Langkah Awal Mengembalikan Julukan ”Venesia dari Timur”
Restorasi anak Sungai Musi di Palembang selain mengembalikan fungsi sungai juga menjadi cara untuk membenahi perilaku warga. Setelah sungai bersih dan rapi, warga turut menjaga sungai.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·5 menit baca
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Beberapa warga berjalan di Taman Sungai Sekanak-Lambidaro di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (1/6/2022). Penataan ini merupakan program dari Restorasi Sungai Sekanak-Lambidaro yang sudah dimulai sejak 2021.
Berusia 1.339 tahun pada 17 Juni nanti, Kota Palembang berupaya membenahi anak-anak Sungai Musi yang telah lama kehilangan kharismanya. Salah satunya dengan merestorasi satu alur anak sungai, yakni Sungai Sekanak dan Sungai Lambidaro. Ini menjadi langkah awal untuk membenahi 112 anak sungai lainnya yang mengaliri wilayah yang berjuluk ”Venesia dari Timur” itu.
Fera (36), warga Rumah Susun 26 Ilir, tengah meracik minuman dingin untuk para tamunya di Taman Sungai Sekanak-Lambidaro, Kelurahan 23 Ilir, Kecamatan Ilir Barat I Palembang, Senin (30/5/2022). Pedagang minuman dingin dan gulali keliling di sekitar Sungai Lambidaro itu bertambah sibuk saat taman di tepi sungai itu diresmikan pada Februari 2022. Taman kini menjadi destinasi wisata baru di Palembang.
Banyak warga yang meluangkan waktu bersama keluarganya menikmati keindahan kota dari pinggir sungai di taman itu. Apalagi, di sempadan sungai juga dibangun taman bermain, rumah limas, gazebo, jalur joging, mushala, dan toilet. ”Setiap sore dan akhir pekan, tempat ini selalu ramai dikunjungi warga,” ucap Fera.
Dulunya, ujar Fera, kawasan itu merupakan kawasan kumuh dan tidak terawat. Bahkan, Sungai Lambidaro seakan menjadi tempat sampah bagi penduduk sekitar. ”Karena tempat pembuangan sampah jauh, banyak yang buang sampah ke sungai,” katanya. Tak heran, ketika mendekati sungai, bau yang sangat menyengat pasti tercium.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Kondisi Sungai Sekanak di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (1/6/2022). Anak Sungai Musi ini ditata sejak 2021 dan kini terlihat rapi dan bersih.
Namun, semenjak sungai direstorasi, warga yang membuang sampah pun berkurang. ”Mereka agak sungkan untuk membuang sampah karena sungainya sudah bagus,” ucapnya.
Sungai yang bersih itu pun mendatangkan rezeki bagi Fera. Omzetnya meningkat dari yang semula hanya Rp 100.000 per hari sekarang bisa mencapai Rp 300.000 per hari. ”Mudah-mudahan ramai terus,” ucapnya.
Hal serupa juga disampaikan Sumaida (56), warga Kelurahan 26 Ilir, Kecamatan Ilir Barat I, yang tinggal di daerah aliran Sungai Sekanak. Di teras rumahnya, ia berjualan makanan khas Palembang, seperti pempek dan model. Ibu enam anak ini mengaku, setelah direstorasi, lingkungan rumahnya menjadi lebih bersih dan tertata. Jalan akses di depan rumahnya yang dulu hanya 1 meter sekarang diperlebar menjadi 4 meter dengan dilapisi keramik dan batu alam.
Di beberapa titik juga dibangun tempat duduk. Alhasil, banyak warga atau wisatawan yang berfoto. Dari sana, Sumaida mendapatkan keuntungan karena terkadang mereka juga mencicipi makanan khas Palembang yang ia jual.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Sempadan Sungai Sekanak di Palembang, Sumatera Selatan, yang sudah ditata sehingga terlihat lebih bersih dan rapih dibandingkan dengan sebelumnya, Rabu (1/6/2022). Penataan ini merupakan bagian program Restorasi Sungai Sekanak-Lambidaro yang sudah dimulai sejak 2021.
”Dulu sulit sekali mendapat Rp 150.000 per hari, sekarang omzet dagangan saya mencapai Rp 300.000 per hari. Bahkan, akhir pekan, jualan tetap buka karena banyak wisatawan yang datang,” kata Sumaida.
Dulunya, lingkungan tempat ia tinggal merupakan kawasan kumuh. Namun, sejak 2021, sungai dan area sempadan ditata sedemikian rupa. Sempadan diperluas dari semula hanya 1 meter sekarang menjadi 4 meter. Kondisinya juga semakin nyaman dengan diberi batu alam serta keramik.
Oleh karena sungai dan kawasan sekitarnya indah, banyak warga yang menjadi pengawas bagi warga lain. ”Ketika ada yang membuang sampah sembarangan, pasti kami tegur,” ujar Sumaida.
Ketika ada yang membuang sampah sembarangan, pasti kami tegur.
Restorasi sungai itu menjadi harapan untuk mengembalikan lagi kondisi sungai seperti saat Sumaida pertama kali datang dari Lampung ke Palembang 30 tahun lalu. Kondisi Sungai Sekanak kala itu masih cukup bagus. ”Dulu banyak warga yang mencuci baju dan piring di sungai karena memang masih bersih. Namun, kini, tidak bisa lagi digunakan,” ucapnya.
RHAMA PURNA JATI
Sejumlah orang berteduh di gazebo yang ada di Taman Sungai Sekanak-Lambidaro di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (1/6/2022). Penataan ini merupakan program dari Restorasi Sungai Sekanak-Lambidaro yang sudah dimulai sejak 2021.
Keruhnya sungai mulai terlihat sejak tahun 1990 ketika sudah banyak orang yang bermukim di Kota Palembang. ”Mulai banyak yang membuang sampah ke sungai,” ujarnya. Sekarang, ketika sungai sudah dibenahi, diharapkan kebiasaan itu bisa hilang.
Restorasi Sungai Sekanak-Lambidaro sepanjang 800 meter itu dimulai dari Kawasan Jerambah Karang, Kelurahan 26 Ilir, hingga Pasar 26 Ilir yang merupakan bagian dari Sungai Sekanak. Restorasi dilanjutkan dari Pasar 26 Ilir hingga Jembatan Palembang Indah Mall (PIM) di Jalan Brigjen Dani Efendi, Kelurahan 22 Ilir, yang merupakan bagian dari Sungai Lambidaro. Menelan biaya sekitar Rp 42 miliar, restorasi itu melewati sejumlah kawasan padat, seperti Pasar 26 Ilir dan kawasan rumah susun.
Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda kota Palembang Ansori menjelaskan, restorasi Sungai Sekanak-Lambidaro berawal dari usulan Wali Kota Palembang Harnojoyo kepada Kementerian PUPR sekitar tahun 2018. Restorasi pun mulai dilakukan pada 2021. Tujuannya untuk mengembalikan lagi fungsi anak sungai seperti sedia kala.
Dulunya, Palembang merupakan daerah yang dikelilingi air. Hal ini terlihat dari asal nama Palembang yang menurut sejarawan Palembang, Djohan Hanafiah, diambil dari kata lembang yang dalam bahasa Melayu Kuno berarti tanah yang terendam air atau lembeng yang dalam bahasa Melayu-Palembang berarti rembesan air. Kota tertua di Indonesia itu kini mencoba mengembalikan lagi kekuatan sungai-sungainya.
Karena dianggap berdampak, restorasi tahap kedua alur Sekanak-Lambidaro akan dilanjutkan mulai dari Jembatan PIM menuju Simpang Lima DPRD Sumatera Selatan sejauh 1,7 kilometer. Proyek restorasi itu menelan dana Rp 77,5 miliar dan ditargetkan selesai pada akhir tahun 2022.
Ansori mengatakan, bukan perkara mudah menjalankan program merestorasi sungai. Banyak kendala yang dihadapi, mulai dari keberadaan utilitas hingga faktor sosial. Warga pun diajak untuk mendukung program ini. ”Ada 130 bangunan liar yang dibongkar karena berada di sempadan sungai yang akan direstorasi,” ucap Ansori.
Bangunan liar itu muncul bermula dari adanya lahan kosong di bantaran sungai yang tidak dikelola yang akhirnya digunakan untuk beragam keperluan oleh warga, seperti tempat tinggal hingga tempat usaha.
Adapun jaringan utilitas yang berada di jalur restorasi, seperti jalur gas, listrik, telekomunikasi, dan air bersih, harus dipindahkan. ”Karena itu, proses restorasi butuh keterlibatan semua pihak agar bisa diselesaikan tepat waktu,” kata Ansori.
RHAMA PURNA JATI
Aktivitas di jalur Sungai Sekanak-Lambidaro di Palembang, Sumatera Selatan, yang diresmikan pada Sabtu (5/2/2022). Jalur sungai sepanjang 800 meter ini menjadi obyek wisata baru warga Palembang karena di bagian sempadan sungai sudah ditata sedemikian rupa sehingga sangat menarik untuk dikunjungi.
Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Palembang Marlina Sylvia mengatakan, restorasi sungai juga merupakan upaya mitigasi terhadap risiko bencana hidrometeorologi, seperti banjir. ”Dengan sungai yang semakin dalam dan lebar, daya tampung air akan semakin besar, risiko banjir pun bisa diminimalisasi,” ucapnya.
Direstorasinya Sungai Sekanak membuat area subdaerah aliran sungai (DAS) Sekanak yang dulunya masuk daerah kritis kini kondisinya membaik. Marlina menyebut dari 21 sub-DAS yang ada di Palembang, masih ada dua sub-DAS yang kondisinya kritis, yakni di Sungai Bendung dan Sungai Buah. Ke depan, akan semakin banyak sungai yang direstorasi sehingga kondisnya semakin baik.
”Ibarat sebuah penyakit, perlu penanganan medis untuk menyembuhkannya. Begitu juga sungai, perlu intervensi dan komitmen masyarakat untuk membenahi sungai sehingga bisa kembali berfungsi optimal,” katanya.