Produk Budaya Banyuwangi Semarakkan World Surf League di G-Land
Produk budaya unggulan Banyuwangi ikut meramaikan Liga Selancar Dunia.
Oleh
DEFRI WERDIONO, AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Ragam kesenian hingga kuliner ikut dipamerkan dalam rangkaian acara Kejuaraan Dunia Selancar atau World Surf League di Pantai Plengkung (G-Land) Banyuwangi, Jawa Timur. Ragam kebudayaan itu akan ditampilkan di tempat-tempat terpisah di seputar Taman Nasional Alas Purwo.
Ragam seni budaya digelar dengan tema ”Banyuwangi Culture Art” di Pasar Wisata Jatian, Desa Kalipait, Kecamatan Tegaldlimo, 25-29 Mei 2022. Pada Rabu atau 25 Mei malam diadakan pergelaran wayang kulit semalam suntuk dengan lakon Dewa Ruci oleh dalang Ki Samur Hadi Carito dan ananda Ki Ichwan Dwi Purbo Carito.
Sehari kemudian diadakan shalawatan berjamaah di malam hari. Selanjutnya, kurun 27-29 Mei setiap malam diadakan pementasan seni tari Banyuwangi Culture Every Week, seni jaranan Tri Budaya Manunggal, seni jaranan Setyo Budoyo Manunggal, dan seni jaranan Purwo Budoyo.
Pembukaan World Surf League (WSL) akan berlangsung pada Jumat (27/5/2022) petang menjelang matahari tenggelam. Lomba diadakan mulai Sabtu sampai selesai. Belum dapat dipastikan berapa hari kejuaraan akan diselenggarakan karena tergantung cuaca dan ombak.
Menurut Sekretaris Jenderal Persatuan Selancar Ombak Seluruh Indonesia Tipi Jabrik, kondisi cuaca dan ombak di G-Land diprediksi bagus untuk lomba. ”Jika lancar, mungkin lomba tidak membutuhkan waktu sepekan,” katanya. Panitia WSL merencanakan lomba diadakan dalam kurun 28 Mei-6 Juni 2022.
Secara terpisah, Kepala Bidang Usaha Mikro Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan Banyuwangi Budi Priyambodo mengatakan, pihaknya turut melibatkan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) selama WSL.
Budi melanjutkan, pengusaha UMKM akan memamerkan sejumlah produk di gerai-gerai Pantai Pancur, Tegaldlimo. Pancur berjarak 30 menit perjalanan dengan mobil gardan ganda ke G-Land. Di Pancur ada beberapa merek produk UMKM yang dipamerkan, yakni Renk Raas Creative, Republik Using, Jaran Goyang, Sekar Jagad, Omah Kopi, dan Tiara Aksesoris.
”Ada produk suvenir, kopi, dan batik,” ujar Budi. Pameran bertujuan memperkenalkan produk unggulan daerah. Panitia dan peserta WSL mayoritas dari mancanegara sehingga pameran menjadi ajang promosi yang baik.
Selain itu, Budi melanjutkan, juga memperluas pasar dan memicu semangat perajin untuk terus berkarya setelah pandemi Covid-19 terkendali. Serangan pandemi sejak Maret 2020 mengakibatkan sebagian besar pengelola UMKM di Banyuwangi memasarkan produk secara dalam jaringan (online).
Ditemui secara terpisah, Dedy Wahyu Hernanda, pemilik Dewa Batik di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, mengatakan membawa dua motif batik unggulan untuk dipamerkan di WSL. ”Salah satunya untuk cendera mata bagi pejabat negara yang hadir,” katanya.
Dedy mengatakan, dirinya membawa batik bermotif Kesuwur Alas Kawitan dan Geo Minapolitan Muncar. ”Selain untuk WSL, batik yang sudah mendapat sertifikat hak kekayaan intelektual itu juga akan dipersiapkan untuk kegiatan Asessment Geopark Ijen menuju Unesco Global Geopark 9-13 Juni,” ujarnya.
Dedy menuturkan, motif batik Kesuwur Alas Kawitan, misalnya, menggambarkan unsur biologi, geologi, dan budaya. Di batik tersebut terdapat motif merak hijau, banteng, Situs Kawitan, dan batuan lava bantal parangireng. Selain batik, Dedy juga memamerkan kopi robusta Jaran Goyang Kemiren.