Tujuh korban selamat dalam musibah tenggelamnya KM Ladang Pertiwi 2 di Selat Makassar, Sulawesi Selatan, dievakuasi ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Para korban sempat terombang-ambing di laut selama 16 jam.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Tujuh korban selamat dalam musibah tenggelamnya KM Ladang Pertiwi 2 di Selat Makassar, Sulawesi Selatan, dievakuasi ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Minggu (29/5/2022). Para korban masih diistirahatkan untuk pemulihan kondisi setelah terombang-ambing di laut selama 16 jam.
Minggu sekitar pukul 18.00 Wita, kapal SAR KN 407 Banjarmasin tiba di Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin, membawa tujuh penumpang KM Ladang Pertiwi 2 yang selamat. Ketujuh penumpang itu adalah Thobatussibhan (21), M Rahman (17), Syamsir (41), Rahma (28), Hj Badarapi (61), Husni (40), dan Hidayatullah (19).
Mereka adalah korban kapal naas yang berlayar dari Pelabuhan Paotere, Kota Makassar, menuju Pulau Pamantauang, Kecamatan Liukang Kalmas, Pangkep, Sulsel. Lokasi pulau itu kira-kira di pertengahan antara Makassar dan Banjarmasin. Saat cuaca normal, butuh waktu sekitar 20 jam untuk menempuh rute itu (Kompas, 29/5/2022).
Kepala Seksi Operasi Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Banjarmasin Wasino menyampaikan, pihaknya melakukan evakuasi medis atau medivac kepada tujuh korban yang diselamatkan oleh kapal TB Sabang 25. Proses evakuasi medis dilakukan di muara Perairan Tabuneo, Kalsel.
”Kami menerima ketujuh korban dari kapten TB Sabang 25, lalu membawa mereka ke Banjarmasin guna mendapatkan perawatan medis lebih lanjut,” ujarnya di Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin, Minggu sore.
Menurut Wasino, korban selamat perlu mendapatkan perawatan medis lebih lanjut karena kondisinya masih lemah. Mereka sempat terombang-ambing di lautan selama 16 jam sebelum diselamatkan oleh kapal TB Sabang 25 yang kebetulan melintas di perairan Sulsel.
Dari Pelabuhan Trisakti, ketujuh korban dibawa menggunakan ambulans menuju Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas I Banjarmasin untuk diserahterimakan. Para korban selanjutnya dibawa ke penginapan untuk pemulihan dan pengecekan kesehatan lebih lanjut.
Kepala Seksi Keselamatan Berlayar KSOP Banjarmasin Ari Sasmito mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan pos terpadu yang ada di Makassar untuk proses selanjutnya bagi ketujuh korban yang selamat.
Menurut Ari, ada tiga skenario pemulangan korban ke daerah asalnya. Pertama, korban dipulangkan ke Makassar dengan kapal melalui Pelabuhan Batulicin. Kedua, korban dipulangkan dengan kapal dari Pelabuhan Banjarmasin ke Surabaya, baru kemudian ke Makassar. Ketiga, para korban akan dijemput langsung oleh Bupati Pangkep.
”Namun, sebelum korban dipulangkan, mereka diistirahatkan dulu di penginapan untuk pemulihan dan pengecekan kesehatan. Kalau kita lihat, semuanya tampak lemas,” katanya.
Terombang-ambing
Hidayatullah (19), korban selamat, menuturkan, ia terombang-ambing di laut selama 16 jam sebelum diselamatkan oleh kapal TB Sabang 25. ”Kami bertujuh adalah korban yang diselamatkan pertama kali,” ujarnya.
Hidayat bisa selamat setelah mengapung di laut dengan menggunakan tripleks, bahan bangunan yang diangkut oleh kapal naas yang ditumpanginya. ”Kapal tenggelam setelah dua kali dihantam ombak besar,” katanya.
Menurut Hidayat, hantaman ombak pertama membuat kapal miring ke kiri. Sebagian penumpang lalu berpindah ke sebelah kanan untuk menyeimbangkan kapal. Tiba-tiba datang lagi ombak yang lebih besar dan membuat kapal langsung tenggelam. ”Waktu dihantam ombak, mesin kapal mati karena kehabisan solar,” katanya.
Rahma (28), korban lainnya, mengatakan, kapal berangkat dari Pelabuhan Paotere, Kota Makassar, pada Rabu (25/5) sore dalam kondisi cuaca baik. Namun, keesokan harinya, Kamis (26/5) sekitar pukul 13.00 Wita, terjadi hujan lebat disertai petir dan badai. Kapal pun tenggelam setelah dihantam ombak besar.
”Saya menyelamatkan diri pakai gabus (styrofoam) dan baru mendapat pertolongan keesokan harinya, Jumat (27/5) sekitar pukul 04.00 Wita,” katanya.