Kisah Haedar Nashir Mendampingi Buya Syafii pada Saat-saat Terakhir
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir sempat menemani saat-saat terakhir Buya Ahmad Syafii Maarif. Buya meninggal setelah dirawat beberapa waktu akibat serangan jantung.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan mendampingi Ahmad Syafii Maarif pada saat-saat terakhir sebelum meninggal. Haedar menyebut, Syafii Maarif merupakan tokoh bangsa yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai moral, etika, dan akhlak.
”Kami juga tadi sempat mendampingi Buya Syafii Maarif sekitar setengah jam sebelum Allah memanggil beliau,” kata Haedar dalam konferensi pers, Jumat (27/5/2022), di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Seperti diberitakan, Syafii Maarif yang merupakan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah meninggal pada Jumat pukul 10.15 di RS PKU Gamping. Setelah dari rumah sakit, jenazah Syafii dibawa ke Masjid Gede Kauman, Kota Yogyakarta, untuk disemayamkan. Menurut rencana, jenazah Syafii dimakamkan di Pemakaman Husnul Khotimah milik Muhammadiyah di Kabupaten Kulon Progo, DIY, sore ini.
Haedar mengatakan, dirinya sedang dalam perjalanan dari Yogyakarta menuju ke Bandung, Jawa Barat, saat mendengar kondisi Buya yang kritis. Haedar yang saat itu berada di wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pun memutuskan tak melanjutkan perjalanan ke Bandung dan menuju ke RS PKU Muhammadiyah Gamping.
”Kebetulan saya sedang dalam perjalanan ke Bandung dan sampai Klaten, tapi dapat kabar Buya kondisinya kritis sehingga saya kembali lagi dan masih bisa menjumpai beliau,” tutur Haedar.
Sebelum meninggal, Ahmad Syafii Maarif dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping selama 13 hari. Tokoh bangsa yang kerap dipanggil Buya Syafii itu dirawat sejak 14 Mei 2022 karena mengalami serangan jantung.
Menurut Haedar, tim dokter yang merawat Buya Syafii sudah berusaha dengan optimal. Tim yang merawat Buya Syafii itu berasal dari RS PKU Muhammadiyah Gamping dan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Tim itu juga berkoordinasi dan didukung oleh tim dokter kepresidenan.
Keterlibatan tim dokter kepresidenan itu, kata Haedar, merupakan instruksi dari Presiden Joko Widodo. ”Tim sudah berusaha sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawab medis yang sangat optimal. Tapi, Buya Syafii Maarif dipanggil oleh Allah dalam usia 87 tahun,” ujarnya.
Haedar menuturkan, keluarga besar Muhammadiyah dan seluruh elemen bangsa Indonesia berduka atas wafatnya Buya Syafii. Haedar menyebut, selama ini Buya Syafii dikenal sebagai tokoh yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai moral, etika, akhlak, dan keadaban mulia.
Menurut Haedar, Buya Syafii juga dikenal sebagai sosok yang sangat humanis dan sangat dekat dengan orang-orang kecil. Selain itu, Syafii juga merupakan tokoh bangsa dengan wawasan inklusif dan selalu memberi perhatian terhadap pemikiran-pemikiran besar untuk memajukan bangsa. ”Suara beliau untuk mengajak elite bangsa menjadi negarawan itu tidak pernah berhenti,” tutur Haedar.
Serangan jantung
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS PKU Muhammadiyah Gamping, Evita Devi, mengatakan, sebelum masuk ke RS PKU Muhammadiyah Gamping pada 14 Mei 2022, Syafii mengalami serangan jantung. Serangan jantung itu merupakan serangan jantung kedua yang dialami Buya Syafii.
Beberapa waktu sebelumnya, Syafii juga mengalami serangan jantung dan dirawat di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Namun, saat itu, Syafii berhasil sembuh dan memulihkan diri sehingga diperbolehkan pulang ke rumah.
Evita memaparkan, setelah mengalami serangan jantung kedua, Buya Syafii langsung dirawat oleh tim medis RS PKU Muhammadiyah Gamping. Dia menambahkan, tim medis memutuskan melakukan tindakan katerisasi jantung.
”Setelah dilakukan katerisasi jantung, ternyata kondisi pembuluh darah jantung beliau sudah sulit. Sumbatannya terlalu banyak dan terlalu keras dan memang sudah sulit dilakukan pemasangan ring ataupun dilakukan suatu operasi bypass,” ungkap Evita.
Oleh karena itu, berdasarkan kesepakatan tim medis RS PKU Muhammadiyah Gamping dan tim medis kepresidenan, dilakukan proses pengobatan yang optimal terhadap Buya Syafii. Setelah itu, kondisi Buya Syafii sebenarnya sempat membaik.
”Dalam perawatan, beliau sudah mulai ada perkembangan yang cukup baik. Oksigen sudah mulai dilepas pelan, kemudian sudah mulai mobilisasi, sudah mulai fisioterapi. Bahkan, kami sudah merencanakan beliau untuk dipulangkan sebenarnya,” kata Evita.
Akan tetapi, Evita mengatakan, pada Kamis (26/5/2022) sore, Buya Syafii mengeluhkan mengalami nyeri dada dan sesak napas. Berdasarkan pemeriksaan tim medis, Buya Syafii ternyata mengalami serangan jantung kembali. Setelah itu, tim medis melakukan tindakan penanganan.
”Semalaman beliau memang sudah mengeluh merasa tidak nyaman. Dan ternyata tadi pagi beliau menghadapi henti jantung, lalu kita lakukan resusitasi jantung dan paru selama kurang lebih satu jam," kata Evita.
Setelah tindakan resusitasi itu, Evita menyebut, denyut jantung Buya Syafii sempat kembali. Namun, karena kondisi yang sudah berat, Buya Syafii lagi-lagi mengalami henti jantung. Tim medis pun kembali melakukan resusitasi, tetapi tindakan itu ternyata tak bisa lagi menolong kondisi Buya Syafii.
”Pertolongan yang terakhir ini tidak dapat mengembalikan seperti yang awal sehingga beliau kami nyatakan meninggal dunia,” ujar Evita.