahuan peternak terkait dengan kualitas dan mutu ikan yang memenuhi standar ekspor. Tujuannya agar koi Blitar bisa diterima di pasar mancanegara dan berdaya saing tinggi.
Sementara itu, Kepala Kantor BC Juanda Himawan mengatakan, pemerintah ditingkat pusat mendorong peningkatan penerimaan devisa negara melalui perdagangan ekspor. Ada sejumlah fasilitas yang disiapkan, antara lain kemudahan perizinan ekspor, informasi tentang pasar potensial di luar negeri, pendampingan terhadap pelaku usaha, hingga bantuan permodalan.
”Melihat potensi ikan koi yang sangat besar di Blitar, kami akan bersinergi dengan pemda setempat dan juga instansi terkait lain untuk menumbuhkan eksportir-eksportir baru,” kata Himawan.