Melepasliarkan Surya dan Citra, Anak Kandung Konflik Harimau-Manusia
Suasana haru menyelimuti pelepasliaran harimau sumatera, Surya dan Citra, di Taman Nasional Kerinci Seblat. Harimau itu lahir di Suaka Satwa Harimau Sumatera Barumun dari induk yang diamputasi kakinya karena terjerat.
Oleh
NIKSON SINAGA
·5 menit baca
Suasana haru menyelimuti pelepasliaran dua harimau Sumatera, Surya Manggala dan Citra Kartini. di Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi. Harimau berusia 3,5 tahun itu lahir dan besar di Suaka Satwa Harimau Sumatera Barumun dari induk bernama Gadis yang harus diamputasi kakinya karena membusuk akibat jerat.
Manajer Suaka Satwa (Sanctuary) Harimau Sumatera Barumun Alfajar tidak bisa menahan tangis ketika harus memberangkatkan Surya dan Citra dari suaka yang berada di Desa Batu Nanggar, Kecamatan Batang Onang, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara itu, Senin (6/6/2022).
”Saya sangat terharu dan tak bisa menahan tangis. Itu seperti seorang ayah yang harus melepas anaknya untuk menikah,” kata Alfajar.
Alfajar memutuskan untuk menyetir sendiri mobil yang mengangkut Surya. Bersama 11 mobil lainnya, mereka menempuh 636 kilometer dari Barumun sampai ke Bandara Depati Parbo, Kabupaten Kerinci, Jambi.
Pelepasliaran harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) itu menjadi model kesuksesan penanganan konflik dan pengelolaan suaka satwa. Surya adalah harimau jantan berbobot 122 kilogram, tinggi 75 sentimeter, dan panjang 251 sentimeter. Adapun Citra adalah betina dengan bobot 88 kg, tinggi 72 sentimeter, dan panjang 240 sentimeter.
Satwa yang menduduki puncak rantai makanan di hutan Sumatera itu berasal dari induk bernama Gadis yang saat ini berusia 10 tahun. Diberi nama Gadis karena berasal dari Taman Nasional Batang Gadis. Harimau betina itu diselamatkan dari hutan di dekat ladang warga di Kecamatan Batang Natal, Kabupaten Mandailing Natal pada 2015 dengan kondisi yang sangat kritis.
Gadis diperkirakan sudah berhari-hari terjebak jerat kawat yang sengaja dipasang pemburu. Kaki kanan depannya pun sudah membusuk dan dipenuhi belatung. Ia berhasil diselamatkan, tetapi kakinya harus diamputasi.
Nasib induk jantan dari Surya dan Citra pun hampir sama. Induk jantan bernama Monang ditemukan dalam keadaan kaki terjerat kawat di Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, pada 2017. Monang lebih beruntung karena kakinya berhasil disembuhkan. Tim juga membedah kakinya yang lain karena ditemukan juga kawat jerat yang sudah lama tertanam di sana.
”Dua harimau ini menjadi gambaran betapa hebatnya tekanan perburuan dan kerusakan habitat yang dihadapi harimau sumatera,” kata Alfajar.
Kedua harimau itu pun dirawat di Suaka Satwa Harimau Sumatera Barumun. Naluri liar dari kedua satwa itu terjaga karena kandangnya berada di tepi hutan Suaka Margasatwa Barumun, sekitar 40 kilometer dari Kota Padangsidimpuan atau 430 kilometer di selatan Kota Medan.
Keduanya berhasil dikawinkan dan melahirkan anak Surya dan Citra. Sejak lahir, naluri liar dua anak harimau sumatera itu juga sangat dijaga. Mereka ditempatkan di kandang yang luas yang dipenuhi semak-belukar seperti di hutan.
Mereka juga diberikan makanan hidup secara rutin seperti babi hutan, kelinci, dan ayam liar sehingga insting berburunya tetap terjaga. Kontak dengan manusia juga sangat dibatasi dan kandangnya jauh dari permukiman. Satwa itu lebih banyak diawasi melalui kamera pemantau (CCTV).
Setelah Surya dan Citra dewasa, mereka pun harus dilepasliarkan ke habitatnya. Senin (6/6/2022), iring-iringan 12 mobil berangkat dari Suaka Satwa Harimau Sumatera Barumun. Tim pelepasliaran terdiri dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut, Yayasan Parsamuhan Bodichita Mandala Medan, Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat, dan satuan kerja lainnya dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Saat melintasi kantor Balai Besar Taman Nasional Batang Gadis, rombongan berhenti sebentar dan diberi penghormatan. Momen itu menjadi sangat haru mengingat Surya dan Citra lahir dari rahim Gadis, harimau Sumatera dari taman nasional itu.
Mereka pun melanjutkan perjalanan hingga sampai ke Bandara Depati Parbo, Selasa (7/6/2022) pagi. Sebuah helikopter yang disediakan oleh PT Agincourt Resources pun langsung bersiap mengangkut kandang Surya dengan metode menggantungkan kandang dengan tali (longline). Helikopter terbang dan meletakkan kandang di zona inti Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).
Pelaksana Tugas Kepala BBKSDA Sumut Irzal Azhar mengatakan, Surya berhasil keluar dari kandang dan masuk ke habitat di hutan Sumatera itu. Saat hendak melakukan pelepasliaran Citra, cuaca di sekitar lokasi pelepasliaran kabut dan turun hujan. Pelepasliaran Citra ditunda hingga akhirnya bisa dilakukan sehari setelahnya pada Rabu siang. Keduanya dilepas pada dua titik berjarak sekitar 15 kilometer.
Kedua harimau itu sudah dipasangi kalung GPS untuk memantau pergerakannya setelah dileparliarkan. ”Data hasil pemantauan ini sangat penting sebagai bahan evaluasi dan pengelolaan harimau di habitat alaminya,” kata Irzal.
Pelepasliaran ini menjadi energi positif bagi semua pihak menghadapi degradasi hutan, perburuan, dan jerat yang mengancam harimau. (Alfajar)
Kepala Bidang Pengelolaan TNKS Wilayah I Jambi Teguh Ismail mengatakan, pemilihan lokasi pelepasliaran harimau Surya dan Citra di TNKS berdasarkan hasil kajian cepat yang dilakukan oleh Balai Besar TNKS dan lembaga Sintas Indonesia menggunakan perangkat lunak Maximum Entropy (MaxEnt).
Survei lapangan juga dilakukan untuk mengecek kondisi kesesuaian lokasi pelepasliaran. Hasil survei lapangan disimpulkan, lokasi lepas liar itu merupakan habitat yang ideal dan memiliki pakan yang cukup bagi harimau sumatera. Selain itu, lokasi ini berada di zona inti TNKS dan jauh dari pemukiman.
Hasil survei BBTNKS serta Fauna dan Flora Internasional (FFI) berhasil mengidentifikasi 93 individu harimau sumatera di TNKS. Survei dilakukan dari 2005 hingga 2021 menggunakan kamera jebak. Pada 2021 dan 2022, sebanyak dua individu harimau sumatera juga dilepasliarkan di TNKS. Dengan demikian, ada 97 individu harimau sumatera yang teridentifikasi di TNKS. Di seluruh Sumatera, populasi harimau Sumatera diperkirakan 500-600 ekor.
Pelepasliaran itu pun menjadi model upaya rehabilitasi harimau korban konflik dan pengelolaan suaka satwa di tengah tekanan terhadap populasi harimau Sumatera. Alfajar pun meninggalkan Surya dan Citra di TNKS dengan penuh rasa haru sekaligus bahagia.
”Surya dan Citra harus melakukan tugas ekologisnya sebagai predator puncak untuk menjaga ekosistem di hutan Sumatera. Pelepasliaran ini menjadi energi positif bagi semua pihak menghadapi degradasi hutan, perburuan, dan jerat yang mengancam harimau,” kata Alfajar.
Alfajar pun bersiap kembali ke Suaka Satwa Harimau Sumatera Barumun. Di sana, ia harus merawat kembali dua anak Gadis dan Monang lainnya yang kini sudah berusia lima bulan. Mereka adalah anak kandung korban konflik harimau sumatera dengan manusia…