Sempitnya Waktu Persiapan Jadi Tantangan Renovasi Arena ASEAN Para Games
Kementerian PUPR telah memulai perbaikan fisik sejumlah arena yang akan digunakan untuk ASEAN Para Games 2022 di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Sempitnya waktu persiapan menjadi tantangan.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah memulai perbaikan fisik sejumlah arena pertandingan yang akan digunakan untuk gelaran ASEAN Para Games 2022 di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Sempitnya waktu persiapan menjadi tantangan dalam upaya renovasi tersebut. Pemerintah tetap optimistis pekerjaan rampung tepat waktu.
Menurut rencana, ASEAN Para Games 2022 bakal berlangsung pada 30 Juli hingga 6 Agustus 2022. Adapun waktu persiapan untuk renovasi hanya tersedia sekitar 45 hari. Ditargetkan, semua arena pertandingan sudah rampung digarap dan siap digunakan pada 15 Juli 2022 atau sekitar dua pekan sebelum perhelatan dimulai.
”Mudah-mudahan kita sama-sama bisa menyelesaikannya. Dua pekan sebelumnya kami harap sudah selesai dikerjakan karena akan ada visit juga. Jadi, jika ada perbaikan atau ada yang perlu ditambahkan, bisa dilengkapi segera,” kata Direktur Prasarana Strategis, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Essy Asiah di Kota Surakarta, Selasa (31/5/2022) sore.
Total ada enam arena pertandingan yang berlokasi di Kota Surakarta. Keenam arena tersebut ialah Gedung Olahraga Universitas Negeri Sebelas Maret (GOR UNS), Stadion Sriwedari, Lapangan Kota Barat, Manahan Tennis Court, GOR Fakultas Keolahragaan UNS, Tirtonadi Convention Hall, dan Sritex Arena.
Terpenting bagaimana memfasilitasi disabilitas. Jadi penambahan fasilitas tersebut diperlukan. Rata-rata fasilitas disabilitas itu memang belum lengkap. (Essy Asiah)
Dua arena lainnya berada di luar kota, yaitu GOR Universitas Tunas Pembangunan di Kabupaten Karanganyar dan Kolam Renang Jatidiri di Kota Semarang.
Kelayakan
Berdasarkan pantauan Kompas, perbaikan infrastruktur tersebut sudah mulai dikerjakan pada Selasa sore. Salah satunya di Manahan Tennis Court. Kursi-kursi penonton yang berkarat dicek kembali kelayakannya oleh para pekerja. Pengecatan juga dilakukan pada tembok dan kursi-kursi penonton yang tampak masih layak digunakan.
”Kita semua harus kebut pengerjaannya. Walau dikebut, kami jamin kualitasnya tetap prima. Kualitas tetap dipertahankan. Komponen-komponen yang digunakan juga sebagian besar lokal, kecuali komponen seperti lampu yang impor. Itu kami juga selektif karena yang kami pakai hanya yang punya pabrik di Indonesia,” kata Essy.
Essy menambahkan, kebutuhan renovasi dari setiap arena pertandingan beragam. Ada yang membutuhkan renovasi minim, tetapi beberapa juga ada yang perlu direnovasi maksimal.
Dua arena yang diperkirakan membutuhkan banyak perbaikan adalah Manahan Tennis Court dan Stadion Sriwedari. Hampir semua arena juga belum dilengkapi fasilitas pendukung aksesibilitas bagi disabilitas, seperti ramp dan toilet ramah disabilitas.
”Terpenting bagaimana memfasilitasi disabilitas. Jadi penambahan fasilitas tersebut diperlukan. Rata-rata fasilitas disabilitas itu memang belum lengkap,” kata Essy.
Selanjutnya, Essy mengungkapkan, total anggaran yang dibutuhkan juga belum pasti. Menurut penghitungan sementara, kebutuhan anggaran untuk renovasi tersebut sebesar Rp 38 miliar. Namun, masih ada renovasi tambahan untuk keperluan perlombaan cabang olahraga celebral palsy (CP) football. Lokasi perlombaan cabang olahraga tersebut baru akan dicek.
Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa berpesan agar renovasi tersebut dikerjakan secara maksimal. Kesiapan infrastruktur lomba akan membuat ajang olahraga itu diadakan secara optimal. Kesuksesan pelaksanaan lomba sekaligus menunjukkan wajah Indonesia di mata internasional, khususnya bagi negara-negara di Asia Tenggara.
”Kita tidak bicara Solo saja. Tetapi, kita bicara Indonesia. Ini menjadi promosi kita supaya teman-teman difabel dari luar Indonesia benar-benar bisa betah di kota yang menjadi tempat bertandingnya mereka,” ujar Teguh.