Diduga akibat Isu Kenaikan Harga Tiket, Wisatawan Batalkan Rencana Wisata ke Borobudur
Pelaku wisata di Borobudur meminta penjelasan terkait penetapan harga tiket Rp 750.000. Informasi tersebut sangat dibutuhkan sebagai bekal penjelasan bagi para wisatawan.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Para pelaku wisata meminta pemerintah segera menjelaskan isu kenaikan harga tiket kunjungan ke Candi Borobudur, Jawa Tengah. Minim informasi, sejumlah wisatawan membatalkan kunjungan dan memberi stigma Borobudur adalah kawasan wisata mahal.
Setelah diutarakan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, wacana kenaikan tarif tiket wisatawan Candi Borobudur ditanggapi beragam, termasuk protes. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo lantas mengeluarkan pernyataan menunda pemberlakuan harga tiket Rp 750.000 per orang itu.
”Kami berharap penjelasan lengkap. Semua menjadi bekal bagi kami untuk memberikan informasi kepada calon wisatawan agar tidak terburu-buru membatalkan kunjungannya,” ujar Jack Priyana, pemilik Lotus 2 Homestay, di Kecamatan Borobudur, Magelang, Kamis (9/6/2022).
Baca juga:
Pernyataan Kenaikan Harga Tiket Borobudur Picu Kebingungan Pelaku Wisata
Akan tetapi, pernyataan itu tidak cukup menenangkan. Banyak pelaku wisata masih gelisah memikirkan apa yang harus dilakukan apabila ada kenaikan harga tiket. Selain itu, ada wisatawan yang membatalkan kunjungan diduga akibat isu ini.
”Saya mulai berdiskusi dengan keluarga. Sepertinya, kami harus memulai usaha sampingan baru, sebagai persiapan saat turis sepi,” ujarnya.
Bendrat, Ketua Desa Wisata Wanurejo, mengatakan tidak keberatan apabila tiket ke Borobudur dinaikkan. Namun, dia tidak menyangka nominalnya ternyata sangat tinggi. Kabar itu rentan membuat calon wisatawan segan datang.
Dia menyebutkan, hanya beberapa hari setelah pernyataan harga tiket Rp 750.000 itu tersebar, puluhan wisatawan dari dua biro travel membatalkan kunjungannya. Hal itu sangat menyesakkan karena dia dan banyak pelaku wisata lain tengah meniti percaya diri bangkit setelah pandemi Covid-19.
”Sejak libur Lebaran lalu, kami optimisme karena ramai kunjungan wisatawan. Namun, publikasi harga tiket membuat mimpi kami hancur berantakan. Kami ada rencana membuka delapan destinasi baru, tapi terpaksa ditunda,” ujarnya.
Abdul Karim, Kepala Desa Tuksongo, Borobudur, mengatakan sangat berharap nominal kenaikan harga tiket dikaji ulang. Ia khawatir, bila terlalu tinggi, ikut berpengaruh pada desa wisata di sekitar candi. Dia juga berharap pemerintah meluruskan informasi tentang kenaikan harga tiket hanya untuk pengunjung yang hendak naik ke tubuh candi.
”Banyak orang, termasuk warga Borobudur sendiri, memahaminya bahwa harga tiket Rp 750.000 tersebut adalah harga tiket masuk kawasan candi,” ujarnya.