Bencana Banjir di Kalteng Mulai Surut, Masyarakat Tetap Waspada Cuaca Ekstrem
Sebagian besar wilayah Kalimantan Tengah masih dilanda musim hujan. Stasiun Meteorologi Kota Palangkaraya memprakirakan hujan masih akan berlangsung selama satu minggu ke depan.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir di wilayah hulu Kalimantan Tengah mulai surut. Meskipun demikian, banjir kini mulai mengancam wilayah hilir. Pemerintah mengimbau masyarakat untuk waspada.
Sebelumnya, empat kabupaten di Kalimantan Tengah terendam banjir, yakni Kabupaten Murung Raya, Barito Utara, Sukamara, dan Kabupaten Barito Selatan. Banjir tersebut terjadi karena intensitas hujan yang tinggi sehingga air sungai meluap.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng Alpius Patanan menjelaskan, banjir di Kabupaten Murung Raya, Barito Utara, ataupun Sukamara surut dengan cepat. Tinggi muka air sudah kembali normal.
”Di Kalteng memang seperti itu, setiap tahun terjadi banjir, tetapi kalau air sungai sudah ada hujan surutnya cepat,” kata Alpius, di Palangkaraya, Kamis (26/5/2022).
Alpius menjelaskan, kini banjir mulai memasuki wilayah hilir, seperti di Kabupaten Barito Selatan dan beberapa wilayah di Kabupaten Kotawaringin Timur. Di Barito Selatan banjir melanda Kecamatan Dusun Hilir, tepatnya di Desa Batilap.
Banjir di kawasan itu merupakan banjir kiriman dari Barito Utara di mana Sungai Barito juga melintas di wilayah Kabupaten Barito Selatan. Sungai Barito memiliki panjang 1.090 kilometer dan melintas di 10 kabupaten di dua provinsi, yakni Kalteng dan Kalimantan Selatan. Sungai perkasa itu merupakan salah satu sungai terpanjang di Indonesia.
Banjir juga melanda Kabupaten Kotawaringin Timur, tepatnya di Kecamatan Dusun Hilir, yakni Desa Natai Baru. Banjir karena luapan Sungai Mentaya itu mencapai tinggi 60 sentimeter hingga 1 meter.
Menurut Alpius, tidak ada korban jiwa dari semua peristiwa banjir kali ini. Petugas masih melakukan pendataan, sedangkan masyarakat yang terdampak sebagian besar bertahan di rumahnya meski dalam keadaan banjir. Mereka bertahan karena yakin banjir akan segera surut.
Selain itu, beberapa warga yang tidak bisa tinggal di rumah mengungsi ke rumah-rumah kerabatnya yang jauh lebih aman dari banjir. Hal itu dilakukan meski pemerintah sudah menyiapkan posko darurat bencana di kecamatan masing-masing. Hingga kini belum ada satu wilayah terdampak banjir di Kalteng yang menetapkan status siaga darurat karena menganggap banjir tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya.
Alpius menambahkan, saat ini Kalimantan Tengah justru sedang memasuki musim kemarau dan pemerintah juga bersiap menghadapi potensi bencana lainnya, seperti kebakaran hutan dan lahan. Walakin, peralihan musim menimbulkan cuaca ekstrem sehingga intensitas hujan meningkat dan membuat sungai meluap.
”Kami terus berkoordinasi dengan berbagai lembaga, bahkan saat libur ini kami ada rapat koordinasi dengan semua Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di seluruh wilayah,” ungkap Alpius.
Prakirawan dari Stasiun Meteorologi Kota Palangkaraya, Ika Priti Widiastuti, menjelaskan, pada umumnya air pasang dipengaruhi oleh jarak terdekat Bumi dengan Bulan dan didukung dengan tingginya gelombang di wilayah selatan Kalimantan Tengah, termasuk Sukamara. Saat ini tinggi gelombang di wilayah selatan mencapai 0,5-2 meter.
”Waspada adanya pertumbuhan awan konvektif (Cumulonimbus) yang dapat berpotensi hujan sedang hingga lebat, hingga menimbulkan angin kencang serta menambah tinggi gelombang di pesisir dan perairan selatan Kalimantan Tengah,” ungkap Ika.
Ika menjelaskan, sebagian besar wilayah Kalimantan Tengah masih dilanda musim hujan. Pihaknya memprakirakan hujan masih akan berlangsung selama satu minggu ke depan. Pihaknya memprediksi awal musim kemarau baru terjadi pada Juli dasarian ketiga.