Dikunjungi Presiden Jokowi, Industri Bambu di Flores Punya Peran Ekonomi dan Konservasi
Presiden Joko Widodo siap membantu pengembangan industri bambu di Flores, NTT. Selain menyimpan potensi ekonomi, pengembangan bambu juga berkontribusi pada konservasi lingkungan.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
BAJAWA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mendukung dan siap membantu pengembangan industri bambu yang melibatkan 388 perempuan atau mama-mama di Kabupaten Ngada dan Kabupaten Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur. Lahan kritis seluas 72.000 hektar akan ditanami bambu dan diproses menjadi bambu laminasi yang lebih berkualitas.
Manajer Komunikasi Yayasan Bambu Lestari (YBL) I Wayan Juniarta, di Bajawa, Kamis (2/6/2022), menyebutkan, kunjungan Presiden Joko Widodo ke Kampus Bambu Turetogo di tengah hujan deras dan angin kencang pada Rabu kemarin merupakan kebanggaan bagi masyarakat Ngada. Joko Widodo merupakan presiden pertama yang menginjakkan kaki di kabupaten yang terkenal dengan kopi organik arabika Flores tersebut.
”Dalam dialog singkat dengan pengurus YBL dan mama-mama perintis bambu lestari, Presiden menyampaikan sikap terus mendukung kegiatan itu, termasuk membantu pengembangannya,” ujar Juniarta.
Juniarta menyebutkan, rombongan Presiden tiba di Kampus Bambu Turetogo di Desa Ratogesa, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, pukul 15.30 Wita. Rombongan Presiden disambut pemimpin YBL Arief Rabik, Direktur Eksekutif YBL Monica Tanuhandaru, senior advisor Noer Fauzi Rahman dan Sarah Lery Mboeik, serta pakar taksonomi bambu Prof Elisabeth Wijaya. Hadir pula kreator sepeda bambu Spedagi, Singgih Kartono, Gubernur NTT Viktor Laiskodat, Bupati Ngada Andreas Paru, dan Ketua Penggerak PKK NTT Julie Laiskodat.
Adapun prospek pengembangan industri bambu di Ngada dan Nagekeo, lanjut Juniarta, sangat menjanjikan. Kini, sedikitnya 388 mama di Ngada dan Nagekeo terlibat menyemai dan merawat lebih dari 2,5 juta bibit bambu yang bisa ditanam di areal lahan kritis seluas 72.000 hektar.
Dalam budidaya bambu jenis petung di Ngada, YBL bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi NTT. Program ini merupakan upaya jangka panjang pembangunan desa-desa wanatani bambu. Desa wanatani memanfaatkan bambu sebagai tanaman konservasi, yakni memulihkan lahan kritis, menjaga sumber air, mencegah longsor, menyerap karbon, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui industri bambu rakyat.
Presiden Jokowi juga sempat mendengarkan penjelasan dari Arief Rabik mengenai bambu laminasi, yakni produk olahan bambu yang memiliki bentuk dan kekuatan serupa kayu berkelas. Dengan potensi yang tersedia, NTT berpeluang menjadi sentra produksi bambu laminasi.
”Permintaan pasar global akan bambu laminasi terus meningkat. Bambu jenis ini merupakan alternatif yang lebih lestari, ramah lingkungan, dan lebih rendah karbon dibandingkan kayu. Presiden sudah menyatakan dukungan, ini kesempatan untuk merawat dan mengembangkan bambu sebanyak mungkin,” kata Juniarta.
Pada kesempatan itu, Presiden juga berbincang dengan sembilan perwakilan para mama pengolah bambu dari seluruh Flores. Lima orang dari Ngada dan empat lainnya dari Nagekeo.
Wilhelmina Bhoki (53), seorang mama dari Kampus Bambu Turetogo, mengaku sangat bahagia bisa bertemu dengan Presiden. Apalagi, Presiden hadir di desa terpencil, jauh dari hiruk-pikuk keramaian kota.
“Presiden berbincang lebih dari 20 menit bersama mama-mama pencinta bambu tersebut. Presiden bertanya tentang jumlah bibit bambu yang dihasilkan, harga bibit, cara mengambil bibit, dan berapa lama yang dibutuhkan untuk memelihara bibit sampai menghasilkan 25 helai daun. Presiden dan rombongan meninggalkan Turetogo sekitar pukul 16.00 Wita,” kata Bhoki.
Bambu laminasi adalah produk olahan bambu yang memiliki bentuk dan kekuatan serupa kayu berkelas. Dengan potensi yang tersedia, NTT berpeluang menjadi sentra produksi bambu laminasi.
Kampus Bambu Turetogo diresmikan pada Mei 2021. Kampus Bambu ini direncanakan sebagai pusat edukasi, riset, inovasi, dan pertukaran kebudayaan tentang bambu. Selama ini, Kampus Bambu menyelenggarakan sejumlah kegiatan pendidikan dan lokakarya mengenai pembibitan, penanaman, dan pengelolaan hutan bambu secara lestari.
Kampus ini dilengkapi sejumlah fasilitas, antara lain gedung belajar, penginapan, instalasi pengawetan bambu, kebun bambu, tanaman pangan lokal, dan contoh bangunan rumah bambu lestari. Hunian tersebut terbuat dari bambu laminasi dengan sistem knock down. Rumah bambu lestari bisa menjadi alternatif untuk perumahan sosial, hunian sementara pascabencana, bangunan fasilitas umum, dan resor wisata.